Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 111

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 111 : KUNCI KEKAYAAN


“Apa ada yang lainnya?” tanya Leon.


Menyadari jika pria yang berdiri di depannya ini adalah kaisar bisnis yang super sibuk, maka Yenny dengan sadar diri pamit diri, “Baiklah Direktur Sebastian, aku akan membuktikan ketulusan aku untuk hubungan ini.”


Leon bangkit dari kursi kerjanya, lalu bersandar di meja kerjanya. Leon menyelipkan satu tangan ke saku celananya, wajahnya tetap terlihat datar, meskipun dia tidak berjanji untuk memberinya kesempatan namun atas sepengetahuan landak kecilnya tadi dia berkata bahwa dia akan mempertimbangkan.


Yennny tidak menyangka jika Leon setuju akan mempertimbangakn merajut kasih dengannya. Begitu keluar dari ruangan Leon, Yenny langsung saja menghubungi Maharani.


“Bu, Direktur Sebastian mempertimbangkan untuk berhubungan dekat denganku,” jelas Yenny.


“Hebat, Direktur Sebastian benar-benar sudah meninggalkan Khansa dan memilih mempertimbangkanmu, berita ini pasti akan menggemparkan,”  ujar Maharani.


“Bekerjalah lebih keras lagi, kau akan bisa menikah degan Direktur Sebastian. Kau akan menjadi Nyonya Muda dari keluarga Kaya raya,” ujar maharani penuh mimpi.


“Tapi Bu! Direktur Sebastian ingin ketulusanku dapat di ketahui oleh orang banyak,” cerita Yenny.


“Maksudmu disaksikan oleh banyak orang?” tanya Maharani.


“Iya,” jawab cepat Yenny.


Maharani berpikir sejenak, lalu teringat Laura Mahendra, “Bukankah dalam waktu dekat Laura akan melaukan Syuting reality show untuk acara amal. Kau bisa memintanya mengundangmu sebagai bintang tamu, memberi santuan kepada beberapa orang-orang malang tersebut, lalu Ibu akan mengatur wawancara untukmu, nanti kau katakan sekali lagi ketulusan hatimu di depan kamera sehingga dapat dilihat dan di dengar oleh banyak orang,” Maharani memberikan idenya.


“Wuaah Ibu, hebat sekali idenya,” puji Yenny.


Ibu dan anak sedang senang merayakan, Khansa keluar perlahan dari balik penyekat unik itu. Leon menarik tangan Khansa, “Jadi? Kerusuhan apa yang akan kau buat?’


“Rahasia,” jawab Khansa sembari meledek menjulurkan lidahnya.


“Apa sekarang Nyonya Sebastian ingin memberikan staus kepadaku? Suami,”  tukas Leon.


Khansa menarik tangannya, lalu berkata, “ Kau Kembali bersibuk saja, aku akan pulang ke Villa Anggrek menemani nenek,” jelas Khansa.


Leon pun melepaskan Khansa, tidak menganggunya lagi, “Baik berhati-hatilah, supir akan mengantarmu,” jawab Leon.


Khansa tiba di Villa Anggrek, Paman Indra segera menyapa Khansa, “Nenek menunggu Nyonya di kamar.”


“Ah ya! Aku akan menemuinya,” ujar Khansa.


Khansa berjalan ke arah kamar Nenek Sebastian, mengetuk pintu lalu masuk setelah Nenek Sebastian menjawab, “Nenek ada apa?”


“Kemarilah!” pinta Nenek Sebastian.


Khansa duduk di sebelah nenek Sebastian, Lalu nenek Sebastian mengambil tangan mungil Khansa, “Ini peganglah!”


“Apa ini Nek?” tanya Khansa.


“Itu adalah kunci brankas kekayaan Villa Angrek,” jawab Nenek Sebastian.


“Kekayaan,” gumam Khansa bingung.


“Ya karena kau sudah menjadi Nyonya Muda Sebastian, sudah saatnya kau yang mengatur semua keuangan di Villa Anggrek ini,” jelas Nenek Sebastian.


“Jangan menolak, biarkan aku yang tua ini beristirahat,” ujar Nenek Sebastian.


“Baik Nek,” jawab patuh Khansa.


Setelah menerima kunci kekayaan Villa Anggrek, Khansa pun Kembali ke kamarnya. Merebahkan dirinya di ranjang besarnya. Khansa menganggkat kunci bermodel kunci kuno jaman dulu itu sambil bergumam, “Kunci kekayaan.”


