Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 119

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 119 : KALI INI AKU AKAN PATUH


Pagi Ini Leon mengantarkan Khansa ke rumah sakit, menjemput Bibi Fida. Leon merasa bersemangat karena adanya Bibi Fida, maka Khansa bersedia pindah ke rumah yang telah di sediakan untuk Khansa.


Rumah sudah memiliki Nyonya rumah, maka Leon menambah pelayan untuk rumah utama keluarga kecilnya itu, “Bibi,” sapa Leon.


“I-ni siapa?” tanya Bibi Fida dengan bingung.


“Bibi … ini …” jawab Khansa merasa bingung.


“Bibi aku adalah suami Khansa,” jawab Leon sembari mencium tangan Bibi Fida.


“Nona … suami …?” tanya Bii Fida lagi.


Khansa duduk di sisi ranjang Bibi Fida,”Ya Bibi, suami,”


Tiba-tiba air mata Bibi Fida mengucur di atas pipinya, merasa jika nona kecilnya sudah dewasa dan dia sudah melewatkan begitu banyak kenangan Bersama nona kecilnya ini.


Bibi Fida mengulurkan tangannya, dengan perlahan dan gemetar membuka cadar Khansa, melihat wajah Khansa Bibi Fida semakin menangis.


“Nyonya Stephanie …” panggil Bibi Fida dengan terbata.


Bibi Fida merasa melihat ibunya Khansa dari wajahnya Khansa, lalu dengan cepat Bibi Fida segera menutup wajah Khansa lagi, “Jika diluar jangan dilepas,” pesan Bibi Fida.


Leon dan Khansa saling berpandangan, “Bibi, apakah ada yang ingin kau ceritakan kepada kami?” tanya Leon.


Bibi Fida memandangi leon, terlihat sinar mata sedikit curiga kepada Leon, Khansa menyadari ini lalu menarik tangan leon yang sedang berdiri di sisinya. Khansa memasukan jari-jari tangannya ke tangan Leon dan disambut dengan genggaman erat Leon. Pandangan binar mata Bibi Fida pun berubah ketika melihat tangan Khansa mengenggam erat tangan Leon.


Khansa mengenggam tangan Bibi Fida seraya bertanya, “Bibi waktu itu kau bilang aku harus bersembunyi, dari siapa?”


Mendengar pertanyaan Khansa Bibi Fida merasa gemetaran, “Ayahmu … mereka membunuh ayahmu!”


“Ayah … dibunuh?” ujar Khansa bingung.


Leon juga sama bingungnya, bukankah Fauzan Isvara masih hidup pikir Leon. Merasa jika ini adalah sesuatu yang pelik maka Leon menekan bahu Khansa dengan lembut. Memberi tanda untuk menghentikan interogasinya, “Sebaikanya kita membawa Bibi Fida pulang dulu.”


Khansa mendongak kepada Leon, dan mengerti tatapan Leon Khansa pun mengangguk, “Bibi, ayo aku akan membawamu pulang ke rumah kami.”


Leon hanya mengantar sampai depan rumah sakit, setelahnya mereka menaiki mobil yang berbeda. Karena Leon harus mengurus pekerjaannya. Khansa dan Bibi Fida pulang ke rumah. Begitu mereka sampai, sudah ada Paman Indra dan beberapa pelayan berjejer menunggu kedatangan Nyonya rumah mereka.


“Nyonya,” sapa mereka seraya menundukan kepala.


“Ya Tuhan, Direktur Sebastian,” pikir Khansa yang merasa jika ini pasti pengaturan dari Leon.


“Mengapa pelayannya sebanyak ini?” isi pesan Khansa kepada Leon.


“Tegakan kepalamu! Kau adalah istri dari bos mereka,” isi pesan teks Leon kepada Khansa.


“Hisssh …” Khansa mendengus


Paman Indra mendorong kursi roda Bibi fida masuk ke dalam rumah, khansa mengikuti dari belakang, “Paman apakah nenek pergi berdoa lagi?”


“Iya Nyonya.” Jawab Paman Indra.


Wajah Khansa berubah menjadi merah, karena tahu nenek Sebastian pasti berdoa untuk segera mendapatkan cicit. Setelah mengantar Bibi Fida ke ruang tamu, paman Indra segera pergi ke dapur untuk mengecek makanan untuk Bibi Fida.


Khansa membuka notifikasi pesan dari Leon lagi, khansa membacanya itu adalah pesan yang mengingatkan jika Khansa jangan terlalu terburu-buru untuk menanyakan hal-hal yang ingin Khansa ketahui. Khansa pun patuh.


