Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 123

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 123 : TUAN MUDA KAWINDRA


Emily Menatapi Pria tinggi yang baru saja memasuki rumahnya itu. Rendra melihat-lihat sekilas, lalu tersenyum samar mengetahui selera Emily belum berubah untuk gaya Dekorasi. Menyukai wanra hitam dan putih.


Rendra merebahkan dirinya di sofa putih Emily, “Apa kau masak? Aku lapar sekali.”


Emily bertelak pinggang di depan Rendra, lalu berkata “Apa keluarga Kawindra sudah kekurangan uang? Mengapa meminta makan kepadaku?”


“Hei, aku ini tamu lho. Memuliakan tamu itu penting,” jawab sembarang Rendra.


Emily memijit-mijit pelipis matanya, merasa sepertinya susah sekali menyingkirkan Tuan Muda Kawindra ini dari hidupnya. Setelah kejadian yang memilukan hati Emily waktu itu, Emily memutuskan pergi dari rumah Kawindra, dan memulai debutnya sebagai artis. Selama ini Rendra selalu mengawasi Emily meski dari balik layar, semua hal terkait pekerjaan Emily penyokongg terbesar sebenarnya adalah Rendra.


Rendra yang mengatur mana iklan yang boleh dibintangi, mana peran yang boleh dilakoni. Rendra tetap menjaga Emily,boneka porselennya.


“Ada makanan tidak?” tanya Rendra lagi sambil memainkan game di ponselnya.


Emily pun pergi ke dapur, mengingat jika dulu Rendra sangat menyukai Indomie kuah yang di tumis, maka Emily segera membuatkannya.


Rendra duduk dan menatapi punggung Emily, tatapan matanya terlihat teduh penuh cinta dan rindu. Tak berapa lama semangkuk indomie tumis, telah tersaji di atas meja.


“Makanlah, hanya ada ini di rumah,” ujar Emily.


Rendra meletakan ponselnya, melihat itu adalah mie kesukaannya. Hati Rendra hampir-hampir saja menangis. Emilynya masih mengingat apa yang dia suka, itu artinya Emilynya masih menyimpan dia di dalam hatinya.


“Tidak apa, aku akan memakannya. Aku sangat lapar, dan sudah sangat lama tidak memakan ini.” Jawab Rendra.


“Hissh …” gumam Emily.


Emily duduk sambil membaca majalah yang ada di tangannya, ponsel Emily berdering. Melihat nama yang tertera di ponselnya sebenarnya Emily Enggan menjawabnya. Emily melirik ke arah Rendra yang sedang nikmat memakan semangkuk mie buatannya.


“Halo,” Emily segera menjawab panggilan dari Abraham.


“Emily apakah kau ada waktu?” tanya Abraham.


“Ya tentu saja, jadwalku akhir-akhir ini tidak padat,” jawab Emily.


Rendra yang mendengarkan percakapan itu, tiba-tiba menghentikan gerakan menyuap mienya. Rendra memasang telinganya tajam-tajam, menguping. Emily bangkit dari sofa, dan menjawab dengan agak menjauh.


“Jika begitu nanti malam aku akan menjemputmu,” ujar Abraham.


“Baik aku akan menunggumu jam tujuh,” jawab Emily dengan manis.


Rendra langsung saja kehilangan selera makannya ketika mendengar Emily akan pergi berkencan dengan pria lain, “Siapa?” tanya Rendra sambil bersedekap dan menyilangkan kakinya.


Rendra bersandar dengan santai di sofa, namun aura tubuhnya seperti mengeluarkan aroma orang yang akan berperang. Emily sedikiti gugup ketika melihat Rendra yang seperti ini.


“Bukan urusanmu?” jawab ketus Emily.


“Bukan urusanku? ujar Rendra sembari berdiri lalu memasukan satu tangan ke saku celana panjangnya.


Hatinya mulai berdegup marah, bagaimana mungkin ini bukan urusannya, jika selama ini semua urusan Emily adalah urusannya, meski dia mengurusnya dari balik layar. Tidak terlihat.


Emily melangkah maju mendekati Rendra, lalu bersedekap di depannya, “Sebenarnya apa yang kau inginkan dariku?’ tanya Emily dengan mata berkaca-kaca.


Rendra menahan napasnya, menahan diri agar tidak menarik wanita yang sedang menatapinya ini lalu memakannya sekali lagi, “Aku adalah kakakmu, pria macam apa yang bisa mendekatimu haruslah seijin aku.”