Keesokan harinya, heboh berita jika Yenny Isvara akan melakukan siaran langsung dengan Laura Mahendra hari ini, Khansa membaca berita itu dengan santai sambil memakan mangga muda, “Sepertinya dia akan membuat pertunjukan,” pikir Khansa.


Khansa tiba-tiba meletakan piring berisi mangga muda itu, teringat dengan kunci kekayaan lalu mengambil kunci itu dari laci nakasnya. Khansa pergi ke ruangan  perpustakaan pribadi Nenek Sebastian. Berjalan masuk dengan perlahan melihat-lihat setiap sudut.


Khansa mengambil satu buku, "Buku ini terlihat kuno," gumamnya.


Khansa lalu membuka halaman demi halaman, matanya tercengang ketika membacanya, Khansa merasa sangat familiar dengan apa yang tertulis disana, itu adalah formula sebuah resep obat.


"Siapa yang menulis ini," pikir Khansa.

Setelah membaca beberapa saat, Khansa pun berkata pada dirinya sendiri jika akan meminta ijin pada Nenek Sebastian untuk membolehkanya meminjam buku itu. Khansa meletakan kembali buku itu di rak tempatnya.


Lalu Khansa mulai mendekati lemari besi berdesign jaman kerajaan eropa kuno. Khansa mengambil kunci kekayaam dari sakunya, lalu membuka lemari itu.


Khansa terkagum di dalam lemari ini ada batangan emas yang jumlahnya banyak sekali, juga sertifikat kepemilikan tanah dan rumah.


"Wah! Keluarga Sebastian ini memang benar- benar keluarga sultan," puji Khansa.


Tatapan mata Khansa terhenti pada giok hijau berukiran naga, Khansa mengambilnya dengan perasaan sedikit limbung.


Khansa mencoba mengingat dengan keras, Khansa mengenali giok ini, "Ini ... bukankah ... batu giok dari pria waktu itu,"


Sontak saja Khansa tercengang dan menutup mulutnya dengan satu tangannya sambil jatuh terduduk di lantai berkarpet wol tersebut.


"I-ini bagaimana ini bisa ada di sini?" pikir Khansa.


Mata Khansa terbelalak ketika terbesit nama Yenny Isvara, "Astaga!"


Khansa menganalisa kembali potongan-potongan ingatan waktu itu, ketika itu dia tidak sanggup membawa Leon berdiri seorang diri, jadi dia mencoba pergi mencari bantuan, di saat itulah Khansa diberikan batu giok itu.


Namun, ketika kembali dengan bala bantuan. Leon sudah tidak ada, dan batu giok yang dia kantongi juga tidak ada, hilang dari tangannya. Sudah mencoba mencari namun tidak menemukan.


Khansa mengunci lemari besi, membawa batu giok itu kepada Nenek untuk bertanya tentang asal usul batu giok itu.


"Itu adalah batu giok milik Leon," jawab Nenek Sebastian.


"Ada suatu hari, Leon tidak menginginkan batu itu lagi. Lalu memberikannya kepada Nenek untuk di simpan.


"Dia berkata jika itu bukan miliknya lagi," jelas Nenek Sebastian.


Khansa memincingkang matanya, sambil berkata, "Ah aku paham sekarang, dari mana sumber datangnya tiga permintaan Yenny,"


berpikir ketika meminta tiga permintaan, pasti Yenny melakukan barter dengan batu giok ini. Leon yang memang merasa memberikan giok itu, pasti langsung saja percaya.


"Dasar wanita ular," gumam Khansa merutuki Yenny.


"Ada apa?" tanya Nenek Sebastian.


"Nenek bisa tidak memberiku sedikit pertolongan!" pinta Khansa.


"Meminta banyak juga tidak apa," jawab Nenek Sebastian tersenyum.


"Nenek mintalah Leon untuk pulang, lalu aku ingin Nenek memaksa Leon untuk nonton sebuah acara siaran langsung. Aku akan di sana, untuk memberi kejutan kepada Leon," jelas Khansa.


"Jika begitu untuk tugas ini, Nenek akan lakukan sebaik-baiknya," janji Nenek Sebastian.


"Jika begitu terima kasih Nek. Dan, aku harus segera bersiap.


Khansa beranjak pergi, lalu mengambil ponselnya dan memghubungi Emily, "Apakah bisa mengatur aku untuk masuk ke acara siaran langsung Laura Mahendra.


"Apa kau ingin membuat rusuh?" tanya Emily.


"Tentu saja," ujar Khansa menyeringai.


"Jika begitu aku akan menyiapkan panggungnya untukmu," tukas Emily.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 111"