Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 126

Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 126 : JANGAN CARI AKU LAGI


Emily sudah tidak kuat berjalan lagi, merasa sudah berjalan jauh. Dia berhenti di hamparan bunga kecil, menekuk lutut dan perlahan memeluk dirinya sendiri.


Sejak dia diadopsi dia selalu mendengar pertengkaran yang tidak ada habisnya antara tuan kawindra dan Nyonya kawindra. Mendengar Nyonya kawindra selalu merutuki ibunya, mengatai wanita murahan.


Ibu dalam ingatan Emily, begitu cantik, pintar dan lembut. Tidak peduli seberapa telat Ayahnya pulang maka Ibu akan selalu menyambut Ayahnya.


Rendra terus menghubungi ponsel Emily, melihat nama yang tertera di ponselnya dia malah tersenyum karena memikirkan jika ponselnya ini sungguh hebat. Meski sudah terkena hujan deras, masih saja berfungsi.


Emily menekan tanda tombol di ponselnya dengan jarinya yang ramping, lalu meletakan ponsel di telinganya. Segera suara rendah yang lembut  dan menyenangkan dari Rendra terdengar, “Di mana sekarang? Di luar sedang hujan.”


“Aku sudah sampai di rumah,” jawab sembarang Emily.


“Aku khawatir, aku akan pergi mencarimu,” ujar Rendra.


“Tidak perlu mencariku lagi!” pinta Emily sambil menangis.


“Aku mohon jangan datang!” pintanya lagi, Rendra terdiam mendengar perkataan Emliy, dia menatapi layar ponselnya yang menggelap.


Emily tadi mendengar percakapan antara dia dan ibunya. Rendra jelas pria terjahat, kejam yang pernah dia temui. Di usianya yang masih belia dan belum mengerti apa-apa, dia menggodanya perlahan dan membuatnya untuk jatuh cinta kepadanya. Rendra adalah pemburu terbaik dan Emily adalah mangsanya.


Dalam tahun-tahun terakhir ini, Emily diam-diam sudah menyembuhkan lukanya. Sendirian dia merubha dirinya menjadi landak berduri dan menolak untuk terluka lagi. Tetapi, mengapa hatinya masih merasa sakit seperti ini. Dia memeluk dirinya sendiri dengan kuat di tengah hujan deras dan cuaca dingin sambil menangis.


Apa yang tidak dia ketahui adalah bahwa pada saat ini, ada sosok yang ramping berdiri di belakangnya. Rendra menemukannya. Ponselnya saat ini adalah model yang sama dengannya, dan dia dapat menelusuri ponsel tersebut untuk menemukan lokasinya dan memantaunya 24 jam sehari.


Pakaian Rendra juga menjadi basah, dia melihat Emily terdiam di tengah hujan dan perlahan mengepal erat tangan besarnya. Dia ingin maju, memeluknya dengan erat. Namun, dia tidak bisa. Hujan lebat memutuskan dua dunia.


Rendra mengirim asistenya untuk mengantar Emily pulang, meski tahu ini adalah pengaturan dari Rendra. Namun, dia tetap menerimanya karena melihat Rendra sudah tidak mengejarnya lagi. Sesampainya di rumah Emily membaringkan tubuhnya yang ringkih itu di atas ranjang besarnya, merasa Lelah Emily pun terpulas dengan masih memakai bajunya yang basah.


Keesokan harinya Khansa melirik ponselnya, hari sudah siang tapi, Emily mengapa belum menganggunya. Tidak seperti kebiasaannya selama ini, “Anak ini apakah sudah menjadi putri malu.”


Khansa menghubungi Leon, ingin meminta bantuannya untuk mencari tahu keadaan Emily. Namun, ponsel leon pun tidak aktif. Leon hari ini terbang ke Los Angeles, untuk menyelidiki lebih jauh lagi tentang Oracle Farmasi. Gery nampak terlelap tidur dengan nyenyaknya di pesawat jet pribadi milik Leon. Kali ini Leon berbaik hati membiarkan Gery terpulas nyenyak tanpa menganggunya.


Ini adalah jam-jam damai yang sulit sekali Gery dapatkan dari Leon, ya bekerja dengan Leon itu seperti terasa bekerja di kejar-kejar lokomotif kereta api. Kau harus berlari cepat jika tidak ingin tergilas.


