Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 112

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 112 : MENJEMPUT ISTRI


Paman Indra mengatur supir untuk mengantar Khansa ke lokasi Syuting. Emily telah memakai sumber dayanya untuk melancarkan jalan Khansa agar bisa masuk ke lokasi ini, Emily juga menjual nama Direktur Sebastian untuk memasukan Khansa dalam sesi wawancara bersama Yenny. 


Produser menyetujui, karena akan memiliki rating yang tinggi. Dua kakak beradik dalam satu layar, dengan membawa satu skandal yang sedang di soroti, "Direktur Sebastian menawan tapi bodoh." 


Mengetahui hal ini maka  segera saja membuat Laura Mahendea marah, "Apa-apaan ini ... tidak bisa begini!" 


Yenny berpikir ini adalah suatu kebetulan, Jika dia bisa mempermalukan Khansa hari ini bukankah itu akan bagus. Maka Yenny berusaha menenangkan Laura. 


"Tenanglah, jika ini kemauan Khansa. Maka bukankah ini adalah sebuah keberuntungan bagi kita!" jelas Yenny. 


"Maksdumu?" tanya Laura. 


"Acara Reality Show ini kan, sangat banyak peminatnya. Karena itu ini adalah momen yang tepat untuk mencoreng Khansa, bahkan bisa jadi akan berimbas kepada Emily juga," jelas Yenny. 


Mendengar jika melalui acara ini bisa menampar wajah Emily melalui Khansa maka Laura bisa kembali tenang, "Baiklah jika begitu, mari kita mainkan bagian kita."


Khansa datang dengan memakai mobil biasa, ketika Paman Indra menyediakan salah satu mobil mewah milik Leon, Khansa malah menolaknya. 


Sesampainya di lokasi Syuting, Emily sendiri yang menyambut Khansa, "Ayo! Bintang utama aku telah datang."


"Kali ini kau harus mentraktir aku makan siomay ya!" pinta Emily. 


"Satu gerobak akan aku belikan, jika kau suka kau bisa membawa abang penjulanya pulang juga," canda Khansa. 


Dari jauh Yenny memperhatikan keakaraban keduanya, Yenny mengepalkan tangannya, sedari dulu kedua gadis itu seperti mercusuar, mudah terlihat.


"Kali ini aku akan meredupkan lampu mercusuar kalian," ancam Yenny Isvara. 


Di Villa Anggrek, Leon baru saja tiba dengan Rendra Kawnindra, Paman Indra mengatakan jika Nenek sedang menunggunya di ruang keluarga. 


"Nenek Sebastian," sapa Rendra. 


"Bagus sekali kau datang, semakin ramai semakin riang," ujar Nenek Sebastian. 


"Nenek ada apa?" tanya Leon.


"Temani Nenek menonton!"


"Apa! Nenek ... yang benar saja!" ujar Leon. 


Belum juga selesai bicara, Paman Indra dan beberapa pelayan datang membawa nampan saji dengan aneka cemilan. 


"Duduklah kalian berdua! Sudah lama bukan? kalian tidak menemani nenek menonton seperti ini?


Rendra mengedipkan mata kepada Leon, lalu segera duduk, "Jika begitu, cemilannya aku makan ya Nek."


"Makan, makanlah sampai puas," jawab Nenek Sebastian dengan senang hati.


Leon pun mau tak mau akhirnya duduk, Paman indra menyerahkan berkas-berkas pekerjaan yang dia bawa pulang. Leon membaca, mencoret mengkoreksi, memberi paraf, membubuhkan tanda tangannya. Sambil sesekali memasukan buah anggur ke mulutnya.


"Nenek, sebenarnya apa yang akan kita tonton?" tanya Leon. 


"Masa depanmu!" jawan Nenek Sebastian bersemangat.


"Haiish ..." gumam Leon sembari menyesap air mineralnya. 


Di lokasi syuting Khansa terlihat setenang air, terlihat jernih. Jiwanya yang polos seperti dapat terlihat memantul di air jernih itu.


Mereka berempat ada dalam satu ruang ganti, sutradara masuk dan memanggil mereka, "Nona-nona ayo! Sudah saatnya."


Laura dan Yenny keluar lebih dulu, setelahnya barulah Khansa dan Emily mengikuti. Adegan pertama adalah pengambilan gambar ketika Laura dan Yenny menyantuni anak yatim, barulah setelahnya dilanjutkan dengan sesi wawancara yang muda yang berkarya. 

