Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 135

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admina ga akaan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 135 : JATUH CINTA TIGA KALI


Mendengar jawaban Leon, langsung saja Rendra mengalihkan pandangannya kepada Emily yang tengah berdiri salah tingkah.


Leon menarik Khansa ke meja penerima tamu, "Satu kamar suite atas nama Nyonya Senastian."


"Baik Tuan," jawab Staff hotel tersebut.


Rendra pun melakukan hal yang sama, memesan kamar terpisah. Gery terdiam ditinggal sendirian.


"Ajaklah Manajer Emily untuk menempati kamar Suite kita, bukankah ada dua kamar terpisah di dalamnya," ujar Leon.


"Ya Tuan," jawab Gery patuh.


Emily melangkah ke penerima tamu, lalu malah memesan kamar sendiri, "Kak Wan kau tidur dengan aku saja," ujarnya.


Rendra langsung saja mengubah kamarnya lagi agar menjadi bersebelaham dengan Emily. Leon menarik Khansa untuk segera ke kamar mereka. Membiarkan pasangan pengantin baru itu bertengkar.


Siapa suruh temannya itu bodoh, bukan mengaku cinta sedari awal tapi malah diam saja. Jadi Leon sedikit setuju jika Emily menghukum Rendra saat ini.


"Sebentar ..." ujar Emily.


"Kalian berdua nanti datang ke kamarku, wajah kalian harus betul-betul diobati jika tidak ingin wajah tampan kalian itu menghilang."


"Baik Nyonya," jawab Gery.


Rendra pun mengangguk sembari melirik Emily, mengecek apakah ada jejak kekhawatiran di wajahnya. Namun, Emily terlihat datar-datar saja.


Sebenarnya waktu di pesawat Emily meminta kepada Khansa agar mengecek luka pada wajah Rendra. Merasa suaminya memang yang membuat terluka maka dia bersedia memeriksa Rendra.


Baru saja Masuk ke dalam kamar Leon langsung saja memeluk Landak kecilnnya itu. "Aku sangat rindu," bisiknya.


Khansa merasa sedikit terkejut namun, menyukai pelukan hangat suaminya ini, Khansa mengusap-usap lembut tangan Leon yang sedang melingakar di pinggang rampingnya.


"Kenapa tidak minum obatnya?" tanya lembut Khansa.


"Sedikit lupa karena sedang sibuk melakukan hal yang sangat penting," jawab Leon.


Khansa membalikan badannya. "Lebih penting dari kesehatanmu?"


"Ya lebih penting dari itu," jawab Leon.


"Kau ini nakal sekali," ujar Khansa sembari mencubit pinggang kuat Leon.


Bel yang berbunyi membuat Leon harus melepaskan pelukannya dari Khansa, dia segera membukakan pintu. itu adalah Rendra dan Gery.


Tak berapa lama Emily dan Kak Wan juga datang, mereka di sini untuk menghapus make up yang ada di wajah kedua pria itu. Renda dengan tenang menikmati sentuhan lembut tangan Emily yang sedang membersihkan wajahnya. Sementara, Kak Wan yang kebagian tugas untuk membersihkan wajah Gery.


"Sudah," ujar Emily sambil memandangi wajah Rendra yang masih terlihat lebam biru itu.


Khansa mengamati wajah Rendra, lalu mengeluarkan salep. baru saja ingin memakaikan salep itu. Leon segera saja mengambil dan malah dia yang memakaikan salep itu ke wajah Rendra.


"Mau bermanja-manja dengan istriku, Hah! Enak saja," gumamnya.


"Hissh ... bisa pelan sedikit tidak!" pinta Rendra.


"Ish, dasar lemah," ujar Leon dengan sedikit meledek.


Leon melihat ke arah Gery, "A-aku akan memakainya sendiri," ujar Gery.


Leon menyerahkan salep itu ke tangan Gery, "Jika sudah selesai, kalian bisa kembali ke kamar kalian masing-masing."


Merasa telah di usir maka Emily dan kak Wan pun pergi, Rendra segera menyusul langkah istrinya itu, "Sayang kita harus bicara."


Emily menoleh kearah Rendra, lalu berkata "Kak Wan kau duluan saja."


"Baiklah ayo kita bicara," jawab Emily.


Rendra menggandeng Emily ke kamarnya, membawanya duduk di sofa besar di kamar itu, "Kita sudah menikah."


"Aku tahu," jawab Emily.


"Lalu mengapa kita harus tidur terpisah?" tanya Rendra.


"Aku memang istrimu, tapi maaf aku tidak bisa sepenuhnya menjadi istrimu," jelas Emily.

"Mengapa?" tanya Rendra lagi.


"Ibumu ... akan selalu menjadi duri dalam daging untuk pernikahan kita. Sebelum kau bisa mengatasi ibumu maka duri itu akan selalu menyakiti kita," jelas Emily lagi.


Rendra langsung saja mendorong tubuh Emily dan menindihnya, "Aku adalah suamimu, apapun keadaannya aku adalah suamimu."


Rendra menciumi leher Emily, menciuminya sampai puas hati. Namun, terhenti ketika mendengar perkataan Emily yang selanjutnya, "Hentikan! Jangan buat aku membencimu."


