Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 56

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 56: MENGGODANYA


Leon mendengar suara air mengalir dari kamar mandi, di kamar presiden suitenya itu. Leon mengetuk pintu kamar mandi, "ini pesananmu."


Khansa membuka sedikit pintu kamar mandi dan bersembunyi di balik pintu lalu mengeluarkan tangan, “Tuan Sebastian, terima kasih. Serahkan padaku.


Tiba-tiba saja hatinya Leon terdorong keras, Leon tidak mau melepaskan pegangannya, melihat jari-jari lentik Khansa, tangan indah putih, lembut yang sedang disentuhnya ini.  Hati Leon sedikit tidak rela untuk melepaskannya. Sungguh tangan mungil imut itu telah mengguncang hatinya. Dalam pandangan Leon, tangan Khansa ini terlihat sangat seksi.


Teringat wajah cantik Khansa yang ada di balik cadar, membuat Leon  semakin enggan melepaskan genggamannya. Leon dan Khansa tarik menarik bungkusan itu, Khansa terlihat akan marah. Namun, Leon tersenyum sambil belum mau melepaskan pegangannya.


"Tuan Sebastian! Apa kau akan berebut dengan aku!" 


"Apa kau juga sedang datang bulan ? Seperti aku?" ujar Khansa yang mulai merasa  kesal.


"Mengapa kau tidak sopan sekali, siapa yang memberikanmu keberanian untuk begini, "


"Ambil yang benar! Jangan mengambil pembalut ini dari balik pintu!" protes Leon.


"Hisssh … kau ini mengapa mudah sekali tersinggung, nanti lekas tua!" ujar Khansa lalu membuka pintu kamar mandinya itu.


"Sini! Kemarikan!" ujar Khansa agar Leon memberikan pembalutnya.


"Jika aku menjadi cepat tua, itu karena istri seperti dewi perang, sedikit-sedikit terlibat masalah" tukas Leon yang merasa istrinya ini memiliki nama tengah 'masalah'


"Issh …. mengesalkan sekali," jawab Khansa. 


"Mengapa dia  menganggap aku dewi perang?" pikir Khansa. 


"Mau kasih tidak?" ujar Khansa


Melihat istri sepertinya akan merajuk, maka Leon pun berhenti menggoda, "Ini! Pakailah sepuasmu." 


Khansa menerima pakaian dan pembalut dari Leon dan segera menutup pintu. Khansa merasa wajahnya  memanas dan merah, "Leon itu memang terlalu nakal!


"Sangat-sangat berbahaya jika ingin bermain-main dengannya."


Khansa membuka tas belanjaan itu, lalu melihat di dalam tas itu ada beberapa pembalut merk sayap yang dia pinta "Mengapa membeli sebanyak ini?" pikir Khansa. 


"Aku hanya membutuhkan satu saja. Tapi, dia malah membelikan sepuluh pack." 


"Memangnya dia kira darah menstruasi itu sebanyak apa," gumam Khansa. 


"Hisssh …"


"Ah sudahlah!" gumam Khansa.


Tadi ketika Leon membeli dan membayar, Leon berbalik ke mini market lagi dan memutuskan untuk membeli banyak, merk yang diminta Khansa. Karena setahu Leon merk pembalut yang ada di kamar mereka bukan merk ini. Karena itu Leon memutuskan untuk membeli banyak. 


Leon tahu tentang ini, karena melihat ada benda yang sama di lemari mereka, pelayan yang menyiapkan. Namun karena bukan merk kesukaaan istrinya karena itu Leon memutuskan membeli banyak.



Leon membuka pintu kamar presiden suitenya itu, lalu keluar ke teras balkon kamar  itu. Leon berdiri di samping jendela sambil merokok. Leon masih menormalkan jantungnya yang baru saja dipaksa untuk senam oleh Khansa. 


"Gadis ini, benar-benar telah menjalari aku dengan racunnya, benar-benar seperti virus. Tak terlihat lalu tiba-tiba sudah masuk ke dalam tubuh," pikir Leon yang mengibaratkan Khansa seperti virus, karena diam-diam sudah masuk kedalam hatinya.


Khansa keluar dari kamar mandi. Leon menoleh, Khansa mengangkat rambutnya tinggi-tinggi dan menyangul asal rambutnya itu, gerakan tangannya terlihat anggun.


