Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 132

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 132 : DIA SUDAH SETUJU


Paman Indra memanggil Khansa, mengatakan jika Emily sudah terbangun, "Aku akan mengecek keadaannya." ujar Khansa.


khansa segera pergi ke kamar Emily, "Sayangku, apa masih merasa pusing?" tanya Khansa.


"Sedikit," jawab Emily.


Sebenarnya ketika dibawa ke Villa mawar kuning, Emily masih memiliki sedikit kesadaran, terakhir yang dia ingat sebelum terlelap adalah seseorang bertanya kepadanya apakah bersedia menikah dengan pria yang dihadapannya itu, yang sedang berdiri di depannya.


Emily melihat itu adalah Rendra, diam menatap pria yang masih dicintainya itu, menilai Emily tidak mengeluarkan kata tidak, kata penolakan maka pria yang bertanya itu menganggap Emily telah setuju dengan pernikahan yang akan dilaksanakan, dan ijab qabul pun bisa dilaksanakan, setelahnya barulah Emily kehilangan kesadarannya sepenuhnya.


Khansa mendengar ada ribut-ribut, lalu segera turun untuk melihatnya. dan ternyata itu adalah Rendra.


Abraham langsung saja memukul Rendra. merasa memang sudah mengacaukan maka dia tidak membalas pukulan Abraham.


[Abraham foto]


"Aku datang untuk menjemput istriku!" tukas Rendra.


"Kau merebutnya dengan cara tidak jantan," ujar Abraham sembari memukul Rendra lagi.


"Semenjak dia lahir, dia adalah miliku," jawab Rendra tidak mau kalah.


"Brengsek!" pukul Abraham lagi kepada Rendra.


Leon tidak melerai, merasa kawan baiknya ini memang sudah keterlaluan.


"Tuan Kawindra lepaskan tanganmu darinya," teriak Emily.


Mendengar suara wanita yang di cintainya memanggil namanya, Rendra langsung melepaskan Abraham dan menurunkan tangannya yang baru saja ingin membalas pukulan Abraham.


Abraham langsung berlari ke arah Emily dan menggandeng tangan Emily, "Ayo kita pergi dari sini!"


"Tidak bisa! saat ini dia adalah Nyonya Kawindra," teriak Rendra.


"Tidak, ini tidak sah," balas hardik Abraham.


"Sah ... karena dia sudah setuju," jawab Rendra sembari berjalan ke arah mereka dan menarik Emily ke sisinya.


"M-maksudmu?" tanya bingung Abraham.


"Dia sudah setuju menikah denganku ketika ditanya sebelum aku mengucapkan ijab qabul pernikahan kami," jelas Rendra.


"Emily benarkah itu?" tanya Abraham.


Emily terdiam, ketika ditanya oleh Wali hakim. waktu itu dia memang terdiam dan tidak mengatakan tidak bersedia, karena itu wali hakim menganggap jika Emily bersedia.


Abraham mundur beberapa langkah, merasa tidak percaya. Emily melepaskan rangkulan tangan Rendra.


"Abraham ... maafkan aku," jawab Emily.


"A-aku benar-benar ingin menikah denganmu, tapi apa dayaku jika takdir kita ternyata tidak searah," jelas Emily.


Abraham memandang tangan mungil Emily yang sedang memegangnya, lalu menghempaskannya, "Leluconmu sangat lucu ..." ujar Abraham lalu bergegas pergi dengan membanting pintu keras sekali.


Emily memandang ke Kak Wan, mengerti arti tatapan Emily Kak Wan pun pergi mengejar Abraham.


Emily menangis, Khansa pun memeluknya. Khansa menoleh kepada Leon, "Aku tidak ingin melihat Tuan Kawindra ada di rumah kita."


Leon langsung saja menarik kerah baju Rendra, menariknya keluar dan memasukannya ke dalam mobil lalu melajukannya.


Leon berkata, "Sebaiknya kau diam saja, jangan sampai membuat landakku marah lagi. Itu akan sangat berbahaya."


mengingat jika landaknya Leon telah membuatnya KO dengan mudah maka Rendra pun diam. Sementara itu, di kamar Khansa masih menghibur Emily.


"Apa yang akan kau lakukan?" tanya Khansa.


"Entahlah," jawab Emily.


"Apa kau tadi benar-bemar bersedia?" tanya Khansa lagi.


"Aku tidak mengatakan tidak, menurutmu?" tanya balik Emily sembari mentertawakan dirinya sendiri.


