Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 8

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 8 : SUGAR BABY


8. 


Khansa memanfaatkan kesempatan ini untuk “menjelaskan” kepada Leon bahwa Jihan lah yang mengatakan Leon sebagai sugar baby. Sambil menunggu kue pesanan Leon, Khansa sedikit membalas Jihan karena sudah bersiasat atas dirinya, menjahati dirinya, sudah menjualnya pada pak Arman.


"Kau jangan naksir baby sugar aku yah! Dia ini hanya milik aku lho," jelas Khansa seraya bersandar di bahu Leon. 


"Minta saja pada Ibumu, supaya menjodohkan kau juga dengan pria kaya … emm … contohnya kaya Pak Arman," tukas Khansa. 


"Kenalkan? Dengan Pak Arman?" sindir Khansa.


Jihan, "…"


Leon memandangi lagi istri kecilnya ini, tak menyangka jika gadis kecil ini malah pandai membully balik. Leon pun tersenyum tampan, merasa puas dengan istri kecilnya ini. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya kue pun telah selesai dibuat. Mereka berdua pun pergi meninggalkan toko.


Jihan ditertawakan oleh sahabatnya itu Jane, karena harus memanggil Khansa dengan sebutan nenek, dan malah meledeki Jihan karena ternyata Khansa memiliki sugar baby yang sangat tampan.


"Kau ini benaran deh, apa mata kau ini buta!" ledek Jane. 


"Pria setampan itu  masa kau bilang dia jelek, botak dan gendut," tukas Jane seraya tertawa sampai perutnya sakit.


Jihan, "…" 


"Sudah tak mau main lagi," jawab kesal Jihan seraya bergegas pergi juga dari toko kue. 


"Hei! Ini siapa yang akan bayar kuenya," teriak Jane. 


Jihan tidak menggubris teriakan Jane, malah masuk ke dalam mobil dan melajukannya dengan cepat untuk kembali pulang ke rumahnya.


"Issh …" gumam Jane mengkesal lalu mengeluarkan kartunya untuk membayar kue yang bahkan tidak dia pesan.


Pemilik toko tidak berani menjual kue kepada mereka lagi karena mereka telah menyinggung Leon, pemilik toko malah memutuskan tidak mau menjual kue yang sekarang kepada mereka. "Maaf Nona kue ini tidak dijual," ujar si pemilik toko. 


"Eh tapi! Kenapa!?" tanya bingung Jane.


"Ini akan aku beri makan pada anjing peliharaan di rumah," jawab enteng si pemilik toko.


"Sialan! Bapak tua ini anggap status peliharaannya itu lebih tinggi dari aku," gerutu Jane mengkesal.


"Ya sudah, aku tidak akan datang lagi ke toko kue ini!" hardik Jane. 


"Silahkan Nona, pintu keluarnya disana, dan kedepannya kami tidak menerima kedatangan kalian lagi," jelas si pemilik toko dengan nada angkuh. 


Jane keluar dari toko kue tersebut dengan hati yang meradang. "Sial … ini semua karena gadis kampung yang bernama Khansa itu," gerutu Jane merutuki Khansa. 


"Awas saja kau!" ancam Jane lagi.


……


Sementara itu, di dalam mobil saat perjalanan pulang,  Leon mengeluarkan kartu kartu black goldnya  dan memberikannya kepada  Khansa.  Dia memberitahu Khansa mungkin Khansa tidak akan mampu menghidupinya, tapi dia pasti mampu menghidupi Istrinya, Nyonya Sebastian.  Jantung Khansa berdegup kencang ketika mendengar kata tersebut.


"Simpan kartu itu di dompetmu!" ujar Leon. 


Khansa, "…" 


Memasukan kartu itu kedalam dompetnya, dengan masih tetap terdiam karena hatinya masih berdegup kencang. Sesampainya di rumah, nenek menanyakan keadaan kepulangan mereka ke rumah keluarga Isvara.


"Apa sudah bertemu dengan Kakek?" tanya Nenek Sebastian. 


"Ya Nek," jawab Khansa.


khansa  memberikan kue yang tadi baru saja dibeli kepada nenek, nenek suka memakan kue, Leon meminta nenek untuk tidak makan kebanyakan.


"Nek, jangan terlalu banyak, itu sangat manis. Ingat kesehatan nenek," nasehat Leon.


Khansa juga ikut memakan kue tersebut, sambil mendengarkan suaminya ini sedang menasehati Neneknya. Tanpa sengaja cream pada kue tersebut menempel di sudut bibir Khansa.


