Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 134

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 134 : KAMBUH


Leon juga berencana membelikan satu berlian terbaik untuk Khansa. Leon berpiklir jika Khansanya ini layaknya seperti berlian yang memiliki arti simbol kekuatan, kesetiaan, kemurnian, dan keseimbangan.


Berlian terbentuk lebih dari 3 milyar juta tahun lalu di dalam kerak Bumi. Pada lapisan tertentu, panas dan tekanan tertentu menyebabkan atom karbon mengkristal dan membentuk berlian. Jadi bisa dikatakan sebuah berlian itu adalah batu yang langka, Dan Leon merasa jika landak kecilnya itu juga adalah wanita yang langka.


Berlian bisa ditemukan di kedalaman 150 sampa 200 kilometer di bawah permukaan Bumi di zona subduksi, zona wilayah kerak bumi di mana terdapat pada batas dua lempeng tektonik.


Dua tuan muda tersebut masuk ke dalam toko berlian yang telah mereka pilih, dan dengan cepat memutuskan membeli yang menurut mereka cocok dengan kepribadian istri mereka masing-masing.


Leon memilih Blue Moon Diamond, Berlian yang termasuk langka yang bisa ditemukan di masa kini. Berlian ini berwarna biru tua dan sangat berkilau, berlian yang biasa disebut 'Blue Moon Diamond' ini ditemukan di pertambangan Cullinan, Pretoria, Afrika Selatan.


Meski harganya selangit namun, Leon merasa ini sangat sepadan dengan landak kecilnya. Karena batu berlian ini benar-benar mewakili karakter Khansa. Hari ini selain berbelanja, Leon juga ada menemani Rendra yang sedikit mengurus pekerjaan bisnisnya di Los Angeles ini.


“Berpergian bisnis bersamamu, aku jadi bisa menghemat banyak,” ujar Rendra seraya mengedipkan matanya.


“Gery akan mengirimkan tagihannya nanti,” ujar Leon.


“Tagihan apa?” tanya Rendra.


“Tentu saja, tagihan perjalanan bisnismu,” jawab ringan Leon.


“Apa?” tanya Rendra bingung.


“Aku ini sangat perhitungan,” jawab santai Leon.


“Haissh … pelit dan perhitungan itu sangat tipis kawan,” protes Rendra.


Leon hanya memberikan wajah datar acuh tak acuh, yang dia tahu Rendra harus menderita seperti dia saat ini, karena jadi harus berjauhan lama dengan landak kecilnya disebabkan tindakan impulsifnya kemarin.


Mereka Kembali ke hotel di malam hari, setelah makan malam Leon Kembali lebih dulu ke kamar. Sementara, Rendra pegi keluar lagi, karena masih ada sesuatu yang dibeli. Rendra pergi berdua dengan Gery, dan dia hanya tinggal seorang diri di kamar.


Mereka berdua pergi agak lama, dan begitu kembali mereka langsung tercengang, terkejut karena melihat kamar yang tadi rapih tiba-tiba berantakan di sana sini. Gery langsung saja melempar tas belanja yang sedang dia pegang, lalu berlari ke kamar Tuannya.


Dalam hati Gery menebak jika saat ini pasti sakit tuannya itu tengah kambuh, dan kali ini nampak sangat parah karena melihat kacaunya keadaan kamar hotel mereka. Rendra pun sama segera melempar tas yang dia pegang, dan mengikuti langkah Gery. Baru saja masuk wajah Gery langsung saja kena pukulan hebat yang membuatnya sampai jatuh tersungkur.


Rendra segera keluar dari kamar itu, mengeluarkan ponselnya dan mengnhubungi Khansa. Rendra teringat tadi sebelumnya Gery bercerita jika semenjak menikah dengan Nyonya Mudanya, maka penyakit tuannya sudah jauh menjadi lebih baik. Di tambah jika istri kawan baiknya ini jenius dalam dunia medis. Khansa langsung menjawab panggilan telpon dari Rendra.


“Ada apa?”


“Suamimu …” jawab Rendra dengan panik.


“Ada apa dengannya?” tanya Khansa sambil menaikan satu alisnya.


“ Sepertinya kambuh, apa yang harus aku lakukan?” jawab Rendra.


“Carilah kotak kecil berwarna hitam, aku meletakan pil obatnya di kotak itu!” perintah Khansa.


