Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 121

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰



BAB 121 : MUNTAH DARAH


Jika Khansa sedang sibuk memberi terapi akupuntur pada Kakek Isvara, maka Yenny sudah sampai di tempat tujuan. 


Penutup mata Yenny pun dibuka, Yenny keluar dari mobil. Melihat ke sekeliling, dirinya seperti berada di sebuah garasi yang luas. Hanya satu lampu kecil remang-remang yang menaungi tempat Yenny berdiri.


Hati Yenny tersentak, kakinya gemetaran. Hatinya sedikit menciut. Terdengar suara derap langkah sepatu yang memantul-mantul di lantai. Berdiri di kegelapan, Yenny tidak bisa memandang jelas siapa yang berbicara di hadapannya. 


"Jurnalnya?" pinta suara wanita yang terdengar arogan. 


Yenny segera mengeluarkannya dari tas dokumennya seraya berkata, "Bayarkan dulu sisa uangnya!" 


Menunggu beberapa menit, lalu seorang pria berjas hitam maju dan memberi lihat laptop yang sedang dia pegang ke arah Yenny. 


Yenny mengambil ponselnya dan mengecek transaksi bank dari ponselnya, melihat uang sudah masuk maka Yenny pun memberikan jurnal medis itu kepada Professor Lexa. 


Ini adalah satu jurnal dari tiga jurnal yang dia inginkan, Professor Lexa sudah menginginkan ini sejak lama sekali. Namun waktu itu gagal mendapatkannya. Tak pernah menyangka jika Yenny benar-benar memiliki jurnal ini  kala itu ketika Yenny menolak tawarannya dia mengira jika Yenny tidak pernah memiliki jurnal medis ini.  Jadi dia tidak begitu mengejarnya. Tapi siapa sangka ketika dewasa anak ini malah menghubunginya dan membuat kesepakatan dengannya.


"A-apakah aku sudah bisa pergi?" tanya Yenny. 


Suasana hening, tidak terdengar jawaban apa-apa. Hati Yenny merasa semakin takut. Tiba-tiba sebuah tangan besar memegangi Yenny, lalu mensuntikan sesuatu ke tubuh Yenny. 


"A-apa yang kalian lakukan?" teriak Yenny. 


"Aku menginginkan dua jurnal lainnya?" ujar Professor Lexa. 


"Aku tidak mengetahuinya keberadaannya," jawab Yenny.


Jurnal yang satunya, hanyalah sebuah salinan yang tidak lengkap. Karena itu Yenny hanya menjual satu jurnal ini. Dan dia benar-benar tidak tahu dimana dua jurnal yang lainnya. 


"Aku telah memasukan virus ke dalam tubuhmu, jika dalam waktu enam bulan kau tidak datang tepat waktu untuk membawa dua jurnal itu, maka itu artinya kau memilih mati muda," ujar Professor Lexa. 


Yenny pun jatuh terduduk, tubuhnya gemetaran hebat, apa yang baru saja di dengarnya tadi. Mati muda, apakah dia baru saja menandatangani kontrak kematiannya seharga 40 milliar.


Di kediaman Isvara, Khansa baru saja selesai memberi terapi kepada Kakek Isvara. Khansa melangkah menuju kamar lamanya. Semuanya masih nampak sama, tidak ada yang berubah. 


Yang berubah hanyalah statusnya yang kuat sebagai Nyonya Sebastian. Terdengar suara ketukan di pintu Khansa. Itu adalah pelayan yang mengantarkan makanan. 


"Nona makan malam," ujar pelayan itu. 


Khansa membuka pintu, lalu melihat nampan berisi makanan, "masuklah," ujarnya. 


Pelayan itu meletakan nampan itu di atas nakas lalu bergegas keluar, Khansa memang merasa lapar. Khansa mengeluarkan jarum peraknya dan mengetes makanan itu satu persatu. 


Melihat jarum peraknya tidak berubah menjadi hitam, barulah Khansa bisa makan dengan tenang. 


Baru saja Khansa menarik selimut, ponselnya sudah berdering menerima panggilan video Call dari Leon, "Kau pasti merindukanku, karena itu aku memberikan kesempatan kepadamu untuk mengatakan langsung kepadaku."


"Rindu kepalamu … baru saja berpisah tidak sampai satu jam," pikir Khansa lucu. 


"Apa sudah minum obatnya?" tanya Khansa. 


"Sudah," jawab Leon. 


"Bagus," puji Khansa. 


"Bagaimana keadaan kakek?" tanya Leon. 


"Belum ada kemajuan apa-apa," jawab Khansa.


