Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 120

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 120 : MENGINAP


"Aku akan mengecek dapur, apakah makanan kesukaan Bibi Fida sudah selesai dimasak," ujar Khansa sembari melepaskan pelukannya. 


Leon mengecup kening Khansa, dan membiarkannya dia pergi. Gery telah menunggunya di depan pintu ruang kerja Leon. 


"Tuan," ujar Gery sembari memberikan sebuah berkas. 


Leon masuk ke ruang kerjanya, berdiri di depan jendela tinggi besarnya itu, lalu membuka berkas yang Gery berikan.  Itu adalah penyelidikan tentang keluarga Khansa. Ini adalah foto ibunya Khansa yang diambil Jauh sebelum menikah dengan Fauzan. 


Foto dengan seorang pria, nampak sedang tersenyum bahagia, Leon teringat perkataan Bibi Fida waktu itu, "Ayah Khansa di bunuh."


Leon membuka lagi lembaran berikutnya, berdasarkan penyelidikan jika Ibu Khansa pernah melakukan nikah secara agama dengan pria yang bernama belakang Quin. Belum sempat mencatatkan pernikahan itu kepada pengadilan agama, kecelakaan terjadi dan merenggut nyawa pria yang bernama belakang Quin itu. 


"Quin," pikir Leon yang merasa pernah mendengar nama ini.


Leon mengernyitkan alisnya, "Selidiki keluarga Nenek Quin!" 


"Nenek Quin?" tanya Gerry bingung. 


Leon menuliskan sebuah alamat, lalu memberikannya kepada Gery, "Satu hari!" 


Mendengar kalimat satu hari, Gery mengatupkan bibirnya rapat-rapat, menahan agar tidak ada perkataan protes yang keluar dari mulutnya selain perkataan "baik tuan"


Hanya di beri waktu satu hari untuk menyelesaikan penyelidikan, Gery segera bergegas pergi ke semua sumber daya yang dia kenal.  


Selesai mengecek ke dapur, Khansa pergi ke kamar Bibi Fida. Melihat Bibi Fida sedang menarik selimut sambil duduk meringkuk ketakutan benar-benar membuat hati Khansa terasa sakit. 


"Bibi, ada apa? Aku disini, tenanglah jangan takut," hibur Khansa kepada Bibi Fida. 


"Nona … nona kecil," panggil Bibi Fida gemetaran. 


"Bibi aku di sini, jangan takut lagi. Tempat ini sangat aman," ujar Khansa meyakinkan.


"Nona kecil harus berhati-hati," ujar Bibi Fida. 


"Dari apa dan dari siapa?" tanya Khansa dengan perlahan agar tidak menakuti Bibi Fida.


Bibi Fida tidak bisa meneruskan perkataannya, lalu malah menangis, "Kakek Isvara, mana Kakek Isvara … Selamatkan dia!"


"Apa?" tanya Khansa semakin bingung. 


Leon masuk ke kamar Bibi Fida, dan mendapati pemandangan ini. Leon menarik Khansa untuk berdiri dari ranjang, "Bukankah sudah kuingatkan jangan terlalu memaksa?" 


"A-aku hanya …" jawab Khansa terbata. 


"Bibk Fida sudah melalui banyak trauma, dan memendam ketakutannya selama bertahun-tahun. Kita jangan sampai membuatnya takut ok!" 


Khansa pun mengangguk, Paman Indra mengetuk pintu lalu masuk. Mengatakan jika orang yang ada di sampingnya ini adalah pelayan Khusus yang akan menangani segala keperluan Bibi Fida. 


Khansa sudah lebih tenang, Leon membawa Khansa keluar dari kamar bibi Fida, Khansa menghentikan langkahnya lalu berkata, "Aku ingin tinggal beberapa hari di kediaman Isvara!" 


Leon meletakan satu tangannya di kening Khansa dan satunya lagi di keningnya, "Tidak sedang demam." 


"Issh ... aku serius," ujar Khansa. 


"Jelaskan ada apa?" tanya Leon.


"Aku ingin mengecek keadaan Kakek," jawab Khansa. 


Sangat mengenal jika landak kecilnya ini suka sekali bepetualang sendiri, Leon berkata lagi, "Yakinkan aku!"


"Khansa sedikit menggigit bibir bawahnya, Khansa menjinjit lalu merangkulkan lengannya di leher Leon. 


"Aku rasa selain Bibi Fida, tapi Kakek Isvara juga pasti mengetahui tentang apa yang ingin aku tahu," jelas Khansa. 


"Tentang ibumu?" tanya Leon lagi. 


