Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 114

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 114 : SUAPI AKU


Leon tidak tertarik lagi dengan orang-orang ini, dia menatap gadis yang sedang dirangkulnya itu, "Nyonya Sebastian apakah kita sudah bisa pergi?"


Khansa mengangguk, "Baiklah."


Leon mengambil tangan kecil Khansa dan membawanya pergi. Setelah mereka pergi, semua menatap ke wajah Yenny dan Laura. Segala pujian yang baru saja Yenny dapatkan dengan cepat berubah menjadi hinaan.


[Ternyata orang ketiga itu adalah Yenny, aku sempat mengira jika dia adalah pemeran utamanya]


[Maharani sangat bodoh, dia penyebab semua ini bukan? Hati dan otaknya bermasalah. Menukar pernikahan kedua putrinya]


Yenny masih tidak bisa menerima, dengan cepat mengejar langkah Leon. Namun, dihadang oleh Emily. 


"Hei! Cacing kremi, mau kemana?" ujar Emily sambil menarik lengan Yenny. 


"Lepaskan tangan kotormu dariku!" hardik Yenny.


"Sampah teriak sampah!" balas hardik Emily.


Karena ingin mengejar Leon, maka kekuatan Yenny seperti menjadi berkali-kali lipat. Yenny mendorong Emily sampai terhuyung, lalu Yenny bergegas pergi. 


Tubuh Emily terasa melayang namun, tidak menyentuh tanah karena ada sepasang lengan kuat yang menopangnya. Emily mendongak itu adalah Rendra Kawindra. 


"K-kakak," panggil Emily terbata.


Emily segera membenarkan posisinya, "A-aku akan mengejar Khansa."


"Tidak perlu! Biarkan mereka menghabiskan waktu berdua," ujar Rendra. 


"Jika begitu aku pulang saja," jawab Emily sembari berlalu meninggalkan Rendra. 


Rendra mengikuti langkah Emily, merasa diikuti Emily pun menoleh, "Apa sedang mengikutiku?" 


"Jalan yang aku ambil sama dengan jalanmu," jawab dingin Rendra.


"Apa?" 


Emily bersedekap di depan Rendra, "Apa CEO Kawanidra tidak ada pekerjaan lain selain menguntitku?" tanya sarkas Emily. 


"Kau adikku, jadi tidak ada salahnya mengikutimu," jawab dingin Rendra lagi.


Emily berdiri di koridor sambil menghela napas, tak ingin sedetik pun lebih lama lagi bersama Rendra. Pada saat ini seorang pria muda dan tampan menghampiri Emily.


"Emily apa itu kau? Apakah kau masih mengingatku? Aku adalah teman Sekolah menengahmu,"


Emily tersenyum dan menyapa pria itu dengan sopan, "Halo."


"Emily aku sudah bertahun-tahun tidak melihatmu, kau semakin cantik saja. Apakah kau masih lajang? Jika masih lajang maka aku akan mengejarmu," ujar pria itu.


Belum juga Emily menjawab, suara dingin Rendra langsung terdengar, "Dia sudah punya pacar."


Pria itu terkejut ketika melihat Rendra Kawindra berkata seperti itu, sambil merangkul Emily. Sebagai teman sekelas Emily dia pasti tidak akan melupakan kakak  Emily, yang tidak suka jika ada anak laki-laki yang menyukai Emily.


Pada waktu dulu, baik reuni kelas atau kumpul-kumpul, Rendra kawindra selalu menemani Emily. Terkadang dia akan bersama sekretaris pribadinya, duduk di sudut ruangan sambil memeriksa berkas-berkas pekerjaan.


Pria itu masih agak takut dengan Rendra, "Halo Tuan Kawindra … E-emily aku pergi dulu, masih ada pekerjaan yang harus aku lakukan."


Emily menghempaskan rangkulan tangan Rendra, "Apakah ada kakak sepertimu!" 


"Kapan aku bisa punya pacar? Mengapa malah menyebarkan isu?" ujar Emily.


Rendra Kawindra menggerakan bibir tipisnya lalu berkata, "Kau punya pacar atau tidak hanya kau yang paling tahu."


"Aku sudah lupa!" jawab Emily


Mata Rendra Kawindra tertuju pada bibir merah Emily, dan bibir tipisnya membentuk lengkungan yang mengintimidasi, "Lalu apakah kau ingin di ingatkan?"

Emily agak gemetar, "A-apa maumu?" 


"Tuan Kawindra, apakah masih kekurangan wanita, mengapa selalu mengangguku?" tanya Emily.


