Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 55

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 55 : PEMBALUT


Saat ini Khansa menghadang Leon dan mengingatkan kalau dirinya sedang haid, "Tunggu dulu! Kau mau apa lagi!?"


"A-aku sedang datang bulan," jelas Khansa.


Leon, "…"


Leon sedikit kesal kenapa Khansa menggoda dirinya kalau sedang haid, "Kau ini benar-benar tidak bertanggung jawab." 


"Tanggung jawab apa?" tanya polos Khansa.


"Sudah menggoda aku, lalu membiarkan, mengabaikan aku," jawab Leon. 


"Bukankan ini namanya perbuatan yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.


"Hei! Ini … sejak kapan malah pria meminta pertanggung jawaban kepada seoarang wanita,"


tukas Khansa dengan sedikit meledek Leon.


"Apa kau ini sudah berubah menjadi seorang wanita Hah!? Mengapa sensitif sekali," ledek Khansa lagi seraya sedikit memukul bahu Leon.


"Hissh …," jawab Leon dengan memasang wajah cemberutnya.


Khansa merasa tidak tega melihat suaminya ini terus merajuk, Khansa pun berinisiatif untuk menghibur hati suaminya itu, Khansa menjelaskan keadaannya agar Leon tidak kesal, menjelaskan kalau perutnya  memang-benar sedang tidak nyaman, bukan karena ingin mengerjai Leon.


"Apa kau tahu, jika wanita sedang datang bulan biasanya ada yang akan merasakan sakit di tingkatan sakit dengan level  tertentu," jelas Khansa. 


"Apa? Rasa sakit karena menstruasi memiliki tingkatan-tingkatan seperti itu?" tanya Leon sedikit bingung. 


"Tentu saja, karena ketika menstruasi  wanita akan mengalami perubahan hormon saat menstruasi," jelas Khansa.


Leon mengernyitkan alisnya, pria tidak mengalami menstruasi jadi mana paham tentang hal-hal yang terkait menstruasi. Khansa menjelaskan lebih lanjut lagi. Jika ketika menstruasi hal yang lumrah terjadi adalah Gejala berupa perubahan suasana hati, nyeri p**udara, mengidam makanan, kelelahan, lekas marah, dan depresi.


"Sampai seperti itu?" tanya Leon sedikit tidak percaya.


"Iya, bahkan ada yang sampai pingsan karena tidak kuat menahan sakitnya," cerita Khansa lagi.


"Benarkah?" tanya Leon lagi.


"Emm …" jawab Khansa sembari mengangguk.


"Hiish … mengapa itu menjadi begitu mengerikan," ujar Leon bergidik.


"Apakah itu benar-benar sesakit itu?" 


"Ya bagi beberapa orang?" Jelas Khansa.


Tiba-tiba saja Leon manatapi Khansa dengan penuh arti, memikirkan apakah istrinya ini akan mengalami hal-hal yang seperti tadi sudah dijelaskan. Tatapan Leon terlihat sangat teduh penuh kasih sayang ketika menatapi istrinya itu.


Saat ini Khansa sadar tidak menyiapkan pembalut, Khansa membujuk Leon membantu dirinya membeli pembalut. Awalnya Leon menolak, tapi akhirnya pergi juga.


"Baik, baiklah aku akan pergi membelinya," jawab Leon.


Khansa pun tersenyum, jerih payahnya menjelaskan panjang lebar tadi tentang wanita dan menstruasi memang bertujuan untuk ini, agar Leon mau membantunya membelikan pembalut.


Leon pun terbujuk rayuan Khansa, karena takut jika Khansa nekat membeli pembalut sendiri, jika tiba-tiba Khansa pingsan di jalan bukankah malah nanti itu akan merepotkan dirinya.


Leon sampai di mini market, lalu melihat bingung deretan pembalut ada begitu banyak, "Haissh … ini harus pilih yang mana," pikirnya. 


"Mengapa begitu banyak merk," gumam Leon dengan putus asa menatapi susunan rak pembalut ini dari ujung ke ujung sambil mengusap-usap tengkuknya.


Leon mengambil ponselnya, lalu melakukan video Call dengan Khansa. Melihat nama yang tertera adalah nama suaminya, Khansa pun segera menjawabnya. 


"Ini harus pilih yang mana?" tanya Leon dengan wajah bingung dan terlihat latar belakang deretan rak susun pembalut-pembalut.


