Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 136

Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admina ga akaan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 136 : MALAM PERTAMA


Khansa berbaring, menarik selimutnya dan memunggungi Leon. Melihat landak kecilnya ini merajuk Leon pun perlahan membaringkan tubuhnya di sisi istrinya itu.


Leon memajukan tubuhnya, merangkulkan lengan kuatnya ke Khansa, "Jangan bergerak, biarkan aku memelukmu, obati rinduku!"


Mendengar permintaan lembut Leon, maka Khansa pun diam, tidak jadi membangkang. Berpikir jika dia harus menjaga mental suaminya ini agar tetap tenang selama masa terapi, maka Khansa pun memilih mengalah.


Leon semakin mendekap erat tubuh istrinya, menciumi  Khansa, mencium aroma tubuh Khansa dia pun segera ternyenyak. Tengah malam Khansa terbangun, memgambil minum diatas nakas, menoleh ke arah suaminya yang terpulas seperti bayi.


Khansa mengusap lembut puncak kepala suaminya itu, lalu meletakan gelas di atas nakas. Khansa mandangi laci nakas, lalu iseng membukanya. Melihat ada beberapa berkas, dia pun mengambilnya dan mulai membuka membacanya.


Khansa menutup mulutnya dengan satu tangan karena terkejut, "Apa ini?"


Dengan pelan Khansa turun dari ranjang, keluar dari kamar dan pergi ke ruang tamu. Khansa membaca jelas-jelas apa yang tertulis di sana.


"Gala Quin ... Ayahku?" ujarnya sembari menggigiti kuku jari kelingkingnnya.


Leon terbangun karena tidak mendapati Khansa di sampingnya. Leon segera bangkit dari ranjangnya bergegas mencari istrinya. Leon langsung mendapati jika istrinya itu tengah serius membaca berkas-berkas penyelidikannya. Dengan langkang panjangnya Leon segera mendekati istrinya itu, lalu menarik berkas yang sedang di pegang oleh landak kecilnya itu.


Merasa berkasnya baru saja direbut dari tangannya, Khansa pun berdiri dan berkata ,”Berikan kepadaku!”


“Kau …” ujar Leon terbata.


“Ayo cepat berikan!” perintah dan pintanya lagi.


“ini bukan sesuatu yang harusnya kau lihat,” jawab Leon sembari menyembunyikan berkas itu dibalik pinggang kuatnya.


“Jelaskan padauk apa itu !” ujar Khansa dengan menatap tajam kepada suaminya itu.


Leon segera kembali masuk ke kamar, Khansa mengejarnya. Dengan cepat dia menyimpan kembali berkas itu di laci nakas dan menguncinya.


Khansa menarik lengan Leon, dan menatap marah kepadanya. “Katakan padaku tadi itu tentang apa!?”


Leon menarik tangan mungil Khansa dan menariknya duduk di sisi ranjang, “Tentang apa yang kau baca tadi jangan terlalu di pikirkan ok! Biarkan aku yang menyelasaikannya,” janji Leon.


“Gala Quin … ayah kandungku … apa maksud semua itu,” ujar Khansa dengan suara menahan tangis dan rasa penasaran.


Leon segera saja memeluk Khansa, ‘jangan menangis, ada aku di sini.”


Khansa mendorong tubuh leon, “Aku mohon ceritakan semuanya kepadaku!”


Leon menyelipkan rambut panjang istrinya itu kebalik telinganya, mengambil napas panjang dan mulai menceritakan semuanya secara perlahan. Mendengarnya tubuh Khansa menangis gemataran, kedua orangtuanya ternyata dibunuh secara keji.


“Apa bisa membuatku masuk ke Oracle Farmasi!” pinta Khansa.


“Untuk apa?” tanya Leon.


“Tentu saja untuk mencari tahu lebih jauh lagi,” ujar Khansa.


“Tidak itu akan sangat berbahaya bagimu” ujar Leon tidak setuju.


“Dengarkan aku, tentang medis aku sangat paham. Itu seperti sudah mengalir begitu saja dalam darahku,” jelas Khansa.


“jadi jika aku masuk kesana dan menyelidiki lebih dalam, bukankah itu akan sangat membantu,” ujar Khansa meyakinkan.


“Apa yang ingin kau cari di sana ?” tanya Leon.


“Tentang Penelitian ayahku dan juga tentang kematian ibumu,” jawab lugas Khansa dengan yakin.