"Mari kita lupakan masa lalu, jangan diingat lagi. Aku masih sangat muda, usiaku baru 20 tahun. Hidupku baru akan dimulai, kau carilah istri di antara para sosialita yang ada. Aku juga nanti pasti akan bertemu dengan pria yang kusukai, kemudian kami menikah dan akan memiliki anak, dan akan hidup dengan sangat baik," jelas Emily.


Rendra Kawindra menatapnya, perlahan melengkungkan bibir tipisnya, "Buang harapanmu. Selama ada aku tidak ada pria yang berani memikirkanmu dan tidak ada pria yang berani menikahimu dan melahirkan anak denganmu."


"Terserah kau saja jika ingin berpikir seperti itu," ujar Emily malas meladeni lalu melangkah dengan sedikit berlari meninggalkan Rendra.


Leon sudah melajukan mobilnya, membawa Khansa pergi dari lokasi Syuting. Leon sedang mengemudi, tangannya yang besar menyangga di kemudi. Pergelangan tangannya yang kokoh mengenakan jam tangan mewah, dan ujung lengan bajunya ditautkan dengan kancing perak yang mengkilap, semakin membuat Leon tampak menawan.


Leon mengangkat kepalanya, dan melihat ke kaca Spion, melihat jika ada yang mengikuti mobil mereka. Yenny Isvara sedang mengikutinya, Khansa tidak memperhatikan karena sedang asyik memakan kue coklat dengan selai Strawberry di atasnya.


"Direktur Sebastian, apakah kau mau makan kue ini?" tanya Khansa sembari menyodorkan sendok berisi kue itu.


Leon melirik sedikit ada krim di ujung bibir Khansa, lalu berkata "Suapi aku!"


Suasana hati Khansa sedang baik hari ini, dia menuruti permintaa Leon, dia menyuapu satu sendok kue ke mulut Leon, "A-aa bukuan mulutmu!"


 Leon membuka mulutnya untuk makan, dan membanting setir dengan tenang dan langsung berpindah jalur, mobil mewahnya langsung menghilang di tikungan depan.


Yenny Isvara terus mengikuti mobil Leon, meski diri sendiri juga bingung dengan apa yang akan dilakukannya, yang dia tahu dia tidak akan melepaskan Leon, selalu merasa jika Leon Sebastian adalah miliknya.


Tetapi mobil mewah di depannya, dengan cepat berpindah jalur, dia tertangkap basah. Yenny ingin ikut berpindah jalur namun, gagal. Yenny telah kehilangan jejak, masih tidak rela, Yenny mengmbil ponselnya dan menelpon Leon berkali-kali.


Ketika tadi Leon merubah jalur, dengan seketika saja Khansa jatuh ke pelukan Leon.


Leon memegang pundak Khansa untuk menstabilkannya, dan berkata sambil tersenyum, "Apakah Nyonya Sebastian ingin dipeluk?" 


Khansa segera menstabilkan posisi duduknya, "Direktur Sebastian mengapa tiba-tiba merubah jalur, dan menyetir begitu cepat? Apa ada rubah yang sedang mengejarmu?"


Leon mengangkat alisnya, "Aku tidak melihat ada rubah di belakang, kalu rubah di samping kursiku ada."


"Hisssh ..."  khansa mendengus. 


Khansa baru menyadari jika jalan pulang yang diambil bukanlah jalan ke Villa Anggrek, "Direktur Sebastian, apa kita tidak salah jalan?"


"Tidak salah jalan! Telepon nenek dan katakan malam ini kita tidak pulang," jawab Leon.


Bulu mata Khansa berkedip, lalu bertanya "Direktur Sebastian apa kau ingin membuka kamar hotel denganku?" 


"Apa kau mengharapkanya?" tanya Leon. 


"Tidak!" Jawab cepat Khansa. 


"Aku memiliki rumah, kadang aku tinggal disana," jelas Leon.


Pria seperti Leon memang memiliki banyak properti, meski dia menghabiskan sebagian besar waktunya di Villa Anggrek, terkadang dia juga tinggal di rumahnya ini. Malam ini dia akan membawa Khansa untuk tinggal di rumahnya.


"Apakah bisa tidak pergi?" tanya khansa terbata.


"Lihatlah betapa gugupnya dirimu, seperti akan ada sesuatu yang terjadi malam ini! Kalau begitu aku akan bersikap kasar malam ini," ujar Leon. 


Mendengar ancaman Leon, Khansa langsung mengeluarkan ponselnya dan menelpon Nenek Sebastian.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 114"