Khansa mengigit-gigit bawah bibirnya, dan mencubit pahanya agar tidak tertawa terbahak-bahak, "Coba kau ambil merek 'sayap' yang berwarna oranye." 


"Sayap? Berwarna Oranye?" gumamnya.


"Hissh mengapa harus warna tertentu, merepotkan sekali!" pikir Leon sembari memandangi aneka merk pembalut, dan mencari bungkus pembalut yang berwarna orange.  Leon menelisik satu persatu nama merek pembalut yang ada. 


"Sayap," baca Leon dengan mata berbinar. 


"Dapat," ujarnya dengan nada senang.


Tiba-tiba saja Leon, merasa menjadi sangat jago, seoranh mulittalenta karena sudah berhasil menemukan pembalut tersebut, pembalut yang diingini oleh istrinya.


"Tuan muda yang lain belum tentu bisa sejago aku?" puji Leon pada dirinya sendiri. 


"Yang ini bukan?" tanya Leon dalam video Callnya, sambil menunjulan merk sayap, berawarna oranye.


"Iya yang itu! Kau pintar sekali," puji Khansa. 


Mendengar istri memuji pintar kepada dirinya, rasa-rasanya itu membuat Leon ingin langsung salto berkali-kali. Leon pun mematikan panggilan video callnya, lalu tersenyum samar dan pergi ke kasir untuk membayar. 


"Apakah ada tambahan?" tanya kasir itu. 


Leon menggeleng, namun kasir itu bertanya kembali, "Apakah sekalian isi pulsanya." 


Leon menggelengkan kepalanya lagi. Tapi malah kasir itu bertanya, "Apakah mau tebus murahnya, pasta gigi up close ini yang tadinya harga  Rp.50.000, bisa tebus murah dengan harga Rp.20.000 saja."


Leon menggelengkan kepalanya dengan menurunkan topinya, agar menutupi wajahnya yang sudah tersamarkan oleh jaket hoodienya itu. 


"Total semua Rp. 48.000! Sudah dengan kantong belanjanya Apakah Rp.200-nya bisa disumbangkan?" tanya kasir tersebut.


"Ya, ya ambil saja," jawab Leon yang sudah tidak sabar ingin segera pergi ,lalu meletakan beberapa lembar uang kertas lagi.


"Ini untuk sumbangan lagi," ujar Leon dan meminta tas belanjanya, Kasir itu pun memberikan kepada Leon. 


"Terima kasih tuan!" ujarnya senang walau sedikit limbung, hanya meminta sumbangan 200 perak, tapi pria yang di depannya itu malah memberikan Rp.200.000.


Leon dengan cepat keluar dari mini market tersebut, lalu melongok ke kantong belanja, "hissh pembalut," gumamnya. 


Sepanjang hidupnya, menjadi raja bisnis tapi malah diminta membelikan pembalut oleh istri.  Jika saja pesaing bisnisnya mengetahui tentang hal ini, maka 100% bisa dipastikan mereka akan sangat-sangat mentertawai Leon.


Jika bukan karena Khansa yang membujuk dirinya agar membelikan pembalut ini, maka dia bisa dengan mudahnya menyuruh orang untuk membelinya. Namun jika seperti itu, Leon merasa menghiamati perintah istri, alhasil akhirnya dia memutuskan untuk pergi membeli sendiri keperluan istrinya itu.



Di depan pintu, Simon dan Hansen sedang bergosip tentang kejadian di ruangan tadi. Hansen baru pulang dari dinas dan langsung datang ke Bar 1949. Saat ini Leon baru pulang dari membeli pembalut,  dan berpapasan dengan mereka.


Simon dan Hansen melihat tas belanja yang ditenteng Leon dan menggoda Leon, “Ini pembalut, kan?”


"Sejak kapan kau mengalami d atang bulan?" goda Hansen.


"Berisik! Cerewet sekali kalian ini!" gumam kesal Leon.


Mereka berdua mulai menggoda Leon lagi, "kak ini benaran kau yang membeli ini sendiri?" tanya Simon menyelidik. 


"Memangnya kenapa! Ada yang salahkah?" jawab Leon.


Leon merasa sangat kesal dan naik ke atas. Simon dan Hansen menilai, merasa jelas sekali kalau Leon sudah menyukai Khansa. Jika tidak mana mau Leon turun tangan sendiri hanya untuk membeli pembalut.



Leon kembali ke kamar presiden suite, Khansa sudah masuk ke kamar mandi dan sedang mandi.


Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya

Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 55"