Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 125

Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”

Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰

BAB 125 : AKU TIDAK MENCINTAINYA

Emily merasa tenang mendengar jika Rendra hanya membawa pulang ke rumahnya. Mereka berdua sampai di Villa mawar kuning. Beberapa tahun ini Keluarga Kawindra selalu menjadi perusahaan terdepan di dunia properti. Rendra tinggal di sini setelah pindah dari kediaman Kawindra.

Rendra membawa Emily masuk ke rumahnya, lalu membungkuk dan melepaskan sepatunya untuk ditukarnya dengan sandal rumah, "pakai ini."

Emily mengernyitkan alisnya, lalu berkata "Aku tidak ingin memakai sandal yang sudah pernah dipakai oleh wanita lain."

Renda pun berjongkok dengan satu lutut, jari-jarinya yang ramping mencengkram pergelangan kaki Emily, "Jangan cari masalah, ini bersih, tidak pernah dipakai."

Setelah mendengar ini barulah Emily bisa tenang. Dia memandang pria yang sedang berjongkok ini untuk mengganti sepatunya. Rendra bangkit berdiri, dan pergi ke ruang tamu melepas jas hitamnya dan melemparkannya ke sofa.

Rendra menatap Emily, lalu berkata "Kamarmu diatas."

Emily segera naik ke lantai atas, masuk ke kamar tamu. Dia membuka pintu kamar, melihat ada beberap foto Rendra yang tergantung di dinding maka dia pun tahu jika ini adalah kamar Rendra.

Emily masuk lalu melihat-lihat, sedikit tersihir dengan aroma maskulin yang memenuhi seluruh ruangan, dia pun segera keluar. Teringat jika malam ini dia tidak membawa baju salin. maka dia pun mengambil salah satu kemeja putih milik Rendra.

Rendra di bawah masih nampak sibuk sedang membahas berkas-berkas pekerjaan melalui telponnya. pada saat ini Emily turun dengan memakai kemeja putihnya, "Kak, aku pinjam kemejamu ya."

Rendra mengangkat matanya, dan melihat jika Emily berdiri depannya dengan memakai kemeja putih yang hanya menutupi tubuhnya sampai dengan batas paha, diatas lutut. Memperlihatkan kaki putihnya yang indah.

Rendra mengernyitkan alisnya, "Jangan pakai bajuku, aku akan meminta sekretarisku membawakan baju. kau kembali ke kamar!" perintah Rendra.

"Benar-benar pelit!" gumam marah Emily.

Rendra menggigit bibir bawahnya sendiri, lalu berdiri dan melangkah ke arah Emily. Rendra menariknya lalu membawanya masuk ke kamarnya lagi.

Rendra membuka lemarinya, mencari sebuah celana olah raga, lalu memberikannya kepada Emily, "Pakai ini!"

"Apa-apaan ini, celana olah raga ini terlalu panjang!" protes Emily. "Tidak! Aku tidak mau memakainya."

Rendra maju perlahan, lalu mendorong tubuh Emily sampai terbaring di ranjangnya. Ketika dia sedikit linglung maka Rendra menekan satu lututnya di tempat tidur empuk itu, mengambil celana olah raganya dan langsung memakaikannya kepada Emily

Emily menendang Rendra, meraskan sebuah tendangan di perut. Rendra pun melepaskan wanita yang sedang di pegangnya itu. Dia segera turun dari Ranjang itu dan memakai celana olahraga itu dengan sendirinya.

"Puas!"ujar Emily kesal, sekarang dia terlihat lucu, seperti anak kecil yang mencuri pakaian orang dewasa, mengepel lantai dengan celana yang kepanjangan itu.

Rendra pun segera masuk ke kamar mandi, ingin segera memadamkan api yang tadi sudah dinyalakan oleh Emily.

Selesai mandi, Rendra tidak mendapati Emily di kamarnya. Dia pun turun dan melihat bayangan cantik yang sudah dikenalnya di dapur.

Sebelum tidur Emily terbiasa meminum susu hangat. jadi saat ini dia sedang merebus susu sapi segar yang diambil dari kulkas. merasa ada yang mengamati, dia menoleh dan melihat jika Rendra sedang menatapinya.

Renda mengenakan kemeja putih juga, sudut-sudut bajunya tidak dimasukan ke dalam celana, tetapi tergantung dengan santai. rambut pendeknya yang basah menutupi kelopak matanya yang dingin dan malah membuatnya lebih tampan. Mereka berdua pun pergi ke ruang tamu.

