Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 124

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 124 : PULANG


Yenny duduk di depan Leon dan Khansa. Tak berapa lama pelayan membawakan makanan ke dalam ruang makan. Maharani berkata, “Seharusnya Direktur Sebastian memberi tahu jika akan datang, jadi kami bisa menyiapkan makan malam yang spesial.”


“Aku tiba-tiba rindu istriku,” jawab Leon seraya mengusap puncak kepala khansa.


Khansa mengambilkan nasi dan lauk untuk Leon, di bawah meja nampak yenny mengepalkan tangannya erat-erat. Yenny masih menginginkan posisi Nyonya Sebastian. Maharani memahami raut muka putrinya itu.


“Khansa, biarkan Direktur Sebastian memilih sendiri lauk yang dia inginkan,” ujar Maharani.


“Aku memang pilih-pilih, tapi apa yang istriku pilihkan maka semuanya aku suka,” jelas Leon.


Wajah Maharani memerah mendengar jawaban Leon, “Ah … jika begitu silahkan dinikmati makan malam alakadarnya ini.”


Baru beberapa suap Leon dan Khansa menikmati makan malamnya, Yenny membuka suara, “Direktur Sebastian … tentang uang 40 Milliar, aku akan segera mentransfernya ke rekeningmu.”


Leon meletakan sendoknya, lalu memandang ke arah yenny, “Bukan rekening aku, tapi ke rekening istriku saja. Semua assetku adalah miliknya,” jelas Leon.


Maharani terbatuk ketika mendengar Leon memberikan 40 Milliar begitu saja degan mudahnya kepada Khansa, dia selama ini menikah dengan fauzan tidak pernah mendapatkan uang sebanyak 1 Milliar dari fauzan di rekening tabungannya.


Leon melihat Khansa makan dengan menggunakan tangan kanannya, lalu meletakan sendoknya dan mencuci tangannya di wadah tempat tadi Khansa membilas tangannya. Melihat ini kedua mata Yenny semakin menyiratkan keiriian dengki yang mendalam.


“Mengapa makan memakai tangan?” tanya heran Khansa.


“kau memakai tangan, jadi aku juga ingin mencobanya,” jawab Leon.


Leon mulai meraup nasi dan lauk yang ada di piringnya, menu kali ini adalah ikan tempoyak , bahan utama makanan ini adalah durian yang di fermentasi, selain ikan sebagai pelengkap dalam tempoyak biasa diberi mentimun dan juga cabai rawit hijau, jika mau lebih enak lagi tambahkan tempe goreng  dan petai mentah sebagai pelengkap.


Ini adalah menu masakan kesukaan Khansa, karena itu tadi siang Khansa meminta pelayan memasakan ini untuknya. Tak disangka malah terlihat Leon yang lebih banyak menghabiskan nasi dan ikan tempoyak ini. Setelah selesai makan, Leon mengikuti langkah Khansa masuk ke kamarnya.


Ini adalah pertama kalinya Leon masuk ke kamar istrinya, kamar masa-masa kecil istrinya itu. Di kamar ini terlihat banyak sekali foto-foto Khansa Bersama ibunya dan juga kakek Isvara.  Terbesit lagi dalam hati tentang misteri ayah kandung Khansa.


Leon menarik pinggul ramping Khansa, membawanya duduk disofa, di pangkuannya. Khansa secara reflek langsung mengalungkan kedua tangannya di leher Leon, “Ada apa?”


“Tidakkah kau rindu?” tanya Leon.


“Ini baru satu hari berpisah lho,” jawab Khansa.


“Ah iyakah? Hmmm tapi mengapa terasa seperti 100 tahun,” ujar gombal Leon.


“ihh kau ini …” ujar Khansa seraya mencubit lengan Leon.


“Apa mau menginap di sini?” tanya Khansa.


“Apakah Boleh?” tanya balik Leon.


“Ya tentu saja, inikan kamarku dan kau adalah suamiku,” jawab manis Khansa.


Leon tersenyum lalu mencium bibi merah khansa, “Besok aku harus pergi dinas, jadi tidak bisa menginap,” jawab lembut Leon.


“Begini saja, aku akan menemanimu sampai tertidur OK!” janji Leon.


