Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 127

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 127 : HANYA BOLEH AKU


Gery mengantarkan Leon Kembali ke hotel. Sebelumnya Khansa berpesan kepadanya agar memastikan Leon meminum obatnya, dan pastikan jika Leon memiliki tidur yang cukup.


Melihat sedari kemarin tuannya berkerja keras turun tangan sendiri dipenyelidikan ini, maka dia segera mengirim Leon untuk segera beristirahat, “Direktur pil ajaibnya.”


Leon mengambil obat itu dan langsung saja menelannya tanpa air. Setelah memastikan obat telah tertelan, Gery pun meninggalkan Leon, bukan untuk tidur. Namun, untuk kembali menyelidiki apa yang tuannya pinta.


Gery memakai kaos putih, dan celana jeans yang sedikit robek dibagian lututnya. Rambutnya sedikit acak-acakan namun malah membuatnya terlihat semakin bikin gemas hati.


Gery melajukan mobil sportnya, sumber daya yang dimaksud oleh Leon adalah kelompok bawah tanah di Los Angeles. Tempat spesialisasi mencari informasi-informasi kelam, gelap.


Di kediaman Isvara, Maharani nampak tercengang ketika mendapati ada beberapa pengawal yang memasuki rumah mereka, “K-kalian siapa?”


Di kamar Kakek Isvara, Khansa membaca pesan di ponselnya. “Apakah paketnya sudah sampai?” isi pesan teks Leon.


“Paket?” balas pesan teks khansa.


“lihat kebawah!” isi pesan Leon lagi.


Khansa segera kebawah dan melihat beberapa pria berjas telah berjejer, lalu menundukan kepalanya, “Nyonya Sebastian,” sapa mereka.


“Kalian …?”  tanya Khansa bingung.


“Kami adalah pengawal yang Direktur tempatkan untuk menjaga Kakek Isvara,” jawab salah satu dari mereka.


Begitu mengetahui infomasi terbaru dari teman sejawat ayah kandung Khansa, langsung saja Loen gerak cepat menempatkan pengawalan untuk Kakek Isvara.  Bagi Leon, dia adalah kunci penting untuk mencari letak simpul ikatan dari semua masalah yang sedang dihadapi ini.


 


“Yang benar saja, paketmu ini adalah beberapa pengawal yang sedang berdiri di depan aku,” isi pesan teks Khansa lagi.


“Suami sedang menjaga istri apa salahnya,” balas Leon.


“Hissh benar-benar deh dia ini,” ujar Khansa sedikit berdecak.


Mengetahui jika orang-orangnya semakin banyak di kediaman Isvara , barulah Leon bisa tertidur tenang, “baiklah saatnya tidur.”


Yenny yang baru saja tiba, merasa terkejut melihatnya, merasa khawatir jika ini adalah orang-orang yang Professor Lexa kirim untuk mengawasinya, “ini ada apa?”  


Maharani menarik lengan Yennny, “Ini adalah para pengawal Khansa,” jawab Maharani.


Yenny menatapi mereka dengan sinis, merasa jika kehadiran mereka ini akan menganggu misinya untun menemukan sisa jurnalnya. Yenny melepaskan tangan Maharani, dan dengan membawa rasa marah di hati dia pergi masuk ke kamarnya.


“Dasar sial!” ujar marahnya sambil melemparkan tasnya ke lantai.


Di malam hari, Khansa makan malam bersama Kakek Isvara. Sementara para pengawal berjaga di depan pintu. Khansa menyuapi Kakek Isvara dengan sabar dan telaten. Kakek Isvara sudah mulai mau berbicara menjawab beberapa pertanyaan-tanyaan khansa.


“Mana yang sakit Kek?” tanya lembut Khansa.


“Hanya terasa sedikit pegal,” jawab Kakek Isvara.


“Aku pijit ya Kek,” ujar Khansa sembari memijit kaki kakek Isvara.


Khansa menceritakan jika saat ini dirinya sudah menikah dengan salah satu tuan muda Sebastian, dan menceritakan jika suaminya itu sangat menyayangi dan menjaganya dengan baik. Mendengar apa yang khnasa ceritakan Kakek Isvara pun menitikan air matanya.


