Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 138

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admina ga akaan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 138 : ASISTEN APOTEKER


Emily duduk di dekat Khansa, lalu berbisik pelan, "Jadi bagaimana? Apakah pinggangnya benar-benar kuat?"


Mendengar pertanyaan Emily, sontak saja membuat wajah khansa memerah.


“Issh …” ujar Khansa sambil mencubit telapak tangan Emily, lalu mereka pun tertawa kecil sambil melirik ke arah Leon.


Rendra melihat jika istrinya tengah  melirik pria lain, langsung saja mengangkat tangannya dan membalikan kepalanya kearah wajahnya, lalu berkata, “Ada suamimu disamping, mengapa masih memandangi pria lain.”


Emily mengernyitkan alisnya, merasa mengapa dengan sahabat sendiri harus merasa cemburu, Emily menjawab, “Issh …”


Emily pun langsung menatapi makanannya saja, malas berdebat dengan Rendra. Sementara, Leon sedikit-sedikit menarik tangan Khansa dan menggenggamnya.


Leon memandang Rendra dan berkata, “Kami akan sedikit lama di sini,” ujar Leon sambil berdehem memberi kode kepada Rendra.


Rendra memandang Emily, mengerti maksud Leon berdehem adalah membiarkan isrinya ini agar lama juga di Los Angeles menemani Khansa.


Merasa baru bersama, tapi malah diminta berjauhan lagi. Jelas hati Rendra mana Rela. Apalagi ini adalah masa-masa rapuh di pernikahan mereka. Rendra mengambil ponselnya lalu memgirimkan pesan, “Atur pekerjaan Emily di Los Angeles.”


Rendra meletakan ponselnya, lalu menyesap segelas kopinya. Tak berapa lama Kak Wan berkata, “Aku mendapatkan pesan dari salah satu agensi di Los Angeles yang menawarkan kontrak Kerjasama dengan mereka.”


“Bagaimana?” tanya kak Wan.


Emily menoleh kearah Khansa, “Apa kau akan lama di sini?”


“Sepertinya begitu,” jawab Khansa.


“Jika begitu Kak Wan, kita juga akan bekerja di sini,” ujar Emily.


Leon mengambil gelas kopinya dan menyesapnya juga, sedikit tersenyum karena merasa puas dengan pengaturan cepat dari kawan baiknya itu.  Rendra juga mengirimkan pesan kepada General Manajer perusahaannya di Indonesia, agar segera mengaturkan kantor cabang di Los Angeles, tempat dia untuk bekerja selama dia  menemani istrinya melakukan pekerjaan di Los Angeles ini.


Dalam beberapa hari, kita akan pindah ke rumah kita,”ujar Leon.


“Rumah kita?’ tanya khansa.


“Ya aku baru saja membelinya,” jawab Leon.


“kapan?” tanya Khansa bingung.


“Aku baru saja memutuskannya,” jawab Leon sambil tertawa kecil.


“Oh ya Tuhan, pria ini membeli rumah seperti membeli kacang kulit,” pikir Khansa.


Rendra juga bekarta, “Kita juga akan pindah ke Apartemen,”


General Manajer mengatur sebuah Apartemen yang di lantai bawahnya ada sebuah kantor yang bisa di sewa sementara untuk Rendra agar bisa mudah di dalam bekerja mengatur segala urusan bisnisnya.


Kak Wan pun bertepuk tangan, jika begitu bagus. karena semua berkumpul di sini maka kita bisa bekerja sambil bermain, bukan begitu Gery,” ujarnya sembari menepuk bahu Gery.


Terbiasa bekerja dengan lokomotif cepat, maka Gery tidak menganggap omongan kak Wan. Ya bekerja dengan leon itu sama saja seperti kau berlari kencang karena di belakangmu sedang ada sebuah lokomotif yang tengah mengejarmu.


Keesokan harinya, Tuan Smith mengatur salah satu staff kepercayaannya untuk menjemput Khansa, untuk mulai bekerja dengan status sebagai asisten apoteker, yang akan membantu di penyimpanan dan pendataan obat dan bahan baku obat.


Khansa sampai di depan Oracle farmasi, dan langsung saja terkagum-kagum melihat betapa luas dan besarnya perusahaan farmasi obat ini dan juga berteknologi tinggi.  Khansa mengikuti staff itu masuk ke dalam Oracle farmasi.