Leon berdiri sembari mengusap kasar wajahnya, lalu berkarta lagi, “ Tidak.”


“Oh ayolah sayang,” bujuk Khansa.


“Tidak! Aku akan segera megatur kepulanganmu ke Indonesia,” jawab tegas Leon.


Pada saat ini hati leon berdentum-dentum kencang, sangat takut apa yan menimpa ibunya di gedung Oracle terulang pada landak kecilnya ini. Dengan marah Leon pergi meninggalkan kamar mereka dan segera menemui Gery.


Khansa berpikir keras bagaimana harus meyakinkan suaminya ini, Khansa sangat memahami jalan pikiran suaminya itu. Tidak akan sanggup menerima jika terjadi hal yang buruk pada dirinya, setelah mengalami kehilangan orang yang paling dicintainya, yakni ibunya. Jadi Khansa sangat memahami kekhawatiran yang ada dalam diri Leon.


“Apa yang harus aku lakukan,” ujar Khansa sambil menghentakan kakinya karena merasa kesal.


Untuk yang hal yang satu ini jelas dia sangat membutuhkan bantuan Leon untuk bisa masuk ke dalam lingkaran Oracle farmasi, dan leon adalah satu-satunya orang yang memiliki akses ke seluruh Oracle farmasi.


Khansa menaikan alisnya ketika terpikirkan suatu cara, “Malam pertama, apakah aku harus membujuknya dengan itu.”


Perasaan Khansa semakin galau tak karuan, “orang bilang menyelesaikan masalah di atas ranjang adalah solusi paling terbaik,” ujar Khansa berbicara dengan dirinya sendiri, meyakinkan dirinya sendiri jika ini adalah satu-satunya cara untuk menaklukan ketakutan pada diri Direktur Sebastian.


Khansa meminta kepada Emily untuk dipilhkan baju tidur yang menggoda, Emily bertanya untuk apa langsung saja Khansa membalas, “Untuk aku pakai nanti malam,” jawab pesan teks Khansa kepadanya.


“Apa kau sudah benar-benar siap?” tanya Emily.


“ya,” jawab Khansa.


“Ok tunggu saja ya, aku akan mengirimkan model yang paling yahud untukmu,” jawab Emily dengan gambar nada tertawa yang banyak.


Leon dan Rendra segera bersibuk lagi dengan pekerjaan mereka, meski di luar negeri tidak ada kata santai bagi mereka, tetap mengurus pekerjaan yang ada di Indonesia dan beberapa negara lainnya. Di siang hari Kak Wan dan Emily datang memberikan satu set pakaian tidur.


“Ini .., sepertinya kau juga membutuhkan ini,” ujar Emily.


“Apa ini?” tanya polos Khansa.


Emily pun mulai menerangkan kegunaan produk-produk kosmetik untuk ritual malam pertama temannya itu. Khansa menaikan alisnya, “Apakah ini benar-benar diperlukan?”


“tentu saja, Air daun sirih ini akan sangat membantu membuat yang di bawah kita ini akan menjadi harum,” jawab Emily sambil mengedipkan matanya.


“Dan ini tinggal kau semprotkan saja ke mulutmu,” ujar Emily lagi.


“Hissh kau pikir aku memiliki bau mulut,” protes Khansa.


“Sudah-sudah kalian pergi saja, aku akan bersiap sendiri,” ujar Khansa.


Emily dan kak Wan pun pergi dari kamar Khansa, lalu mulailah Khansa melakukan perawatan diri sendiri. Gery mengabarkan kepada dirinya, jika Direktur Sebastian akan kembali sedikit malam. Khansa tetap menunggu dengan sabar.


Khansa duduk di meja rias, melihat dirinya di cermin sambil menyisiri rambutnya. Leon tiba dan masuk ke kamar mereka. Melepaskan sepatunya dan menggantinya dengan sandal hotel. Leon membuka pintu kamarnya dan mulai mencium aroma manis.


Leon berdiri di pintu melihat landak kecilnya yang sedang duduk , dia memasukan satu tangannya ke saku celananya. Satu tangan lagi mengendurkan dasinya. khansa menyadari kedatangannya, lalu Khansa menghentikan gerakan menyisir rambutnya.


Khansa meletakan sisirnya, mengambil parfum lalu memakainya lagi di beberapa titik yang biasa akan dicium oleh Leon. Melihat suaminya sedang berdiri memandanginya, Khansa pun berdiri dan menghampirinya.