Di Los Angeles, Gery melajukan mobilnya dengan cepat. Merasa telah membawa informasi penting, maka Tuannya harus segera tahu, meski itu berarti harus membangunkan Tuannya dari tidur. Begtu sampai di hotel, Gery segera menerabas masuk ke kamar suite mereka.  Suite ini memiliki dua kamar yan terpisah, Gery langsung saja membuka pintu kamar Leon.


“Tuan …” panggil Gery.

Baru saja membangunkan, tiba-tiba tangan Gery langsung saja di tarik oleh Leon dan segera menelungkupkannya di lantai. Respon kewaspadaan Leon sangat tinggi. Begitu menyadari jika itu adalah Gery, dia segera seja melepaskan kungkungannya.


“Ada apa?” tanya dingin Leon.


“Tuan …” jawab Gery sembari bangun dari lantai.


“Aku membawa informasi terbaru,” jawab Gery.


Loen membacanya, Menaikan satu alisnya, “Kita pulang!” perintahnya.


Gerry pun segera dengan cepat mengurus kepulangan mereka. Dalam hati juga merasa cemas dengan Nyonya mudanya di sana.  Latar belakang pria yang diselidiki ternyata sangat berat, berpikir jika saja pria yang bernama Gala Quin masih hidup, maka bisa jadi apotik-apotik obat akan sepi karena adanya racikan obat dari Gala Quin ini.


Di kediaman Isvara, fauzan sedikit tidak setuju dengan adanya pengaturan dari Leon ini, menempatkan beberapa pengawal di rumahnya untuk menjaga Kakek Isvara. Fauzan mendatangi Khansa dan segera meminta agar Khansa membawa pergi para pengawal itu.


“Jika merasa berkeberatan, maka silahkan telpon Direktur Sebastian, dan katakan padanya bahwa Ayah tidak mengijinkan para pengawal ini menjaga Kakek.”


“K-kau …” ujar Fauzan sembari mengepalkan tangannya.


Sekarang yenny dan fauzan sama kesalnya, karena kehadiran Khansa di rumah ini malah akan membuat semua rencana mereka gagal.  Melihat Fauzan sepertinya amat merasa terganggu, ini malah menimbulkan kecurigaan dalam pikiran Khansa.


Selama dia tinggal di sini dan memperhatikan betul-betul, sepertinya tiap orang memiliki rahasia masing-masing. Khansa memandang kepada Kakek Isvara yang sedang terlelap. Dan berpikir apakah Ayahnya itu ada kaitannya dengan sakit Kakek Isvara selama ini.


Jika dalam otak Khansa memikirkan teka-teki yang sedang dia selidiki, maka di rumah sakit Emily nampak sedang sibuk membahas pekerjaan di ponsel bersama manajernya. Dalam sambungan telpon itu dia diberitahu jika pekerjaan-pekerjaannya semua ditunda. Itu artinya Emily sekarang resmi menjadi pengangguran.


Emily menarik napas panjang lalu berkata, “Tidak apa, sepertinya ini adalah waktu yang tepat. Jadi aku bisa berkonsentrasi mengurus pernikahanku dengan Abraham.”


“Apa menikah ? dengan Abraham ?” tanya Manajer Emily.


“Iya.” Jawab mantap Emily.


“Bagaimana dengan karirmu?” tanya manajer Emily lagi.


“Huffh …  sepertinya menjadi ibu rumah tangga saja terlihat asyik juga,” jawab Emily yang melihat betapa Leon memanjakan Khansa, jadi dia pikir menikah muda sepertinya tidak ada salahnya.


“Kau boleh menikah, tapi jangan berhenti menjadi artis. Kalau kau berhenti lalu aku harus bekerja apa?” rengek manajer Emily.


“haissh Kak Wan …” ujar Emily sambil tertawa.


Hari ini Emily kembali dari rumah sakit, Abraham menjemputnya. Dari salah satu sudut nampak pria tinggi tegap sedang mengamati gerak-gerik mereka. Rendra segera menuju ke Rumah Sakit begitu mendengar kabar jika Emily akan menikah dengan Abraham.


“Sampai mati, aku tidak akan melepaskanmu. Priamu hanya aku dan hanya boleh aku,” ujar Rendra sembari menatap sinis ke arah Emily dan Abraham.


Dalam mobil, Emily duduk sembari mengetatkan pasminah yang menutupi tubuhnya. Menoleh ke arah Abraham, tersenyum manis kepadanya sambil meyakinkan hatinya jika suatu saat pasti bisa jatuh cinta kepada pria yang duduk di sampingnya ini.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 127"