Khnasa menganggukan kepalanya, mereka pun naik ke atas ranjang. Leon memeluki Khansa sampai dengan Khansa tertidur. Setelah melihat napas teratur Khansa, Leon segera beranjak dari ranjang dan dengan perlahan meninggalkan kamar Khansa.


Di lantai bawah, leon bertemu dengan Yenny yang memang sengaja menunggunya. “Direktur Sebastian.”


Leon hanya diam tidak menjawab, Yenny dengan perlahan mendekatinya, “Apakah ingin pulang? Mengapa tidak menginap saja?”


“Masih ada yang harus aku selesaikan,” jawab ringan Leon.


Leon melangkah pergi, tiba-tiba menoleh kepada Yenny, “Aku belum membuat perhitungan denganmu,  jadi aku harap istriku akan baik-baik saja di sini. Jangan membuatku berhitung yang baru kepadamu.”


Yenny hanya bisa terdiam dan melihat kepergian Leon yang semakin menjauh meninggalkan kediaman Isvara. Hatinya merasa hilang di tiap kali memikirkan jika dia kehilangan status Nyonya Sebastian yang waktu itu sudah ada dalam genggamannya.


Yennny melihat sebuah notifikasi masuk ke ponselnya, membaca itu adalah pesan pengingat tentang jurnal yang dicari Professor Lexa. Teringat jika saat ini tubuhnya tengah terinfeksi, Yenny pun memutuskan untuk segera berisitirahat.


Di dalam kamar Maharani, terlihat wajah kesalnya. Maharani berkali-kali menghubungi fauzan namun, tidak di jawab oleh fauzan. Di salah satu apartemen, Fauzan hanya melirik ponselnya yang menyala.


“Siapa?” tanya Jane yang sedang berada dalam pelukan Fauzan.


“Tidak penting,” jawab Fauzan.


“Apakah si Nenek Lampir itu?” tanya Jane.


“Sudahlah jangan bahas dia, membuat mood-ku menjadi bertambah buruk,” jawab Fauzan.


“Jika begitu aku akan membuatnya menjadi baik,” ujar Jane seraya langsung duduk di atas pangkuan fauzan.


“Jika begitu senangkan aku,” ujar Fauzan sembari memegangi pinggul ramping Jane.


Maharani melempar ponselnya karena merasa kesal, sudah berminggu-minggu tidak mendapatkan kabar dari fauzan, “Sialan.”


Masing-masing orang malam ini memiliki kegiatannya sendiri-sendiri, begitu juga dengan Rendra yang sedari tadi duduk di salah satu sudut restoran, mengawasi Emily yang sedang makan malam bersapa pria yang bernama Abraham. Rendra membolak balik berkas yang ada di tangannya, berkali-kali baca mengenai identitas Abraham. Pria berdarah keturunan Minang Italia, Lulusan S1 Polytechnic University of Milan


Nampak Emily akan bersiap pulang diantar oleh Abraham. Namun, Rendra tiba-tiba berdiri di depan mereka, “Ayo aku akan mengantarmu pulang!” ujar Rendra.


“K-kau …” ucap Emily menatap bingung.


“Ini siapa?” tanya Abraham.


“I-ini kakakku,” jawab Emily.


“Kakak …” ujar Rendra tidak puas.


Rendra segera menarik lengan Emily, namun satu tangan Emily di tarik lagi oleh Abraham. Emily terhuyung ke kanan dan ke kiri. Emily melihat tatapan Rendra, lalu segera melepaskan tangan Abraham.


“Aku akan pulang Bersama kakakku, nanti aku akan menghubungimu lagi,” janji Emily.


Rendra segera menarik Emily menuju ke dalam mobilnya, setelah memasangkan sabuk pengaman Rendra dengan keras membanting pintu mobilnya, Emily terkejut sampai-sampai memegangi dadanya. Rendra melajukan mobilnya dengan cepat. Sepanjang perjalanan mereka berdua tidak saling berbicara, sampai Emily menyadari jika itu bukan jalan ke rumahnya.


“Kau mau bawa aku kemana?” tanya Emily.


“Pulang!” jawab Rendra.


“Pulang …” pikir Emily.


“Tidak aku tidak ingin pulang ke kediaman kawindra,” bentak marah Emily.


“Pulang ke rumahku,” jawab Rendra, setelah Emily pergi dari rumah, Rendra juga memutuskan untuk pindah rumah.



Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung


Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 124"