Rendra segera melempar ponselnya di sofa, lalu kembali masuk ke kamar Leon. Melihat Gery yang sedang kesusahan menangani amukan Tuannya, Maka Rendra segera mengambil alih, “Kau cari kotak kecil berwarna hitam, pil obatnya ada di sana!”


Rendra dan Leon bergumul, Leon melayangkan pukulan ke perut Rendra. Sedikit membuat Rendra tersungkur. Rendra melawan, namun terkena pukulan lagi di wajahnya. Tak ingin menjadi karung beras yang terus di pukuli maka Rendra pun berteriak kepada Gerry.

“Hei! Cepat,” pekiknya.


“ketemu!” ujar Gery lalu segera melemparkannya kearah Rendra.


Dengan lihainya Rendra menangkap kotak obat yang terbuat dari kayu itu, Rendra membukanya lalu segera saja menerjang kembali ke arah Leon. Mereka berdua saling pukul lagi. Namun, kekuatan leon sangat besar sehingga membuat Rendra kepayahan. Wajah Rendra nampak sudah menjadi babak belur.


Rendra tidak menyerah, dan berhasil menjatuhkan tubuh Leon, lalu menindihnya dan menarik rahang leon. Dengan cepat Rendra memasukan pil buatan Khansa ke mulut kaswan baiknya itu.


“Telan!” perintah Rendra sembari tetap mepiting tubuh Leon.


Obat pun berhasil tertelan, dan Leon pun mulai tenang. Rendra barulah bisa melepaskan tubuh Leon. Dia berbaring di lantai sambil menahan sakit di wajahnya. Gery pun sama duduk bersandar sambil mengelap darah yang keluar dari ujung bibirnya.


Ingatan kelam yang ada pada diri Leon, telah memicu sakitnya untuk kambuh menjadi dua kali lipat dasyhatnya. Kematian ibunya terjadi di gedung Oracle Farmasi. Namun, karena area Oracle terbilang ekslusif, kasus tentang ibunya itu menguap begitu saja.


Di Oracle bahkan tidak di perbolehkan mengambil foto, meksi itu jika hanya ingin mengambil foto tulisan Oracle yang menempel di dinding. Setelah merasa lebih baik dan melihat Leon tertidur dengan nyenyaknya di lantai, Rendra pun bangkit berdiri.


Rendra mencari kotak P3k, lalu melihat ponselnya di sofa berdering, melihat nama khansa yang ada di layar ponsel dengan segera Rendra menjawab sambungan viceo call itu, “Halo,” jawabnya dengan suara merintih menahan sakit di seluruh tubuh dan wajah.


“Astaga!” ujar Khansa yang terkejut melihat wajah Rendra yang berdarah-darah.


“K-kau kenapa?” tanya Khansa.


“Ah ini … ini adalah hasil kerajinan tangan dari Direktur Sebastian,” jawab Rendra sembari


tersenyum tapi, sambil menahan sakit dengan satu tangannya.


Emily sedang ada di samping Khansa, mendengar itu dia ikut merasa khawatir. Khansa kembali bertanya, “Lalu bagaimana dengan Leon?”


Rendra kembali masuk ke kamar Leon, lalu memperlihatkan Leon yang sedang tertidur di lantai. Hati Khansa merasa berdesir melihatnya. Merasa bersalah, karena sedang menjaga Kakek Isvara lalu menangani masalah Emily, dia jadi melupakam terapi akupuntur suaminya itu.


“Aku akan segera menyusul kalian,” ujarnya lalu


segera memutuskan sambungan telponnya.


“Emily apa kau bisa meminta Kak Wan mengatur kepergian kita secepatnya ke Los Angeles!” pinta Khansa.


“Kita …? Tanya Emily, “Tapi aku …” ujar Emily lagi.


“Suamiku sedang sakit, dan suamimu sedang terluka jadi kita harus pergi ke sana,” jelas Khansa.


“Cepat hubungi Kak Wan!” pinta Khansa lagi.


Melihat luka-luka lebam di wajah Rendra, maka Khansa sudah tidak akan berhitung-hitung lagi dengan Rendra. Dirinya yang paling paham bagaimana kebrutalan suaminya itu ketika sakitnya kambuh. Karena itu dalam hati Khansa berterima kasih kepada Rendra.



Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 134"