Melihat hal itu, baru saja Leon ingin menghapus cream yang menempel itu, saat Khansa menyantap kue tersebut,  tapi malah Khansa mimilih menjilatnya dengan lidahnya sendiri. Lalu sedikit menjulurkan lidahnya, sedikit meledek Leon sambil mengeluarkan suara tawa kecilnya. 


"Hiish …" gumam Leon.


Leon merasa jika Khansa sedang menggodanya, Leon mengendurkan dasinya dan beranjak naik ke lantai atas sambil menggelengkan kepalanya, sedikit tidak percaya jika dirinya baru saja diledek oleh gadis kecil. Namun, hatinya tidak merasa marah, malahan merasa lucu dan senang.


Khansa melihat kepala pelayan membawa seorang pak tua ke lantai atas, dia menanyakan pada nenek siapa orang itu. Nenek memberitahunya kalau itu adalah Tuan Suryo, beliau datang sebulan sekali untuk mengobati penyakit insomnia Leon. Mendengarnya Khansa segera naik ke lantai atas. Namun, terdengar keributan dari ruang kerja Leon, Khansa terkejut melihat kondisi ruang kerja sangat berantakan, Leon sedang mengamuk, peralatan Tuan Suryo juga berserakan di lantai, penyakit Leon kambuh lagi.


Dia mengusir semua orang.


Tuan Suryo baru saja ingin keluar dari dalam ruangan kerja Leon, Khansa menahannya lalu menanyakan gejalanya kepada Tuan Suryo. Merasa jika tidak aman, Tuan Suryo malah menarik Khansa keluar dari ruang kerja Leon.


"Sebaiknya Nyonya diluar saja, di dalam berbahaya, khawatir Nyonya terluka," saran Tuan Suryo.


Khansa sangat keras kepala, bukannya menurut malah segera masuk lagi  ke dalam ruang kerja tanpa mendengarkan bujukan kepala pelayan dan Tuan Suryo. 


Karena jika membiarkan Leon mengamuk dan insomnia berkelanjutan, maka akan memungkinkan munculkan kepribadian kedua, hingga waktunya nanti Leon yang sekarang akan menghilang.


Akhirnya Kepala pelayan membiarkannya masuk. Melihat Khansa masuk ke ruangan kerjanya, Leon menjadi marah, Leon malah meneriaki Khansa, dan tetap menyuruhnya keluar. "Keluar!" hardiknya dengan marah.


"Keluar! Jangan sampai aku mengulang kata yang sama lagi untuk ketiga kalinya!" teriak Leon lagi.


Jika Leon mengulang kata yang sama untuk ketiga kalinya, maka akibatnya akan sangat fatal nanti. Namun, Khansa 


tidak takut, dia tetap melangkah maju, kemudian didorong oleh Leon hingga terjatuh, bagian pelipisnya menabrak pas kena di sudut meja.


"Shhh …" Khansa mendengus kesakitan, dia menutupi luka dengan tangan, darah segar mengalir dari celah jari-jarinya.


Khansa menatapi tangannya yang sudah diwarnai oleh darah kental yang keluar dari dahinya itu.


"Leon," panggilnya dengan suara melirih.


Khansa bangun lagi, dan malah ke arah Leon lagi, tapi kali ini Khansa langsung saja memeluki Leon. "Tenanglah! Tenanglah," bisik Khansa demgan suara lembutnya. 


Wangi tubuh Khansa yang seperti.parfum itu sedikit membuat Leon menjadi tenang. Khansa berpikir ini saatnya untuk mengambil kendali agar Leon tidak kehilangan dirinya dan berubah menjadi brutal. 


"Nah … nah sudah, sudah tidak apa-apa," ujar Khansa seraya menepuki punggung Leon dengan lembut. 


Dan benaran saja, itu berhasil membujuk Leon untuk menjadi lebih tenang. Leon malah merangkul balik Khansa. Mencium wangi Khansa dalam-dalam. Wangi itu membawa ketenangan tersendiri bagi Leon. 


Setelah merasa Leon sudah jauh lebih tenang, maka Khansa pun melepaskan pelukannya. Khansa membelai lembut kening suaminya itu, menghapus sedikit keringat yang ada di sana. 


"Semua akan baik-baik saja," hibur Khansa seraya menatapi kedua mata Leon, memperhatikan apakah kepribadiannya yang brutal tadi sudah benar-benar menghilang.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.


Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 8"