Khansa melepaskan rangkulannya, lalu mengangguk pelan. Leon memegang pinggil ramping Khansa dengan kedua tangannya dan berkata, "Aku memperbolehkan, hanya saja aku harus ikut," ujar Leon. 

Khansa langsung saja membalikan badannya karena merasa kesal, mengambil napas beberapa kali lalu berbalik dan bertelak pinggang di depan Leon.


"Kau ini, ingin memasukan pasir ke mata aku ya?" tanya Khansa bersungut kesal. 


"Pasir?" tanya Leon bingung. 


Khansa menendang kaki Leon lagi, "Issh ... apa ingin menyuguhkan kepadaku pemandangan yang tidak sedap?" 


"Ya Tuhan ..." jawab Leon sembari menggosok-gosok tulang keringnya yang terasa sakit. 


Leon teringat jika di kediaman Isvara pastilah ada Yenny, mengingat itu barulah paham jika landak kecilnya ini sedang cemburu.


Rasa sakit di kaki pun berubah menjadi rasa manis di hati, dengan suara lembut Leon pun mengijinkan Khansa menginap beberapa hari di kediaman Isvara. 


"Ingat Jika ada apa-apa segera hubungi aku," Leon mengingatkan.


Khansa menjinjit lalu mencium wajah tampan Leon, "Ayo makan malam sudah siap," 


Leon mengambil ponselnya mengetik pesan untuk Gery, "Masukan orang kita ke dalam kediaman Isvara!" 


Di Kediaman Isvara, Yenny hari ini berniat keluar rumah untuk bertemu dengan Professor Lexa. Dirinya mempercepat pertemuan ini karena Fauzan telah mendapatkan telpon dari pengacara Leon, dan menunggu pembayaran 40 miliarnya dengan segera. 


Yenny memasukan satu jurnal milik Stephanie ke dalam satu tas penyimpan dokumen. Yenny menyimpan dua jurnal tapi hanya bersedia menjual satu kepada preofessor Lexa. 


Di depan kediaman mobil yang profesor Lexa kirimkan untuk menjemputnya telah datang. Yenny pun masuk dengan menggenggam erat tas dokumennya. 


Yenny masuk lalu orang yang disebelahnya berbicara, "Nona mohon maaf, aku akan menutup kedua mata Nona." 


"Ah untuk apa?" tanya Yenny setengah ketakutan. 


"Mohon Nona ikuti saja," jawab orang itu. 


Akhirnya Yenny pasrah, mobil pun melaju membawa Yenny kepada professor Lexa. Sementara itu, Khansa di kamarnya tengah mengepak kopernya. Membawa baju untuk menginap beberapa hari di kediaman Isvara.


"Aku akan mengantarmu," ujar Leon seraya memeluk Khansa dari belakang dan mencium-ciumi bahu kecil Khansa. 


Setelah melihat Khansa masuk ke kediaman Isvara, barulah Leon melajukan mobilnya. Maharani yang melihat Khansa masuk dengan tenangnya, terang saja merasa emosi. 


"Anak sialan!" hardik Maharani ingin menampar Khansa. 


Namun, dengan cepat Khansa menampik tangan Maharani dan malah memelintirnya, "Beginikah sambutan selamat datang untuk aku?" 


"K-kau ... lepaskan aku," teriak Maharani kesal. 


Khansa pun melepaskan lalu mendorong Maharani, "Aku akan tinggal di sini dalam beberapa hari," ujar Khansa. 


"Siapa yang mengijinkanmu?" tanya sarkas Maharani. 


"Ijinkan aku tinggal atau kembalikan 40 milliar uangku saat ini juga!" balik ancam Khansa. 


Mendengar perkataan Khansa Maharani pun gemetaran, bahkan Leon masih berbaik hati memberikan mereka tenggat waktu, tapi Khansa sekali bicara hari ini menagih maka hari ini juga harus bayar.


"Jika tidak bisa, maka jangan halangi aku," ujar Khansa seraya mendorong Maharani lagi. 


Dari salah satu sudut, orang yang Gery tempatkan hampir saja bertepuk tangan melihat Nyonya mudanya itu sangat berani. 


Di lantai atas Khansa membuka pintu Kamar Kakek Isvara, Khansa bersimpuh di sisi ranjang Kakek Isvara. 


"Kakek ... aku datang menjenguk," ucap lembut Khansa. 


Khansa mengecek denyut nadi kakek Isvara, lalu setelah itu membuka kotak jarumnya. Dalam kotak itu ada jarum perak dan juga jarum emas. 


Khansa mengambil jarum emas, lalu mulai menancapannya ke bagian-bagian yang bertujuan membangkitkan fungsi dan organ tubuh menjadi lebih baik.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 120"