Yenny telah menitipkan pertanyaan melalui Laura, pertanyaan tentang seputar Direktur Sebastian, sehingga dia bisa mengungapkan ketulusan hati yang akan dilihat banyak orang.


Yenny, Khansa dan Laura duduk dalam satu meja bundar. Lalu sesi wawancara pun dimulai. Pertanyaan-pertanyaan yang Laura berikan adalah pertanyaan yang mengelukan-elukan Yenny setinggi langit. 


"Bisa diceritakan awal pertemuanmu dengan Direktur Sebastin?" tanya Laura. 


Yenny sedikit terdiam, pikirannya melayang pada kejadian kala itu. Ketika dini hari, yenny melihat Hendra Ugraha mengantar Jihan di waktu dini hari, Jihan menceritakan jika Khansa sedang bermalam dengan pria lain, berselingkuh dari tunangannya. 


Mendengar hal itu, Yenny segera saja pergi ke lokasi yang Jihan katakan, terobsesi menghancurkan Khansa, karena itu Yenny ingin melihatnya dengan mata kepalanya sendiri.


Di saat itulah dia mengambil kesempatan untuk menggantikan peran Khansa sebagai penyelamat Leon, dengan membawa bukti batu giok yang dia ambil ketika Khansa dengan tidak sengaja menjatuhkannya.


Yenny mejawab pertanyaan Laura dengan suara lembut dan mata yang berkaca-kaca, "kami pertama kali bertemu, di saat hari aku menyelamatkan nyawanya, di saat itu aku langsung saja jatuh cinta kepadanya," jelas Yenny. 


"Apakah karena ini, kau selama ini selalu menjaga jarak dengan semua teman-teman priamu?" tanya Laura lagi. 


"Ya, selama ini aku bekerja keras agar sepadan dengannya, tidak berkencan adalah salah satu cara aku menjaga kehormatanku untuk Direktur Sebastian," jelas Yenny dengan senyuman manis.


"Wah, sungguh kisah yang indah," puji Laura seraya menoleh kepada Khansa. 


"Oh ya! Sebagai saudara meski tidak sekandung, apakah ada hal yang ingin disampaikan, semisal memberikan selamat kepada Yenny untuk hubungannya yang baru terjalin dengan Direktur Sebastian.


"Ah ya tentu! Momen sebagus ini mana mungkin aku melewatkannya begitu saja," 


Di Villa Anggrek, Leon malah menjadi penontom yang paling serius menyimak di antara nenek Sebastian dan Rendra Kawindra.


Khansa menatap Yenny sambil berdehem, "Aku sangat yakin jika bukan hanya aku saja yang penasaran dengan bagaimana cara kau menyelamatkan Direktur Sebastian, sehingga kau dapat mengontrolnya?" 


Mendengar Khansa menyebutkan kata "mengontrolnya" membuat hati Yenny berbunga-bunga, itu sama saja seperti pengakuan jika dirinya benar-benar telah menundukan Direktur Sebastian.


Yenny pun tersenyum lalu menjawab, "Waktu itu aku datang, bersama supir. Pagi hari berjalan-jalan di bukit. Lalu melihat Direktur Sebastian tidak sadarkan diri, dan aku pun segera saja menolongnya," 


"Ah begitu," jawab Khansa. 


"Yang aku ingat cerintanya tidak begitu!" 


"A-apa maksdumu?" tanya Yenny terbata. 


"Khansa jangan buat gaduh!" ujar Laura. 


"Aku sedamg tidak begaduh, apa yang aku katakan memang benar," jawab yakin Khansa.


Di Villa Anggrek, Leon menaikan satu alisnya lalu berpikir, "Dari mana Khansa tahu jika kisahnya bukan yang seperti dikatakan oleh Yenny."


"Yenny bukan penyelamatku! Khansa ... Khansa dia adalah gadis di waktu itu." pikir Leon lagi. 


Leon segera bangkit berdiri, mengambil kunci mobilnya, Rendra yang melihatnya segera saja mengikuti Leon.


"Hei! Mau kemana?" tanya Rendra ketika sudah duduk di kursi penumpang. 


"Menjemput istri!" jawab ringan Leon dengan suara magnetisnya. 


"Apa!" ujar Rendra yang berpikir tadi kenapa dirinya ikut dengan Leon. 


Di lokasi Syuting, suasana semakin memanas karena Laura  dan Khansa bersitegang, "Kau ini ya! Mengapa selalu saja iri kepada Yenny!" ujar kesal Laura. 


"Aku tidak berbohong, malah sebentar lagi pasti Direktur Sebastian akan datang ke sini," tukas Khansa dengan percaya diri penuh.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 112"