Beberapa helai rambut Khansa, terjatuh ke samping telinganya, Leon menelan salivanya ketika melihat leher indah Khansa dan tulang selangka Khansa, cadar yg Khansa pakai kali ini tidak sampai menutupi lehernya, hanya menutupi bagian dagu Khansa. 


Pakaian yang Khansa pakai pun semakin menambah tingkat keeleganan Khansa sekaligus kepolosannya.


Model baju yang Khansa pakai adalah model baju tidur kimono. Baju tidur kimono berupa atasan dengan tali yang terletak di sisi pinggir baju dan dengan panjang selutut. Model ini  memberi kesan manis dan stylish ketika dipakai oleh Khansa.


Khansa mengambil body lotion yang ada di atas meja, mencium wanginya dan merasa itu harum. Maka Khansa pun langsung memakainya, Khansa duduk di tepi ranjang dan m


ulai membalurkan ke tangan dan kakinya.


Pandangan Khansa tertuju pada wajah Leon yang tampan, lalu teringat ketika Leon memukul kaca kamar mandi mereka dan menghancurkannga. Khansa lalu berjalan ke arah Leon untuk memeriksa tangan Leon yang terluka beberapa hari yang lalu. Leon semakin menelan salivanya, ketika melihat Khansa berjalan mendekatinya 


"uhuk, uhuk," batuk Leon untuk mengusir kecanggungannya. 


"Merokok tidak baik, lihat saja itu sampai membuatmu terbatuk," nasehat Khansa. 


Mendengar perkataan Khansa, Leon segera menekan-nekan ujung rokoknya di asbak. Melihat itu, Khansa pun tersenyum dan langsung saja menanyakan kondisi tangan Leon.


"Apakah Lukanya sudah membaik?" tanya Khansa. 


"Lumayan," jawab ringan Leon sembari menyembunyikan kegugupannya. 


"Sini aku lihat!" ujar Khansa.


Dengan malu-malu mau, Leon pun memberikan tangannya untuk di periksa oleh Khansa. Dengan pengamatan yang tajam Khansa pun memperhatikan luka di tangan Leon. 


"Luka ini telah mengering dengan baik, sudah mulai tertutup oleh jaringan baru," jelas Khansa memberitahu pengamatannya.


Khansa memperhatikan warna kemerahan pada area sekitar telah memudar, lalu berkata, "Apakah sudah mulai merasakan gatal?" 


"Iya," jawab Leon.


"Jika begitu bagus, ini menandakan jika luka akan segera sembuh, ini adalah proses yang normal," jelas Khansa.


"Jangan kau garuk, nanti malah akan terluka berdarah lagi, pakaikan saja salep," jelas Khansa lagi.


"Emm …" Leon pun mengangguk paham. 


Leon berpikir, mengapa istrinya bisa sepintar ini, mengetahui tentang dasar -dasar kesehatan seperti ini, menganalisa penyakit.


"Mana salepnya? Sini aku pakaikan," ujar Khansa. 


"Di sana," jawab Leon sembari menunjuk nakas yang ada di samping tempat tidurnya. 


Khansa pun masuk ke dalam dan mengambil kotak obat tersebut, lalu duduk di bangku teras kamar presiden suite tersebut, membukanya dan mengambil salepnya. 


"Sini! Duduk," perintah Khansa. 


Leon pun menurut seperti anak usia lima tahun, Khansa mengambil tangan Leon dan meletakannya di atas meja. Lalu Khansa mulai dengan telaten memakaikan salep, dan meniup-niup tangan Leon. 


Ini terasa manis di hati Leon, selama ini tidak pernah ada gadis yang berani seperti ini kepadanya, bertengakar, berdebat, lalu bersikap imut seperti sekarang kepada dirinya. 


"Sudah! ini sebentar lagi sembuh," ujarnya lagi.


Khansa menengadahkan kepalanya, dan langsung saja bertemu dengan wajah Leon yang sedang menatapinya. 


Kedua mata Leon dan Mata khansa saling bertemu dalam satu tatapan, mereka terdiam sesaat tanpa berkata, karena saling memuji dalam hati, betapa cantiknya wajah yang sedang mereka pandang itu.


Khansa teringat tentang wanita yang menjawab panggilan teleponya waktu itu.


Khansa akhirnya bertanya, “Saat kamu dinas kemarin itu, siapa wanita yang mengangkat teleponmu?” Leon mengernyitkan alis karena tidak tahu kejadian itu.

Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya

Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 56"