Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 57

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 57 : WANITA MANA?


"Wanita mana?" tanya bingung Leon sambil mengernyitkan alisnya.


"Katakan sekali lagi! Wanita mana yang kau maksud?" 


"Tentu saja wanita simpananmu!" jawab Khansa sambil memasukan salep dan menutup keras-keras kotak obat yang ada di tangannya itu.


"Mengapa jadi tidak mau mengaku?" ujar Khansa dengan nada dingin menyindir.


Khansa menyeringai dingin dan jujur mengatakan kalau mengira wanita yang mengangkat telepon Leon itu adalah simpanan Leon.


"Wanita apa katamu, wanita simpanan aku?" tukas Leon lagi. 


"Iya! Wanita yang mengatakan bahwa kau sedang mandi," jawab dingin Khansa.


"Mengapa Tuan Muda Sebastian cepat sekali menjadi lupa?" sindir Khansa.


"Apa karena sudah terbiasa?" Sindir Khansa lagi.


"Perjalanan kemarin memang  benar- benar perjalanan bisnis aku," jawab tegas Leon.


"Tidak ada kencan dengan wanita!" ujar Leon menegaskan perkatannya lagi.


"Hmm … perjalanan bisnis ya?" Khansa mengulangi perkataan Leon dengan nada tidak percaya. 


"Ah ya, mana ada sih pencuri mengaku. Jika iya ada! Maka penjara akan penuh, bukan," jawab sindir Khansa sambil meletakan kotak obat di atas meja dengan sedikit kasar.


Khansa memasang wajah cemberut, Leon masih bingung dengan maksud Khansa dan mereka berdua malah jadi bertengkar, karena Leon merasa memang tidak tahu jika Khansa menghubunginya.  Dan sebaliknya, Khansa merasa jika Leon benaran berkencan dengan wanita lain dibelakangnya.


"Apa sih maksudmu ini," ujar Leon seraya bangkit dari duduknya yang semakin tidak paham.


Melihat Leon tidak mau mengaku, padahal Khansa sudah terang-terangan mengatakan bahwa benar ada wanita yang menguasai ponselnya di waktu itu, malah semakin membuat Khansa kesal. 


"Watak pria hampir semua begitu, jika tertangkap basah, maka mereka akan berpura-pura bodoh  dan terus saja menyangkalnya," gumam Khansa.


Leon pun pergi masuk ke kamarnya, Leon segera mengeluarkan ponsel dan memeriksa riwayat panggilan, Khansa sungguh menelepon Leon beberpa kali saat itu. Leon teringat kalau hari itu ada Chief Susan dan Gery di kamarnya, lalu berpikir pastilah Chief Susan yang menerima telepon dari Khansa tanpa seijinnya.


"Ah ya! Pasti waktu itu dan pasti karena itu makanya dia menjadi marah," pikir Leon.


Leon berjalan keluar teras lagi, membayangkan nampaknya wajah istrinya  itu pasti saat ini sedang cemberut dengan mengembungak kedua pipinya.


Leon menyandarkan tubunya di pagar balkon teras kamar presiden suite  mereka.


Pandangan Leon dipenuhi aura dingin  yang menusuk, “Jujurlah padaku! Nyonya Sebastian, kamu cemburu?”


Khansa segera menyangkal, "Hah! Cemburu katamu!" ujar penyangkalan Khansa.


"Jika tidak cemburu, lalu mengapa marah?" tanya Leon.


"Bukan apa-apa!" jawab ketus Khansa.


"Jika tidak cemburu maka berani tidak katakan di depan wajah aku!" pinta Leon.


"Aku tidak cemburu!" ujar Khansa seraya berdiri dari kursinya tanpa memandang Leon dan ingin segera masuk kembali ke dalam kamar mereka.


Leon menarik tangan Khansa lalu memaksa Khansa bertatapan dengannya, "Coba! Katakan sekali lagi, jika kau tidak cemburu,"


"Tuan Sebastian, mengapa jadi pemaksa seperti ini. Apa kau ingin menindas istri sendiri?" ujar Khansa seraya mencoba melepaskan genggaman tangan Leon dari tangannya.


Leon menatapi istri kecilnya ini lagi, kupu-kupu imut tadi sekarang telah berubah menjadi landak yang tengah mengeluarkan duri-durinya untuk melindungi diri.


Leon merasa Khansa sangat keras kepala jika soal berdebat. Sementara, Khansa juga tidak menyangka Leon akan se arogan ini.


