Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 130

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 130 : TERTIDUR DIBAHUNYA


Di pagi harinya, Leon sedari subuh telah berdiri di depan pintu kamar Khansa. Dengan sabar dia menunggui istrinya itu untuk membuka pintu. 


Pintu terbuka, Leon langsung saja sigap berdiri, Khansa acuh tak acuh. Dia langsung saja menarik tangan Khansa, "Apa masih marah?" 


"Masih tanya?" jawab ketus Khansa. 


"Apa kau tidak percaya dengan aku?" tanya Leon merendahkan nada suaranya. 


"Apa kau memiliki tujuan khusus maka bersedia berinvestasi?" tanya Khansa menyelidik. 


"Ya," jawab Leon jujur. 


"Apa karena Yenny?" tanya Khansa dengan nada cemburu. 


"Pfff …" Leon pun tertawa terbahak-bahak. 


"Apa kau pikir seleraku serendah itu?" tanya serius Leon. 


"Jadi karena apa?" tanya Khansa lagi. 


"Katakan saja, ini untuk kebaikan kita ok! Tidak ada kaitannya dengan orang lain, tapi untuk kita," jelas Leon. 


"Apa masih tidak percaya?" tanya Leon lagi. 


Khansa terdiam sejenak, "Baik, aku percaya … tapi jika kau membohongiku. Maka jangan berharap aku kasih ampun." 


"Ya, ya aku tidak akan berani …" ujar Leon sambil mengangkat tangannya memberi tanda menyerah. 


"Hiish …" ujar Khansa sambil melirik tertawa. 


Leon lebih memilih menyerah daripada nanti malam tidur hanya memeluk guling saja. Setelah sarapan pagi, Khansa mengantarkan Leon sampapi depan pintu. 


"Berhati-hatilah," ujar Khansa. 


"Aku akan cepat pulang," jawab Leon sembari mengecup-ngecup kening Khansa. 


Yenny mengintip dari lantai atas.seraya berpikir jika cepat sekali mereka berbaikan, rasa dengki pun meliputi hati Yenny kembali. Dia pun segera turun dan mendekati Khansa, "Menurutmua kenapa Direktur Sebastian mau berinvestasi?" 


Khansa acuh tak acuh terhadap Yenny, terlalu malas meladeni, merasa diabaikan maka dia pun berteriak, "Hei!"


Tak peduli dengan teriakan Yenny dengan nada marah, Khansa tetap saja pergi meninggalkannya. 


Yenny teringat dengan Kakek Isvara, lalu segera pergi ke kamarnya. Dengan wajah manis dia mendekati Kakek Isvara sambil berkata, "Kakek aku pijit ya,"


Kakek Isvara pun mengangguk, Yenny mulai memijiti dengan lembut sambil bercerita ini dan itu lalu mulai bertanya tentang Jurnal medis Stephanie.


"Apa kakek tahu di mana jurnal itu?" 


Kakek Isvara terdiam, menatap Yenny lalu menggelengkan kepalanya. Yenny berhenti memijat lalu berkata lagi, "Coba kakek ingat betul-betul!"


Kakek Isvara hanya diam saja, Yenny yang tadi tersenyum lembut pun mulai menghilangkan senyumannya, lalu berkata "Kakek, kita membutuhkan jurnal itu jika tidak nyawa kita semua akan terancam kek!" 


"Jadi katakan kepadaku di mana jurnal itu?" ujar Yenny. 


"Hei! Apa yang kau lakukan!?" tanya ketus Khansa. 


Melihat wajah Kakek yang terlihat marah maka Khansa pun langsung menarik kursi roda itu menjahui Yenny dan berkata, "Kakek apa kau baik-baik saja?" 


"Pengawal! panggil Khansa. 


Pemgawal itu segera masuk "Ya Nyonya."


"Lain kali tidak ada yang boleh masuk ke kamar ini selain aku dan Tuan Sebastian!" perintah Khansa. 


"Hei! Kau apa maksudmu?" ujar Yenny tidak senang.


"Kakek butuh ketenangan untuk bisa sembuh maksimal." Jawab ringan Khansa. 


"Aku juga adalah cucunya," protes Yenny. 


"Aku yang menyembuhkannya," jawab sengit Khansa tidak mau kalah. 


"Keluar! Jangan sampai aku meminta suamiku menarik investasinya," ancam Khansa yang masih merasa tidak senang jika suaminya berinvestasi di pabrik obat Isvara.


Yenny pun tidak punya pilihan, lalu pergi dengan marah meninggalkan kamar Kakek Isvara, "Sial."

Di kantor Leon, lagi-lagi Gery dibuat seperti gangsing.  Dari hasil penyelidikan jika yang membuat celaka orang tua Khansa adalah salah satu orang kuat yang berada di Oracle Farmasi. 


Leon berdiri lalu berkata, "Kita ke Oracle!" perintahnya. 


Leon mengetahui jika Yenny mendapatkan uang 40 milliar dari orang misterius di Oracle, dia langsung saja berpikir jika ada sesuatu yang di tukar, dan dia sangat yakin jika itu adalah salah satu jurnal ibu mertuanya.