Staff itu meregister  mata Khansa untuk akses masuk ke dalam Oracle farmasi. Tampilan Khnasa sangat sederhana, lebih terlihat seperti kutu buku. Tetap memakai cadar, hanya saja ditambahi sebuah kacamata besar bulat yang menghiasi wajahnya. 


Staff itu membawanya kepada Carl, kepala apoteker di Oracle, “Halo tuan,” sapa Khansa.


Khansa dan staf itu sama-sama terdiam, melihat nampaknya carl masih tertidur. Staff itu mengetuk-ngetuk tiga kali meja Carl. Dengan masih menyipitkan mata dia pun terbangun, “Ada apa? tanyanya.


“Asisten barumu,” jawab staf itu sembari meyodorkan Khansa untuk berdiri di depan meja Carl.


“Halo Tuan, apa kabar?’ jawab Khansa malu-malu.


“Ih itu … mirip sekali dengan James bond,” pikir Khansa.

“Siapa namamu,” tanya Carl.


Khansa masih terkesima dengan wajah Carl yang sangat mirip dengan Aktor pemeran James Bond, sehingga tidak mendengar panggilan Carl. Sekali lagi dia memanggilnya, “Nona … Nona!


“Ah iya Tuan,” jawab Khansa.


Carl mengulangi pertanyaanya lagi, “Siapa namamu?”


“Khansa,” jawabnya.


Carl berdiri lalu memandangi Khansa yang jadi terlihat semakin pendek karena tubuh Carl yang tinggi. Khansa pun menjadi mendongak hanya untuk melihat wajah carl.


“Ikut aku!” ujar Carl.


Khansa pun mengikuti langkah Carl, dia membuka ruangan lain lalu menunjuk ke tumpukan-tumpukan dokumen yang ada di atas meja, “Kau hafalkan itu! Agar memudahkanmu untuk merapihkan dan mendata obat dan bahan baku obat.”


“Apa itu adalah gunung tumpukan dokumen,” gumam Khansa dalam bahasa Indonesia.


Khansa mengalihkan pandangannya kepada Carl, dan tiba-tiba saja menarik label tampan yang tadi dia sematkan untuk Carl, “Tampan apanya, ini sih namanya iblis kalu begini.”


“Dalam tiga hari aku akan mengujimu, jika tidak lulus ujian dariku jangan harap bisa menjadi asistenku,” jelas carl.


Khansa memandangi carl dengan menaikan satu alisnya, “Apa pria ini sudah gila.”


Carl dengan santainya meninggalkan Khansa di ruangan itu, hari pertama tidak diberi pekerjaan lain selain hafalan saja. Khansa mulai mengambil satu dokumen, lalu mulai menarik kursi, meletakan dokumen itu di meja lalu membuka satu persatu halamannya dan mulai membaca.


Ketika sore hari, Khansa menelungkupkan wajahnya di atas meja, “Ya Tuhan, dia itu seperti malaikat maut saja,” gumam tidak senang Khansa.


Khansa melupakan jam makan siangnya karena terus menerus membaca berkas-berkas itu, sampai-sampai mengabaikan panggilan telpon dari Leon. Khansa mengambil ponselnya dan melihat begitu banyak panggilan tidak terjawab.


Khansa mengirimkan pesan kepada suaminya itu, “ Sepertinya aku harus lembur.”


Leon mengernyitkan alisnya berpikir, hari pertama kerja sudah harus lembur, Leon membalas isi pesan teks Khansa, “Mengapa harus lembur?”


“Demi penyelidikan aku, jadi mau tak mau,” jawab singkat Khansa.


“Jangan Khawatir ok! Aku akan segera pulang,” janji Khansa.


“Ok,” jawab Leon yang tidak ingin memperpanjang perdebatan mereka.


Karena terlalu lelah, Khansa pun tertidur sesaat  dan terbangun ketika mencium wangi harum dari mie yang baru saja terseduh. Khansa membuka matanya dan melihat ada sebuah mie instant cup di atas mejanya.


“i-ini dari siapa,” ujar Khansa dengan nada bingung.


Melihat di ruangan hanya ada dirinya sendiri, dan merasa memang perutnya sedang merasa lapar, maka Khansa pun langsung melahap mie cup instan itu.


“Ahh … kenyang,” ujarnya sembari menepuk-nepuk perutnya.


Melihat jika sudah jam sepuluh malam, maka Khansa segera melempar tempat mie yang sudah kosong itu ke tempat sampah, dan segera mengambil tasnya untuk segera pulang.


💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞



Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung


Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 138"