Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 115

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 115 : MILIARAN BINTANG


Suara Nenek Sebastian terdengar senang ketika menjawab panggilan Khansa, "Halo."


"Nenek aku dan Leon malam ini tidak akan pulang."


"Bagus! Bagus sekali, kalian masih muda  sering-seringlah menghabiskan waktu berdua lalu berikan nenek sepasang cicit," jawab Nenek Sebastian.


Khansa menggigit bibirjna, berpikir jika Nenek masih saja pintar menyelipkan soal cicit di tiap percakapan mereka, belum Khansa menjawab. Tapi, Leon malah sudah menjawab dengan keras, "Kami akan mengusahakannya Nek."


Khansa langsung saja menepuk bahu Leon seraya berpikir, "Apa-apaan pria ini, hal tentang suami istri seperti itu harusnya jangan diumbar-umbar."


"Baiklah Nek, aku tutup teleponnya ya," ujar Khansa dengan segera mematikan sambungan ponselnya.


Tak berapa lama, Leon dan Khansa pun sampai di rumah. Khansa turun dari mobil dan memperhatikan rumah mewah dengan atap datar itu.


Perpaduan dinding kayu dan cat dinding hitam pada  rumah mewah ini memberikan tampilan hunian yang asri. Atap datar yang diusung juga membuat rumah terkesan menyatu dengan lingkungan sekitar.


Rumah mewah dengan atap datar yang satu ini terlihat cocok berada di area perbukitan atau dataran tinggi.


Leon menggandeng tangan Khansa dan membawanya masuk, khansa melihat di beberapa sudut terlihat rangkaian bunga segar sangat indah, suasana romantis pun kental terasa.


"Bagaimana indah bukan?" tanya Leon dengan berbangga hati. 


"Ya indah sekali," jawab Khansa terkagum. 


"Bagaimana jika kita melihat kamar utama, dan sedikit mencoba kekuatan ranjangnya?" goda Leon.


Khansa ingin menendang kaki Leon, namun dengan cepat Leon menggendongnya. Kedua tangan Khansa seketika merangkul Leon. Daun telinga Khansa yang putih seketika saja menjadi merah. 


"Direktur Sebastian! Apa yang ingin kau lakukan?" 


"Jika kau merasa malu, maka bersembunyilah di dalam pelukanku!" ujar Leon dengan nada penuh kasih sayang.


Khansa menyembunyikan wajah kecilnya karena malu, lalu Leon berkata "Buka pintunya!"


Khansa mengulurkan tangan kecilnya, lalu membuka pintu. Khansa terkejut melihat design kamar utama ini, atapnya di kelilingi oleh kaca yang mengkilap, bisa memandang miliaran bintang dan melihat langit biru yang cerah, bahkan melihat ketika langit menjatuhkan air ke Bumi.


Leon menurunkan Khansa di karpet wol yang halus, Khansa membuka cadarnya dan berkata, "Wow! Sangat indah."


Leon bersandar di pintu kamar utama dengan santai, dan kedua tangan diselipkan di saku celana.


Gadis di depannya mengenakan gaun merah muda panjang, dengan rambut panjang yang di kepang dua. Dan, sekarang dia tengah mendongak ke langit-langit kamar utama dengan wajah cantiknya.


Leon berjalan mendekat dan meletakan karangan bunga berbentuk bando di kepala Khansa, "Pengantin kecilku! Apa kau menyukai rumah ini?"


Khansa menoleh ke arah Leon, menganguk penuh semangat lalu dengan inisiatifnya Khansa berjinjit dan mencium bibir tipis Leon, "suka."


"Bagus! Pertahankan sikap manismu ini. Aku akan lebih sering membuatmu senang dan kau akan memberikanku lebih banyak imbalan," janji Leon.


"Direktur Sebastian! Seberapa besar cintamu?" tanya Khansa.


"Kau semakin berani ya! Apa aku perlu memberimu pelajaran?"  Leon menggenggam bagian belakang kepala Khansa, lalu menunduk untuk mencium bibir merahnya.


Khansa merasa pusing, Leon seakaan sudah menarik seluruh napasnya, Khansa mendorong Leon seraya berkata, "Direktur Sebastian mengapa kau suka sekali menggangguku!"


Ciuman itu terputus, Leon melihat kulit halus Khansa yang merona merah, seperti bunga sakura.


"Panggil aku suami, jika tidak maka aku akan menginginkanmu di sini juga," tukas Leon sembari menunjuk ke ranjang besar di kamar utama itu dengan tatapan matanya.