"Menindas katamu!" Jawab Leon dengan suara baritonnya itu.

Leon menarik Khansa untuk masuk ke dalam pelukannya, "Nyonya Sebastian, apakah sesulit itu untuk mengaku cemburu?" tanya Leon dengan berbisik di telinga Khansa. 


Leon menatapi kedua mata indah istrinya itu, mencari jejak-jejak cemburu di antara kedua matanya. Khansa mencoba mengalihkan perhatian Leon, khansa mencubit Lengan Leon yang tidak sekeras punggung kuat Leon.


"Jangan besar rasa," tukas Khansa.


Memikirkan tentang kontrak pernikahan mereka, Khansa benar-benar menguatkan hati untuk tidak jatuh cinta dengan Leon. Khawatir akan ada luka yang baru, Khansa benar-benar ingin melindungi hatinya. Terlalu banyak pedih yang sudah di rasakannya karena kehilangan.


Khansa menganggap dalam setiap percintaan tak selalu manis terasa, meski begitu Khansa tetap tak mau merasakan sakit hati karena cinta. Jadi pilihan untuk membatasi hati, bagi Khansa sudah pilihan yang paling tepat.


"Tuan Sebastian apa kau lupa status pernikahan kita yang sebenarnya, pernikahan yang saling menguntungkan," jelas Khansa. 


"Jadi bukankah menurutmu sebaiknya kita tidak main hati," Jelas Khansa lagi.


"Tidak main hati katamu," ujar Leon seraya menaikan satu alisnya.


"Begitu ya?" 


"Lalu kau anggap aku ini apa!" tanya serius Leon.


"Emm … pria tampan," jawab polos Khansa.


Leon menyipitkan mata dan memandang Khansa yang ada di pelukannya ini, Khansa selalu membuat hati Leon penasaran. Istrinya ini memang selalu saja pandai dalam memberikan kejutan. Setelah tadi dipuji pintar dan sekarang dipuji tampan. Tapi masih belum mau mengaku jika cemburu, dan masih saja menyangkal rasa di hati.


Selain pandai memberikan kejutan. Namun, juga sangat pandai memancing kesal dihati Leon.


Leon terus saja menggodai Khansa untuk tidur di kamar itu, "Pria tampan yang kau suka kan?" 


"Hissh … mana ada," jawab Khansa Malu-malu.


Khansa malu dan memarahi Leon, "Kau ini besar kepala sekali," 


"Jika begitu kita harus saling latihan sepertinya," usul Leon. 


"Latihan apa?" tanya Khansa. 


"Latihan untuk bisa tidak main hati," jawab Leon. 


"Caranya?" tanya Khansa. 


"Hmm … malam ini kita tidur bersama di sini," jawab Leon.


"Bagaimana?" tanya Leon sedikit menggodai Khansa lagi.


"Eh! Latihan macam apa itu, Hah! kau ini sungguh mengada-ada," jawab Khansa sambil sedikit tertawa meledek.


Khansa menginjak kaki Leon yang hanya memakai sandal kamar itu, "Kali ini aku yang bilang 'tinggi sekali percaya dirimu itu' Tuan Muda Sebastian," gumam Khansa.


"Aw … hish," gerutu Leon sambil memegangi tapak kaki yang baru saja Khansa injak.


"Gadis ini benar-benar deh, bar bar tapi manis," pikir Leon dengan sedikit menyeringai tertawa.


Melihat tembok pertahanan Khansa masih belum runtuh, Leon merasa cinta di antara mereka masih belum bisa untuk tumbuh dengan pesat, usia Khansa masih sangat belia, merasa waktunya Khansa memang belum tepat untuk merasakan semua hubungan dalam bentuk pasangan dewasa pada umumnya, istrinya ini masih terlalu lugu untuk soal yang itu.


Leon pun tak ingin menggodainya lagi, memahami jika hubungan ini akan memakan waktu jika ingin menjadikannya berhasil.


Tiba-tiba saja hati Leon, terasa manis karena dirinya adalah dan hanya akan menjadi satu-satunya pria untuk Khansa. Leon berpikir nanti akan menggunakan cara lain untuk mengetes hati Khansa dan membuat Khansa sadar akan perasaannya.


Leon tidak ingin memperpanjang perdebatan dengan istrinya itu, Leon tidak menghibur Khansa dan sungguh pergi dari sana.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 57"