"Direktur, apakah yakin akan kesana?" tanya Gerry. 


"Tentu saja!" jawab Leon. 


Hal yang tidak diketahui banyak orang adalah jika Oracle Farmasi adalah buatan ibunya Leon. Hanya saja telah berpindah tangan ketika ayahnya menikah lagi dengan wanita lain. 


Ketika itu Leon melihat dengan mata kepala sendiri jika ibunya jatuh dari atas gedung. Melihat ibu sendiri mati dengan cara menggenaskan, ini membuat trauma  tersendiri bagi Leon. Membuat dia memiliki gangguan tidur yang akut. Karena setiap kali memejamkan mata maka ingatan itu akan selalu muncul kembali. 


Mendengar tuannya mengatakan dengan yakin bisa masuk ke Oracle Farmasi, maka Gerry pun segera mengurus kepergian ke Los Angeles lagi.


Di kadiaman Isvara, Khansa sedang menyesap wedang jahe. Tiba-tiba menyemburkannya, membaca isi pesan teks dari Emily yang mengatakan jika dia akan menikah. 


"Rendra?" balas isi pesan teks Khansa. 


"Abraham," jawab Emily. 


"Lalu Rendra?" tanya Khansa lagi. 


"Jika tidak mencoba, maka tidak akan pernah tahu apakah aku bisa melepaskannya atau tidak," jawab pesan teks Emily. 


"Apa pun keputusanmu maka aku akan mendukungmu," hibur Khansa. 


Persiapan pernikahan Emily dilakukan dengan cepat, hari ini adalah jadwal Emily untuk mencoba kebaya pernikahan yang akan di pakainya nanti. Abraham datang menjemputnya.


Di dalam mobil mereka berbincang tentang rencana kedepannya nanti, "Aku ingin tinggal di Milan," ujar Emily. 


"Lalu bagaimana dengan karir artismu?" tanya Abraham.


Emily terdiam, berpikir jika dia menjadi artis karena ingin menjauhi Rendra, dengan menjadi artis akan sering membuat dia berpergian. Pergi ke Milan meski tidak menjadi artis lagi, bukankah tujuannya tetap sama saja. Pergi jauh darinya. 


"Aku tidak berkeberatan menjadi ibu rumah tangga yang mengurus suami bekerja," jawab Emily. 


Karena pernikahan begitu cepat, sementara, keluarga Abraham di Milan. Maka Emily tidak berkeberatan jika pernikahan ini hanya dilakukan akad saja tanpa dihadiri keluarga Abraham, hanya akan dihadiri kerabat dari Minang saja. 


Pernikahan akan dilakukan dalam waktu satu minggu lagi. Kak Wan, manajer Emily adalah orang yang paling sibuk. 


Emily dan Abraham sampai dibutik, kebaya putih yang dipakainya nampak indah sedap dipandang. Abraham tidak berkedip menatapnya, begitu juga Rendra yang memiliki kebiasaan mengintai Emily dari salah satu sudut. 


Rendra tidak bisa mengalihkan pandangannya dari Emily, gadis kecilnya sudah menjadi tumbuh begitu cantik dan anggun. Dalam hatinya semakin tidak rela melepaskan Emily. 


Emily dan Abraham juga mengamil foto prewedding hari ini. Mengambil cicin pernikahan mereka. Semua disaksikan oleh Rendra dengan hati yang merandang. 


Leon menunda kepergiannya, karena atas permintaan Khansa. Teman baiknya menikah, mana boleh tidak hadir. 


Di hari pernikahan, Leon memberikan banyak rangkaian bunga yang indah-indah sebagai ucapan selamat. 


Di rumah Emily, menatapi kaca, dia sedang mematut-matut dirinya. Kebaya yang panjangnya sampai menyapu lantai itu nampak indah di tubuh Emily. Sanggulan sederhana namun anggun, juga terselip bunga mawar merah semakin mempercantik wajah Emily.


"Kak Wan aku haus," ujar Emily


Kak Wan melihat ada segelas air di meja makan, lalu mengambilnya dan memberikan kepada Emily. "Ayo lekas sudah jam berapa ini," ujar Ka Wan sambil sibuk mengurus ini dan itu. 


"Aku akan ke mobil," ujar Emily. 


"Ya, ya sendiri bisa kan," ujar Ka Wan yang masih sibuk dengan team make up. 


Leon dan Khansa juga kerabat Abraham telah hadir Aula masjid, hanya tinggal menunggu kedatangan Emily. 


Emily bergegas masuk ke mobil yang telah disiapkan oleh Kak Wan, langkahnya sedikit terhenti karena merasakan sedikit pusing. Mengingat jika Abraham sedang menunggu, Emily meneruskan langkahnya. 


Emily masuk ke dalam mobil. Namun, mobil masih belum melaju. Tiba-tiba pintu terbuka, Rendra duduk dengan tenangnya di samping Emily.


"K- kau ..." ujar Emliy terbata lalu tertidur di bahu Rendra.


"Jalan!" perintah Rendra kepada supirnya.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 130"