"Tuan Muda ..." sapa lembut Khansa dengan suara menggoda.


Khansa berdiri dan berjalan kearahnya, lalu melepaskan dasi Leon, dan membuka dua kancing atas kemejanya. Dengan tangannya yang lembut dia mengusap lembut leher suaminya itu, lalu turun ke tulang selangkanya.


"Tuan Sebastian ..." bisik Khansa.


khansa menciumi leher Leon, semerbak wangi khas tubuh Khansa pun menyeruak ke indera penciuman Leon. Kedua tangannya pun merangkul pinggul ramping istrinya itu. Dia memejamkan kedua matanya merasakan sensasi nikmat ciuman landak kecilnya ini di lehernya.


Leon mengangkat satu tangannya ke atas, lalu menjambak pelan rambut Khansa, memandangai wajah kemerahan istrinya ini tentu saja membuat Leon tidak tahan untuk tidak menciumnya. Dia menundukan kepalanya dan mulai memangut bibir istrinya ini yang berwarna kemerahan.


Leon memasukan lidahnya ke mulut Khansa, Dia sedikit menggigit bibir bawah landak kecilnya itu. seketika saja Leon merasakan anyir darah keluar dari bibir Khansa karena gigitannya. Dia melepaskan tautan bibirnya lalu menatapi luka yang baru saja dia beri kepada landak kecilnya itu.


“Apakah terasa sakit?” tanya Leon.


“Tidak … aku menyukainya, sangat menyukainya,” jawab manja Khansa.


Leon menghapus darah dari ujung bibir Khansa, lalu menjilati tangannya. Dia menyeringai lalu mengambil tangan Khansa dan meletakannya di pinggang kuatnya. memahami maksud dari suaminya itu, Khansa pun berlutut lalu mulai membuka sabuk ikat pinggang Leon.


Leon memegangi kepala Khansa dengan dua tangannya, Dia memandangi istrinya yang berada di bawahnya lalu menekan puncak kepalanya semakin kebawah, Leon pun memejamkan matanya kembali seraya m*ndesah.


Leon tidak bisa mengendalikan diri lagi, Dia menggendong tubuh Khansa lalu melemparkannya ke ranjang. Gaun berwarna merah yang semakin mempertegas kulit putih mulusnya itu semakin membuat Leon terasa menggila. Dia mulai menenggelamkan kepalanya di d*da landak kecilnya itu.


Khansa m*ndesah, telinga Leon merespon suaranya yang terdengar bagaikan nada indah yang langsung menusuk jantungnya. Leon semakin tidak bisa mengendalikan diri, langsung saja membuka kedua paha Khansa. Bergerak perlahan, satu tangan diletakan di atas perut Khansa. satu tangan lagi memegangi satu paha Khansa diletakan di atas bahunya yang kuat itu.


Melihat wajah Khansa yang merona, dan wajah imut istri kecilnya ini yang sedang MENGGIGIT BIBIR BAWAHNYA seperti sedang menahan sakit. Leon malah semakin mempercepat gerakannya, dan Khansa semakin mendesah, Leon menghentikan gerakannya dan segera menarik tubuh istrinya itu dan membalikannya, lalu dia menindih dan menekan tubuh Khansa dari atas.


Leon mencium-cium lembut daun telinga Khnasa seraya berkata, "Panggil namaku!" perintah Leon.


Khansa menyebut nama Leon dengan suara gemetar, Mendengarnya dia semakin berhasrat lalu mulai merasa akan mencampai di puncaknya. Dia menempelkan tubuhnya lebih erat kepada tubuh istrinya itu, dan memeluknya erat ketika melepaskan semua pada puncaknya.


Leon mengecup-ngecup bahu Khansa, Dia mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Khansa, lalu terbaring di sampingnya.


Leon memejamkan mata, satu tangannya diletakan di kepalanya masih berpikir tentang kenikmatan yang baru saja menghantam dengan keras. Khansa mengambil inisiatif lagi, mendekatkan diri kepadanya.


Dengan penuh kelembutan Khansa masuk ke dalam pelukan Leon lagi, dengan reflek dia mengusap-usap lembut kepala istrinya itu. Khansa mencium aroma maskulin dari tubuh Leon, dan pada akhirnya mereka berdua terlelap dengan saling berpelukan.



Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung


Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 136"