Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 9

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 9 : TERLIHAT MESRA


9. 


Leon sedikit tersadar sekarang, dia membantu Khansa mengobati luka.


Khansa bercanda dengan bertanya. "Apakah akibat fatal yang kau katakan tadi adalah kekerasan rumah tangga (KDRT)?


Leon juga sudah sedikit santai dan menjawab. "Masih berani masuk kalau tahu KDRT? 


Khansa menjawab. "Orang lain takut padamu, tapi tidak denganku."


Leon hanya bisa terdiam mendengar jawaban Khansa, sedikit merasa puas dihati ketika mendengar perkataan Khansa ini. Entah mengapa kalimat yang Khansa lontarkan itu terdengar romantis di telinga dan terasa manis di hati.


Selesai mengobati luka, Leon tetap meminta Khansa untuk keluar. Khansa memeluk Leon, tubuh Khansa sangat lembut seperti seekor kucing kecil yang penurut. Leon mencium wangi tubuh Khansa, wangi itu terus memikat sarafnya.


Khansa memintanya untuk tidak merasa  sendiri. "Sekarang ada aku, kita bisa melewatinya berdua, aku akan menemanimu." 


Urat-urat Leon yang tadinya bermunculan perlahan menghilang sekarang setelah ditenangkan oleh Khansa, kondisinya perlahan  sudah jauh membaik. Leon masih saja memikirkan aroma tubuh Khansa, selama itu mereka saling memeluk dalam keheningan. "Tubuhmu sangat wangi, kamu masih belum memberitahuku pakai parfum apa?”


Khansa tersenyum, dia berkata dengan main-main. “Tuan Leon, kan sudah kubilang aku tidak pakai parfum, kamu terus saja menanyakan hal ini, aku jadi curiga kamu sedang PDKT denganku, jangan-jangan … kamu mau meniduriku?”


Leon, "…"


Melihat Leon terdiam, Khansa mengatakan Leon bisa mengigit sesuatu jika masih merasa tidak nyaman. Tapi malah disalah artikan oleh Leon,  mengira Khansa minta digigit, lalu Leon dengan begitu saja menggigit. Alhasil  Khansa merspon balik dengan menggigit pundak Leon sampai sangat dalam dan berdarah. Leon mundur ke belakang dan menabrak sudut sofa, keduanya terjatuh ke atas sofa. Khansa mengatakan mereka sudah impas.


Pose keduanya sekarang ini sangat mesra.


Mata Leon sudah berubah. Mereka terus saling menggoda. 


Khansa ingin bangun, tapi dia malah dipeluk oleh Leon. "Ei ini … mengapa tenaganya masih kuat," gumam Khansa.


Khansa memandangi suaminya ini, dalam pandangan mata Khansa, suaminya ini terlihat seperti singa yang sedang mengintai makanan. Terlihat tenang namun ketika akan menerkam calon makanannya dan itu bahkan  tidak mengurangi kegagahannya sedikitpun. Khansa pun mengalah, mengusap lembut kening suaminya itu lalu memasukan dirinya kedalam pelukan Leon. 


Leon dapat merasakan tubuh Khansa yang meringsek masuk kedalam pelukannya, tubuh lembut yang seperti tidak bertulang. Aroma Khansa yang memenuhi penciuman Leon menambah ketenangan tersendiri untuk Leon. wangi itu terus menerus memikat sarafnya.


Wajah mungil Khansa menempel pada dada Leon yang kekar, seolah-olah seekor kucing jinak sedang menjilatinya. Urat-urat di sekujur tubuh Leon yang tadinya bermunculan perlahan menghilang, bahkan aura mengerikan di bawah matanya pun menghilang berganti dengan kelembutan, Leon mengangkat tangannya dan memeluk Khansa.


Khansa  balas memeluknya dengan tenang selama beberapa saat, kemudian tangan mungilnya berpindah dari pinggang Leon ke arah atas, dan mengelus tulang belikat di punggung Leon. 


“Nyonya Sebastian, kamu lagi merayu aku ya?”  Gumam Leon, rasa sakit yang menusuk membuat kabut pada sepasang matanya  tadi  telah menghilang dan berubah kembali menjadi jernih.


Posisi keduanya sekarang sedikit mesra.


Khansa menatap mata Leon, di dalam matanya tampak dua kobaran api yang sedang membara, menatap Khansa seolah-olah dia adalah mangsa yang lezat.