Mendengar ancaman Emily, maka Rendra pun mengangkat tubuhnya. Dia hanya bisa memandangi wajah kemerahan istrinya itu.


Emily bangkit dari sofa, baru saja ingin membuka pintu namun, Rendra langsung memeluknya dari belakang seraya berbisik, "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu. Di hari pertama aku melihatmu. Aku sudah memilihmu untuk menjadi wanitaku saat itu dan untuk masa depanku."


Rendra menciumi telinga Emily dengan lembut, lalu melepaskan pelukannya. Dia pun membukakan pintu, saat ini tidak ingin memaksanya lagi, merasa jika wanita yang dia cintai sudah menjadi istrinya, maka untuk sekarang itu sudah lebih dari cukup.


Emily pun segera melangkah keluar dari kamar Rendra. berdiri sebentar di balik pintu yang memisahkan mereka, menangis tanpa bersuara lalu menghapus air matanya.


Jika Rendra dan Emily masih berada dalam badai, maka Leon sedang berbunga-bunga, landak kecilnya datang untuk merawatnya. Hati siapa yang tidak berbunga-bunga jika mendapatkan perlakuan seperti ini.


"Kemarilah," ujar Khansa seraya menepuk-nepuk sisi ranjangnya.


Leon yang sudah berganti piyama itu pun dengan patuh naik ke ranjang besar mereka. Leon membaringkan kepalanya di pangkuan Khansa. Lalu Khansa mulai mengeluarkan jarum emasnya. Khansa berpikir ketika di sini, suaminya ini tiba-tiba kambuh, bahkan menjadi lebih brutal dari sebelumnya.


Dengan kecerdasannya tidak susah bagi Khansa untuk menebak, jika tempat ini ada menyimpan sesuatu yang kelam bagi suaminya ini. Khansa mulai membuka percakapan.


"Apa dulu kau pernah tinggal di sini?"


Merasakan ketenangan tidur di pangkuan istri dan juga teknik akupuntur yang merilekskan tubuhnya maka dengan lancarnya Leon menjawab Iya atas pertanyaan Khansa.


"Benarkah? Mengapa tidak pernah menceritakannya," ujar Khansa.


"Apa yang ingin kau ketahui?" tanya Leon.


"Ceritakan tentang orang tuamu!" pinta Khansa.


Leon menarik napas lalu menceritakan tentang ingatan kelam di masa itu, teman baik ibunya ternyata menghianati ibunya dengan mengambil kasih sayang ayahnya. Dan entah kenapa tiba-tiba ibunya bunuh diri melompat dari gedung tinggi.


Khansa mendengarnya dengan tercengang, ternyata selama ini, suaminya memendam ingatan kematian seperti itu. Jelas saja ini menimbulkan trauma mendalam. Pemicu kebrutalannya selama ini jika sakitnya sedang datang kembali.


Khansa mengalihkan perhatian Leon, "Apa ada hal manis yang kau ingat tentang ibumu?"


"Ya, waktu itu teman ibuku datang. Dia membawa bayi perempuan kecil bersamanya," jawab Leon.


"Lalu?" tanya Khansa penasaran.


"Bayi itu memiliki binar mata yang indah, lalu dia mengulurkan tangannya kepadaku," jawab Leon lagi.


"Ibuku bilang, kelak jika aku sudah dewasa maka dia akan menjadi pengantinku," Cerita Leon lagi.


Mendengar jika Leon pernah dijodohkan dengan bayi perempuan kecil, maka dengan seketika Khansa mendorong tubuh Leon sampai terjatuh dilantai.


"Apa kau pernah mencarinya?" tanya Khansa.


"Itu ..." ujar Leon terbata.


Khansa memelototi Leon, tidak berani berbohong maka Leon menjawab jujur, "Ya aku pernah mencarinya, tapi tidak menemukan petunjuk sama sekali," jelasnya.


Leon segera bangkit dari lantai, lalu segera naik ke ranjang mereka dan membujuk Khansa, "Tapi itu dulu, sekarang kau adalah istriku. anggap saja pengantin kecil itu hanya candaan kedua orang tuaku, ok!"


Saat itu, setelah Gala Quin meninggal. Stephanie segera pergi menemui Amara Sebastian untuk menyerahkan satu jurnal medis yang dia tulis bersama Gala. Sementara untuk yang lainnya dia yang akan menyimpannya.


Kala itu Khansa masih bayi, dengan memakai gaun putih panjang. Khansa terbaring tenang di dorongan bayi, pada saat itulah Leon berdiri di samping dorongan bayi itu dan melihat bayi perempuan itu tersenyum kepadanya lalu mengulurkan tangan mungilnya, Leon memberikan jari tangannya lalu bayi itu menggenggamnya. Siapa sangka ternyata bayi kecil itu malah telah membuat Leon jatuh cinta sebanyak tiga kali. Yakni ketika dia masih bayi, ketika dia menyelematkan nyawanya, dan ketika dia menjadi istrinya saat ini.


💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞


BERSAMBUNG



Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 135"