"Apa yang harus aku lakukan dengan Abraham?" ujarnya.


"Berikan dia waktu," jawab Khansa.


"Berikan juga dirimu waktu, jika sudah lebih baik maka bicarakan baik-baik," nasehat Khansa.


"Aku tidak ingin bertemu dengan Kak Rendra," pijta Emily.


"Jika begitu ini adalah tempat teraman untukmu saat ini," ujar Khansa.


Leon membawa Rendra ke Villa Anggrek, "Malam ini kita tidur di sini,"


"Apa?" tanya Rendra bingung.


Leon mendapatkan pesan dari Khansa yang mengatakan jika mereka di larang menginjakan kaki di rumahnya dalam beberapa hari ke depan.


Leon mengajak Rendra berbicara serius, "Bagaimana dengan Ibumu?"


"Mau tak mau akan aku hadapi," jawab Rendra.


Merasa jika hampir saja kehilangan Emily dan merasa mau gila, maka Rendra pun nekat melakukan hal ekstrem seperti itu.


"Katakan saja jika kau membutuhkan bantuanku untuk melawan ibumu," ujar Leon sambil tertawa kecil.


"Kau pikir ibuku itu monster? tanya Rendra bersungut.


"Bukan monster, hanya saja sangat galak," jawab Leon lagi sedikit mencandai.


Rendra pun tertawa karena sedikit setuju dengan pendapat Leon. Mereka berdua saling melempar tawa.


"Bagaimana dengan Emily, apa yang akan kau lakukan sebenarnya?" tanya Leon ingin tahu.


"Jelas membawanya tinggal dengan aku, telah menjadi istriku mana boleh tinggal berjauhan lagi," jawab yakin Rendra.


"Bagus, jangan sampai membuat landakku marah," ujar Leon.


Gery datang menyapa kedua Tuan Muda itu, "Apa ada hal baru?" tanya Leon.


"Semua persiapan kepergian kita sudah siap," jawab Geryy.


Leon menatap Rendra, lalu menjawab "Tuan Kawindra akan ikut bersama kita, persiapkan juga!" perintah Leon.


"Apa? Siapa yang mau ikut pergi bersamamu," jawab Rendra.


Leon khawatir jika Rendra berulah lagi ketika dia pergi, karena itu berpikir lebih baik membawanya pergi Ke Los Angeles bersamanya.


"Baik Tuan," jawab Gerry yang segera bergegas pergi untuk mengurus keperluan tamu dadakan tuannya itu.


ponsel Khansa berdering, menerima pesan teks dari Leon. Mengatakan jika dia dan Rendra akan bertolak ke Los Angeles.


Khansa pun mangatakan kepada Emily, ada sedikit rasa tawar di hati Emily ketika tahu Rendra akan pergi. Belum lagi tentang Abraham.


Beruntung dia memiliki Khansa, yang setia menghiburnya. Mereka terbiasa saling menjaga dan mengandalkan seperti ini. Meski tidak ada kaitan darah. Namun, mereka dekat seperti darah dan nadi, tidak bisa dipisahkan.


Meski baru saja menikah, tapi malah sudah terpisah beberapa hari dan akan terpisah lagi beberapa hari kedepan. Hari ini Rendra dan Leon bertolak ke Los Angeles.


Karena tindakan impulsif Rendra, maka Leon pun terkena imbasnya, "Tanahmu yang ada di jawa barat aku menginginkannya!" pinta Leon.


"Maksudmu?" tanya Heran Rendra.


"Kompensasi karena kau telah membuat istriku mengabaikanku," jawab ringan Leon.


Karena merasa kesal, maka Leon pun ingin berhitung-hitung dengan Rendra. Mengaku jika dirinya memang sudah berbuat onar maka Rendra pun bersedia memberikan tanah yang dia miliki di daerah jawa barat.


"Orangku akan segera mengurusnya," janji Rendra.


Pesawat jet Leon pun terbang dengan gagahnya di angkasa, Membawa mereka membelah langit yang berbeda, jauh dari wanita kesayangan mereka.


Di rumah, Emily dan Khansa sama-sama memandangi langit biru cerah pagi ini. Tatapan mereka seperti sedang melepaskan pria kesayangan mereka dan berharap agar mereka cepat kembali.


Lamunan kedua wanita itu terbuyarkan oleh panggilan Paman Indra yang mengatakan jika sarapan telah siap.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 132"