“Tuan Leon, mau apa?”


Leon tahu betul mata Khansa sangat indah, terutama ketika Khansa melawannya seperti sekarang ini, terlihat lincah, Leon menatapi Khansa dengan matanya yang tampan, bibir tipisnya menempel di atas plester di kening Khansa, dia menciumnya dengan pelan. “Sakit tidak? Maaf untuk yang tadi, maaf…”


Seorang pria yang bossy meminta “maaf” padanya dengan suara kecil, Khansa merasa merinding. "Dasar siluman, benaran deh pria ini!" pikir Khansa. 


Kita sudah impas, jadi tak apa, Tuan Leon, lepaskan aku dulu!” Khansa mengulurkan tangannya ke dada Leon, dia ingin mendorong Leon.


Namun, Leon tidak bergerak, malahan dia mengulurkan tangan untuk memegang wajah mungil Khansa. Jemarinya yang jenjang menelurusi kontur wajah Khansa dan masuk ke rambut hitamnya, bibirnya yang tipis pun berpindah dari kening Khansa ke bawah….


Bulu mata Khansa yang lentik berkedip sejenak, dia sama sekali tidak berani bergerak, "a… apa yang mau dia lakukan?"


Seiring dengan semakin mendekatnya Leon, suara nafas keduanya pun bergabung menjadi satu.


Di saat Leon semakin dekat, sebuah jarum panjang milik Khansa dengan cepat menusuk ke dalam pelipis Leon.


Leon pun menutup matanya dan terjatuh ke sisi Khansa.


Khansa menatap lampu gantung kristal di langit-langit, dia berusaha menutup matanya, orang bodoh saja tahu kalau tadi Leon ingin menciumnya tadi. Khansa bertanya kepada Leon apa dia ingin menidurinya, dan Leon tidak menjawab, tapi dia seolah-olah membuktikannya dengan tindakan. Khansa segera membuka matanya. "Tidak! Entah apapun maksud Leon, Khansa dan dia hanyalah sebatas pasangan kontrak," pikir Khansa mengingatkan dirinya lagi dengan keras.


Khansa hendak bangun, tapi sebuah lengan bertenaga merangkul pundaknya.


Khansa mengangkat kepala, Leon masih tertidur. Leon sedang tidur, hanya saja dia tidak membolehkan Khansa pergi bahkan dalam mimpi sekalipun, ini seakaan kasih tahu Khansa jika bayangannya pun tidak dijinkan pergi apalagi orangnya.


Khansa ingin melepaskan diri dari pelukannya, tapi tangan Leon sangat bertenaga, sedangkan Khansa juga takut membangunkannya dan membuat semuanya jadi sia-sia, jadi dia kembali berbaring.


Di ruang kerja tidaklah besar, agak sempit bagi keduanya untuk tidur bersama, Khansa mau tak mau menyampingkan badan agar tidak makan tempat.


Setelah berbaring sebentar, ponsel Khansa pun berbunyi. Fauzan menelpon untuk menyalahkan Khansa atas kejadian Pak Arman.


Khansa langsung mengatakan secara terus terang tentang Maharani yang memberinya obat, dia juga mengatakan Maharani punya dua orang putri, selain putri bungsunya, Jihan, dia masih punya putri sulung, Yenny Isvara, kenapa harus Khansa yang dipertaruhkan.


Yenny adalah putri kebanggaan Maharani, keluarga Isvara memanglah keluarga medis, sejak kecil Yenny punya bakat yang sangat tinggi dalam bidang pengobatan, selain cantik, dia juga pintar, sehingga dipanggil sebagai nona ternama nomor satu di kota Palembang, dan sangat disayangi oleh Fauzan.


Saat kecil Khansa dan Yenny adalah sahabat yang paling baik, saat itu Khansa sangat cerdas, entah dari aspek manapun dia pasti lebih unggul dibandingkan Yenny, tapi selama hampir sepuluh tahun dibuang ke desa, Khansa sudah tidak lagi seunggul sebelumnya, apa yang masih bisa dia gunakan untuk menandingi putri Maharani?


“Coba lihat apa yang Khansa katakan, beraninya  dia menghina Yenny ?” kata Maharani.


Benar saja, Fauzan juga jadi tidak senang, dia berkata, “Khansa, bar 1998, besok malam kamu harus datang tepat waktu untuk menemui Pak Arman!”


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.


Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 9"