Mata Emily menerawang beberapa saat, dan pada saat ini terdengar bunyi bel pintu Villa. Emily sedikit mengintip dari balik tirai, wajah Emily memucat

"Ada apa?" tanya Rendr
"Ibumu datang," jawab Emily.

Mata hitam dingin Rendra langsung tenggelam tapi tidak ada ekspresi apa-apa pada wajah tampannya, "Naik keatas dan tutup pintunya."

"oh" Emily naik ke atas.
Rendra membuka pintu, asisten Nyonya Kawnidra mendorongnya masuk. Kaki Nyonya Kawindra sudah lama lumpuh dan harus duduk di kursi roda.

Tanpa basa-basi Nyonya Kawindra langsung mengutatakan pemikirannya, "Aku dengar Emily telah kembali."

Nyonya Kawindra sangat membenci Emily. Dulu ibunya mebuat suaminya jatuh cinta sampai tidak bisa melupakan, sekarang putrinya ingin menjerat putranya. Karena itulah dia sangat membenci Emily.

"Ibu datang hanya ingin mengingatkanmu, dia bukanlah wanita yang bisa kau pilih."

Nyonya Kawindra memiliki persyaratan yang ketat untuk calon menantunya, dia haruslah dari latar belakang keluarga yang sama, berasal dari keluarga yang terpandang.

Rendra mengatupkan dua bibirnya, lalu berkata "Bu bukankah sudah kukatakan kepadamu. Jika aku mencintai orang lain."

"kalau kau tidak menyukainya, lalu mengapa kau memanjakannya dan menjaganya selama ini?" tanya Nyonya Kawindra.

Rendra memandang kepada ibunya, lalu berkata "Bukankah cara terbaik untuk menghancurkan seseorang adalah mengangkatnya ke langit lalu menjatuhkannya ke tanah. Selama ini aku berusaha membuat dia jatuh cinta kepadaku. Ketika dia menyerahkan dirinya sepenuhnya kepadaku, aku memberitahu jika dia bukan apa-apa. Aku menyukai orang lain, apakah ini bagi ibu belum cukup?"

Nyonya Kawindra tentu merasa puas mendengar penjelasan dari putranya itu. Dia lalu berkata "Ibumu telah mengalami kegagalan, karena ayahmu sangat mencintai ibu dari Emily J*lang itu."

"Ini menjadi siksaan seumur hidup bagi ibu." Jelas Nyonya Kawindra.

"Kau adalah satu-satunya harapan ibu, jadi jangan mengecewakan ibu, Jika kau sampai begitu maka ibu benar-benar tidak mau hidup lagi" ujar Nyonya Kawindra.

Rendra berlutut di depan kursi Roda Nyonya Kawindra, berkata sambil membenarkan selimut yang sedang dipakai ibunya itu, "Bu, aku mengerti. Aku tidak mencintainya, dan tidak akan mencintainya."

Nyonya Kawindra pun membelai kepala Rendra, "Kalau begitu ibu pulang dulu

Asistennya masuk lalu mendorong kursi rodanya menuju ke mobil, dan beranjak pergi. Rendra berdiri sebentar lalu melihat ke lantai atas

Rendra pergi ke atas. Namun malah tidak melihat siapa-siapa di kamar itu, "Kemana dia pergi?"

Mata Rendra melihat pintu bakon yang terbuka dan melihat ada beberapa pot bunga berantakan, "Dia melompat dari balkon lantai dua."

Rendra mengambil ponselnya, mencoba menghubungi Emily namun tidak dijawabnya. Rendra segera menyambar kunci mobilnya.

Sudut mata Rendra menjadi merah padam, beberapa tahun ini Emily sudah benar-benar berubah. Dari wanita yang patuh dan takut akan rasa sakit sekarang bisa melompat dari balkon setinggi itu.

Rendra melihat ke tangannya, beberapa rintik hujan membasahi tangannya, hujan pun telah turun. Hujan pun turun sangat deras, Emily berjalan dengan terpincang-pincang di jalan. Kakinya mengeluarkan darah segar yang mengalir dari kulit putihnya. Pakaian ditubuhnya basah kuyup, kesakitan dan kedinginan.

Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya

Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya

Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.


Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 125"