"Apakah ada yang membulli di sana?" tanya Leon lagi. 

"Aku bisa mengatasinya;" jawab Khansa dengan tinggi hati.


Leon pun merasa lega mendengarnya. Namun, tetap waspada. Bagaimana pun landak kecilnya ini pasti selalu panjang akal. 


"Jika begitu tidurlah, hari sudah malam," ujar Leon. 


Khansa pun memutuskan panggilan telponnya, baru ingin memejamkan mata. Khansa mendengar suara deru mobil tiba di pelataran rumah. Khansa menyibak selimutnya lalu membuka tirai jendela untuk mengintip. 


Itu adalah Yenny, diantar oleh sebuah mobil yang tidak dia kenal. Yenny berdiri menatapi mobil itu sampai menghilang, lalu tiba-tiba dirinya terlihat terserang batuk dengan hebatnya. 


Yenny membekap mulutnya,  lalu melihat di tangannya ada darah, ya dia baru saja muntah darah. Yenny langsung saja mengeluarkan sesuatu dari tasnya, lalu meminumnya. Setelah meminumnya barulah dia terlihat lebih baik. 


Khansa memperhatikan hal aneh ini, "Ada apa dengannya?" 


Yenny belum tahu jika Khansa akan menginap beberapa hari di sini, jadi ketika pagi ini Khansa sedang melihat menatapi Yenny. Terang saja Yenny merasa bingung, "Sedang apa kau di sini?" 


"Menjenguk kakek," jawab dingin Khansa. 


Maharani mendekati mereka berdua, melihat ada putrinya di sini maka Maharani berani memprovokasi Khansa lagi. 


"Kehadiranmu tidak diterima di sini, keluar !" hardik Maharani. 


Yenny juga sama tidak menginginkan kehadiran Khansa di rumahnya. Namun teringat professor Lexa, Yenny memiliki pendapat lain. 


"Apa kau sedang merawat kakek?" tanya Yenny. 


"Iya," jawan Khansa. 


Yenny terdiam beberapa saat, lalu berkata "Jika begitu tinggalah," 


Maharani yang mendengarnya sungguh merasa terkejut, "Apa … apa aku tidak salah dengar?" 


"Yenny!" pangil Maharani dengan marah ketika melihatnya malah berlalu dengan cueknya. 


Khansa menaikan satu alisnya, merasa aneh karena sepertinya Yenny terlihat sehat, tidak sakit seperti tadi malam yang dia lihat.


Yenny berpikir jika kakek Isvara mungkin mengetahui di mana jurnal itu di simpan, karena itu membiarkan Khansa mengobati.


Khansa kembali masuk ke dalam kamar Kakek Isvara, lalu memulai terapinya lagi. Selain melakukan teknin akupuntur, Khansa juga melakukan terapi membuang darah kotor kakek Isvara. 


Terapi yang Khansa gunakan adalah pengobatan yang dilakukan dengan cara mengeluarkan darah dari pembuluh darah vena (pembuluh darah besar) yang didalamnya terdapat sumbatan-sumbatan yang merugikan tubuh, dengan cara pengikatan, dan pembukaan kecil pada kulit sehingga darah dalam pembuluh darah vena dapat terdorong keluar.


yang dimaksud darah kotor mengacu pada darah yang kekurangan oksigen. Apabila darah mengandung kadar oksigen yang rendah, maka paru-paru pun kekurangan oksigen untuk dialirkan ke jantung dan seluruh tubuh. Hal ini menyebabkan kondisi yang disebut hipoksemia. Kondisi hipoksemia akan mengganggu fungsi normal tubuh, seperti fungsi otak, hati, jantung, dan organ lainnya.


Khansa mengkombinasikan dua teknik pengobatan ini untuk Kakek Isvara, selain itu juga Khansa suka mengajak Kakek Isvara untuk berbincang-bincang. Khansa percaya jika Kakek Isvara bisa mendengarkan ocehannya.


"Kakek, kau dulu sangat menyayangiku. Apa sekarang sudah tidak mau menyayangiku  lagi. Mengapa Kakek sepanjang hari hanya tertidur," ujar Khansa manja. 


"Aku sekarang sudah besar, jika Kakek bangun maka Kakek sudah tidak bisa menggendongku lagi di pundak seperti dulu," sambung Khansa lagi. 


Khansa menghela napas, "Kakek ..." 


Di kantor Leon, Gery masuk lalu meletakan berkas laporan yang dipinta. Leon memandang Gery, menaikan satu alisnya karena melihat ada lingkaran hitam di bawah mata Gery.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 121"