“Bibi … aku sangat senang bisa Bersama Bibi lagi,” ujar khansa.


Bibi Fida membelai rambut Khansa, terkenang masa-masa dulu Khansa masih di pangkuannya dan disuapi olehnya “Apa nona kecil sudah makan, Bibi suapi ya?”


Tak berapa lama, paman Indra datang dengnan membawa sup ayam jahe hangat. Khansa melihat ke paman Indra, lalu bangkit bediri dan menghampiri Paman Indra, dan mengambil mangkuk dari tangan Paman Indra.


“Bibi … suapi aku,” ujar Khansa sembari meletakan mangkuk sup itu di atas meja.


Wajah Bibi Fida pun tersenyum, Paman Indra keluar dan membawa pelayan yang lain keluar. Setelah semua keluar barulah Khansa membuka cadarnya. Bibi Fida mulai menyupi khansa, “Bibi, aku sudah kenyang.”


“Kita ke kamar Bibi ya sekarang,” ujar Khansa.


Khansa mendorong kursi roda Bibi Fida, pelayan yang melihat segera mengambil alih lalu


membantu meletakan Bibi Fida ke ranjang. Khansa duduk di sisi ranjang Bibi Fida, menemani Bibi Fida sampai tertidur.


Melihat Bibi Fida sudah tertidur maka Khansa bangkit berdiri. Namun, tiba-tiba tangan Bibi Fida menarik Khansa, alis Bibi Fida mengernyit sembari berkata, “Nona … nona kecil … lari … lari!”


“Bibi … aku di sini,” ujar Khansa menenangkan sambil menepuk-nepuk tangan Bibi Fida dengan lembut.


Khansa pun terduduk di sisi bawah ranjang, lalu meletakan kepalanya dan ikut tertidur juga. Hari ini Leon hanya sebentar berada di kantor. Leon menyerahkan semua pekerjaan hari ini kepada Gery. Sesampainya di rumah, Paman Indra mengatakan jika Khansa berada di kamar Bibi Fida.


Leon membuka pintu kamar Bibi Fida, Leon melihat landak kecilnya begitu imut ketika tidur dengan gaya duduk seperti itu. Leon pun berlutut dan mencium-cium puncak kepala istrinya itu. Merasa mencium aroma leon, maka Khansa pun membuka matanya.


“Mengapa sudah pulang?’ tanya Khansa.


“A-aku … belum minum obat,” jawab Leon Sembarang.


“Ah ya maafkan aku … aku lupa,” jawab khansa yang segera bangkit berdiri.


Leon ikut berdiri, alu menarik pinggul ramping Khansa, leon bertanya “Bagaimana keadaan Bibi Fida?”


“Bibi Fida selalu ketakutan, jika akan ditinggal sendiri,” jawab Khansa.


“Jika begitu kita akan memberi Bbi Fida satu pelayan khusus untuk menemani Bibi Fida,” usul Leon.


Khansa mengedipkan matanya lalu berkata, “terbaik,”


Leon berjalan sambil merangkul pinggang Khansa, “Ayo, aku akan mengajakmu berjalan-jalan. Kau belum melihat-lihat bukan?”


“jika begitu kau yang menjadi guide-nya,” ujar Khansa seraya menggandeng lengan Leon.


Rumah yang mereka tempati sekarang berada di atas perbukitan, Lahan ini adalah Lahan milik keluarga Sebastian. Jadi ini seperti terasa bukit millik pribadi, suasana dan udara sangat terasa sejuk. Pasangan muda ini berjalan dengan santai sambil berbincang ringan.


Leon menghentikan langkahnya ketika mengingat jika landak kecilnya ini suka sekali menggelinding sendirian, “Kali ini dilarang keras berpetualang sendiri!”


“Berpetualang?” tanya Khansa bingung.


“Jika ada sesuatu yang mencurigakan segera beritahu aku!” perintah Leon.


“Aku adalah suamimu, dan sudah menjadi hakmu untuk bergantung kepadaku, dan kewajibanku untuk melindungimu,” jelas bujuk Leon.


“A-aku … hanya terbiasa melakukan segala sesuatunya selama ini sendirian,” jawab Khansa.


“Bukankah kau berjanji akan memberikan aku sepasang anak kembar yang banyak?” ujar Leon.


Khansa tersenyum, lalu menyandarkan kepalanya ke bahu Leon, “Baik kali ini aku akan patuh,” janji Khansa.



Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 119"