Khansa menghela napas Panjang, lalu berkata kepada dirinya sendiri, “Mengapa hari ini semua sulit dihubungi.”


Khansa pun melirik kepada Kakek Isvara, Khansa tersenyum seraya berkata, “Baiklah Kek, hari ini aku sepenuhnya adalah milik Kakek.”


“Hari in aku akan membacakan cerita ‘kancil melawan buaya’ kakek pasti akan suka,” ujar Khansa.


Khansa pun mulai membacakan cerita, baru setengah bercerita jari-jari tangan Kakek Isvara mulai bergerak. Khansa meletakan buku ceritanya dan mempertegas penglihatannya, “Kakek … kau bergerak.”


“Kakek apa kau senang dengan cerita ini?” ujar Khansa dengan nada senang.


“Jika begitu setiap hari aku akan membacakan cerita tentang petualangan kancil ini,” janji Khansa.


Di kediaman Emily nampak sepertinya dia terkena demam tinggi, tidak bisa beranjak dari ranjang hanya bisa memejamkan mata menahan rasa sakit di tubuh dan di hati. Khansa sedang merasa senang karena Kakek Isvara mengalami kemajuan.


Khansa mengambil ponselnya dan menghubungi Emily lagi, kali ini dijawab olehnya dengan suara sengau. “Halo.”


“Apa kau sakit?” mendengar suara Emily yang terdengar berbeda.


“A-aku sepertinya demam, badanku panas sekali,” jawab Emily.

“Kau di mana? tanya Khansa.


“Rumah,” jawab Emily sembari melirih.


“Aku akan kesana,” tukas Khansa sembari bergegas pergi menuju ke rumah Emily.


Pintu rumah Emily memakai sandi, tentu saja Khansa mengetahuinya karena itu dia bisa masuk ke dalam dengan mudah. Khansa menyalakan beberapa lampu, lalu segera berlari ke kamar Emily.


Khansa menyalakan lampu kamar, dan melihat Emily terkapar tak sadarkan diri. Khansa mengecek denyut nadi Emily, “Astaga demammu terlalu tinggi.”


Merasa jika dirinya tidak akan sanggup membawa Emily sendirian dari lantai atas sampai ke bawah maka dia memutuskan untuk menelpon seseorang. Khansa mengambil ponsel Emily, melihat ada sebuah panggilan tidak terjawab dari Abraham, maka tanpa pikir Panjang Khansa segera menghubunginya.


Mendengar jika Emily demam tinggi, Abraham langsung saja pergi melajukan mobilnya untuk menjemput dan membawanya ke rumah sakit untuk segera mendapatkan perawatan.


Khansa dan Abraham berdiri di sisi ranjang Emily. Wajahnya terlihat pucat, Abraham melihat kaki Emily yang terluka, “Sebenarnya apa yang terjadi?’ ujarnya.


Khansa menjawab, “Kita biarkan dia beristirahat dulu, hal lain tidak penting, yang penting dalah memulihkan kesehatannya.”


“Kau bisa pulang, aku akan menjaganya,”  ujar Abraham.


Merasa jika dia masih harus merawat kakek Isvara maka Khansa pun memutuskan untuk pulang, dan menyerahkan perawatan Emily kepada Abraham. Tak berapa lama setelah Khansa pulang, Rendra datang.  Baru saja ingin masuk tapi malah melihat pemandangan yang menusuk matanya.


Emily terduduk di ranjang, sedang menerima suapan bubur dari Abraham.  Rendra menyeringai, Selama ini dia menjaganya dari jauh bukan untuk diberikan kepada pria lain. Dan setelah kejadian itu, Emily telah menjadi satu-satunya wanita yang dekat dengannya.


Brak! Suara pintu kamar rawat inap Emily terbuka, Rendra masuk dengan membawa aura dingin dan kemarahan. Melihat ada pria tampan yang berlemah lembut dengan Emily, mana bisa dia diam dan menahan diri.


Abraham melihat Rendra dan masih mengenalinya, lalu dia pun menyapa,” Kak.”


Rendra menaikan alisnya dan berpikir apakah pria yang di depannya ini sudah menganggap dirinya sebagai kakak iparnya, Rendra tidak menjawab sapaan Abraham. Seluruh pandangannya ditumpahkan semua kepada Emily yang sedang memandang benci kepadanya


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung


Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 126"