"Apa yang dia katakan?" pikir Khansa dengan hati yang berdebar-debar.


Khansa menendang Kaki Leon, "Direktur Sebastian kau sangat narsis sekali."


Leon menangkap pinggang ramping Khansa lalu mulai menggelitikinya, Khansa berjongkok mempertahankan diri dari serangan Leon. 


"Ah ya ampun! Stop!" pinta Khansa. 

"Panggil aku suami!" perintah Leon.


"Tidak!" jawab Khansa. 


Mendengar jawaban nakal Khansa, Leon segera merebahkan tubuh Khansa di karpet wol itu, lalu mulai menggelitikinya lagi. 


"Aargh ... apa kau mau membuatku mati karena kegelian?" gumam Khansa dengan suara tawa renyahnya.


"Ayo panggil aku suami!" perinta Leon lagi. 


Berpikir jika hubungan palsu Leon dan Yenny telah tuntas, maka Khansa pun menyerah dan mengeluarkan kalimat yang ingin Leon dengar."


"Suami!" panggil Khansa


Begitu mendengar kalimat itu keluar dari mulut kecil Khansa, Leon langsung saja menghentikan gerakan menggelitiknya lalu berkata, "Nyonya Sebastian,"


Leon pun menundukan kepalanya dan mencium kening Khansa, "Terima kasih karena telah membuatku bahagia, Nyonya Sebastian,"


Khansa merangkulkan kedua tangannya ke leher Leon, lalu Leon menundukan wajahnya lagi dan mencium-cium dengan lembut wajah Khansa. 


Kedua bibir mereka pun saling bertautan, sama-sama merasakan sulit bernapas karena ciuman hangat mereka. Satu tangan Leon menjalar ke bagian bawah gaun Khansa, menaikannya sampai atas paha. Namun, gerakan tangan Leon segera dihentikan oleh Khansa.


"Tidak! Jangan!" ujar Khansa. 


Leon memandangi Khansa dengan satu alisnya, melihat wajah bingung Leon Khansa langsung saja menjelaskan, "I-tu ... aku sedang datang bulan."


Leon pun melepaskan pelukannya, berpikir jika Khansa tidak tahu betapa menarik dirinya hari ini, namun Leon hanya bisa menahannya sambil menggigit bibir bagian bawahnya. Leon mencium rambut Khansa dan tetap tersenyum penuh kasih sayang.


Leon membantu Khansa berdiri, lalu memeluknya dari belakang dan bibir tipisnya berkali-kali menciumi daun telinga Khansa yang tipis. 


Leon mengeluarkan ponselnya, lalu membuat postingan di Twitter, "Nyonya Sebastian semoga kau bisa tumbuh perlahan di sisiku, tumbuh sedikit demi sedikit. Merayakan hari jadi."


Sontak saja twitter yang Leon posting menjadi perbincangan hangat di jagat maya. 


Topik terhangat pertama [ Direktur Sebastian, membuatan postingan merayakan hari jadi dengan Nyonya Sebastian]


Topik teratas kedua [Nyonya Sebastian adalah Khansa Isvara]


Topik teratas ketiga [Yenny Isvara adalah pelakor]


Leon baru beberapa hari membuat akun twitter, hal ini semua karena landak kecilnya itu selalu saja Viral. Meski baru sebentar Leon memiliki banyak Follower. Sementara saat ini Leon hanya mengikuti satu akun, yakni akun Khansa.


Yenny juga melihat postingan yang baru dibuat oleh Leon, Yenny membaca berulang-ulang. Dia merasa matanya sangat sakit seperti ditusuk. Para netizen pun menjadi heboh lagi.


[Seharusnya Khansa membuat novel dengan judul pengantin pengganti dimanjakan suami konglomerat]


[Apa kabar jiwa yang tersiksa, apakah ada pria yang akan menemanimu bertumbuh di sisinya]


Mata Yenny terasa panas, dia berusaha keras untuk menahan air matanya tetapi tidak berhasil. 


"Mengapa?"


"Mengapa begini?"


"Seharusnya aku adalah Nyonya Sebastian," gumam marahnya. 


Tiba-tiba saja Yenny teringat Maharani, karena pengaturannya ini maka kesempatan menjadi Nyonya Sebastian lepas dari tangannya. Dalam hati timbul rasa benci Yenny kepada Maharani. 


"Ini semua karena aku memiliki ibu yang bodoh!" Yenny merutuki Maharani dalam diam.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 115"