Hati Emily sudah benar-benar dibuat marah oleh Rendra, Emily semakin melangkah maju lalu mengalungkan kedua tangannya di leher Rendra, Emily berkata “Lalu pria seperti apa yang pantas mendampingiku? Apakah yang sepertimu?”


“pengecut?” tanya Emily lagi.

Emily melepaskan rangkulan tangannya, hatinya juga berdesir hebat ketika berdekatan seperti ini dengan Rendra. Emily berpaling dan berkata, “Pulanglah, antara kita sudah tidak terkait satu sama lain lagi.”


Emily melangkah pergi meninggalkan Rendra, namun dengan cepat Rendra menarik Emily dan memeluknya dari belakang. Rendra mengecupi lembut daun telinga Emily sambil berbibisk, “Bukankah aku pernah bilang, selama ada aku tidak akan ada pria  yang berani mendekatimu, selama ada aku kau tidak akan bisa menikah dengan pria lain. Apalagi berpikir memiliki anak dengan pria lain. Jangan berharap.”


Tubuh Emily terpaku diam. Hatinya antara sakit dan senang ketika mendengar Rendra berkata seperti itu. Rendra melepaskan pelukannya lalu pegi begitu saja meninggalkan Emily dalam kebimbangan. Emily terjatuh duduk di lantai lalu mulai menangis.


Emily membenci dirinya karena merasa masih mencintai Rendra, “Dan ternyata cinta.”


Di dalam mobil, Rendra masih menatapi rumah Emily, lalu mengambil  ponsel dari sakunya menghubungi seseorang dan berkata, “hentikan semua pekerjaannya.”


Di kediaman Isvara, nampak Khansa baru saja selesai memberikan terapi kepada Kakek Isvara. Yenny masuk ke dalam kamar kakek Isvara, dengan nada penuh perhatian Yenny menanyakan keadaan kakek Isvara.


“Bagaimana, apakah ada perkembangan?’ tanya Yenny seraya duduk di sisi ranjang Kakek ISvara.


Khansa menaikan satu alisnya, berpikir sejak kapan Yenny menaruh perhatian kepada kesehatan kakek Isvara, tapi sekarang malah bersikap manis sambil memijat-mijat kaki kakek Isvara.


Yenny melihat kepada Khansa lalu berkata, “Kami menggantungkan kesembuhan kakek kepadamu,” ujar Yenny lalu beranjak pergi.


“Ciih, benar-benar aneh,” gumam Khansa.


Khansa melihat jam sudah jam lima sore, “Saatnya mandi dan beristirahat.”


Baru saja selesai mandi dan berganti pakaian, terdengar bunyi ketukan di pintu kamarnya, “Nona, ada tamu yang mencari.”


“Tamu?” pikir Khansa.


Khansa pun segera turun untuk melihat, baru saja menuruni tangga. Leon menoleh menyadari landak kecilnya sedang menuruni tangga. Melihat itu adalah suaminya, Khansa mempercepat Langkah kakinya. Leon melangkah maju lalu menangkap tubuh Khansa.


“Mengapa berlari, apa tidak takut jatuh?” tanya Leon.


“Ada kau yang akan menangkapku, lalu mengapa harus takut,” jawab Khansa.


Leon memeluk tubuh Khansa dan membawannya berputar-putar, setelah merasa puas barulah Leon menurunkan tubuh Khansa. Maharani melihat kedatangan Leon lalu perlahan dengan takut-takut menyapanya, “Tuan Sebastian.”


“Emm …” jawab Leon menyapa Maharani.


Yenny juga langsung menyapa Leon, “Direktur Sebastian.”


Khansa langsung saja mengeratkan rangkulannya di pinggang kuat Leon.  Melihatnya jadi memberikan rasa manis di hati Leon. Dia selalu suka jika landak kecilnya ini merasa sedang cemburu, karena cara cemburu landak kecilnya ini sangat unik, beda dengan wanita lain pada umumnya.


“Apa kau akan tinggal untuk makan malam Bersama?” tanya Maharani dengan sopan, takut menyinggung.


Leon melihat kepada Khansa, lalu melihat Khansa mengangguk maka Leon pun menerima ajakan makan malam Bersama dari Maharani.  Mereka pun segera pergi ke ruang makan, Leon mengernyitkan alisnya karena tidak melihat ada fauzan.


“Tuan Isvara …?” tanya Leon.


“Akhir-akhir ini semakin sibuk dengan perusahaan,” jawab Maharani menutupi hubunganna yang semakin renggang dengan Fauzan Isvara.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 123"