Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 54

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 54 : BINAR GAIRAH


"K-kau mau apa? Jangan! Tidak mau," teriak Khansa ketakutan. 


"Jangan mendekat!" pekiknya lagi.


"Berhenti!" 


Khansa menarik selimut di ranjang besar itu lalu membalut semua tubuhnya dengan selimut itu, membungkusnya rapat-rapat.


"Jangan mendekat!" Khansa mengulangi perintahnya lagi dengan nada keras.


"Hish … kau ini mengapa mudah GR sekali," ujar Leon. 


"Tinggi sekali percaya dirimu itu," gumam Leon lagi.


Saat ini Leon baru menjelaskan kalau Khansa sudah mengotori celananya, "Ini tadi kau meninggalkan noda di celana aku, waktu kau duduk di pangkuanku," 


Leon menjelaskan seraya memperlihatkan warna merah yang menodai celana panjangnya itu, "Lihat saja sendiri."


Khansa memincingkan matanya untuk melihat lebih jelas, Khansa mengernyitkan alisnya, "Astaga!" pekiknya.


"Sudah lihat kan!?" ujar Leon.


"Jadi aku harus mengganti celana ini bukan?" 


"Ah ya Tuhan!" gumam Khansa yang tiba-tiba saja ingin membenamkan diri ke dalam lubang karena merasa malu.


Khansa baru sadar kalau sedang haid. Ini terlalu canggung. Leon mengganti celana di hadapan Khansa, dan masa periode Khansa datang, dan malah Leon yang lebih dulu yang menyadarinya, benar-benar keadaan momen yang membuat jadi tidak nyaman bagi seorang gadis. 


Khansa memperhatikan gerakan Leon yang tanpa canggung berganti pakaian di depannya itu, Khansa kembali memperhatikan pinggang kuat Leon yang tadi dia cubiti itu. Dalam hati Khansa sebenarnya mengakui jika suaminya ini memang sangat tampan. Bukan hanya tampan dalam standar biasa. Tapi, memang sangat-sangat tampan. Lalu Khansa teringat dengan tamu-tamu wanita tadi.


Hati Khansa seperti sedang dikerumuni oleh semut ketika memikirkan wanita-wanita yang ada di ruang VVIP Bar 1949 ini.  Mengingat Para wanita yang sedang mendambakan suaminya itu, membuat hati Khansa sedikit  terasa seperti sedang di cubit-cubit oleh keremunun semut. 


Khansa melirik ke pinggang kuat Leon yang terlihat, karena Leon sedang mengganti baju di depanya itu. Khansa menutup matanya dengan kedua tangannya. Namun membuka sela-sela jarinya untuk mengintip tubuh Leon.


"Astaga," gumam pelan Khansa.


"Ya Tuhan!" Gumam pelannya lagi.


Kansa menutup kedua matanya lagi. Namun merenggangkan jari-jarinya lagi dan mengintip lagi. 


"Pinggangnya benar-benar kuat sih," pikir Khansa yang tadi sedikit merasa kesulitan ketika jari-jari lentiknya mencoba mencubit pinggang Leon itu. Tak ingin terbuai dengan tubuh indah Leon yang menantang, Khansa mencoba mengalihkan perhatiannya pada hal lain.


Khansa memperhatikan sekeliling kamar  presiden suite ini. Kamar yang sangat bersih dengan lampu kristal indah menggantung dan pencahayaan yang bagus, terdapat juga beberapa dekorasi vas bunga mawar yang dirangkai dengan indah.  Khansa mmeperhatikan tidak ada jejak wanita di sini. Hati Khansa tiba-tiba saja merasa lega. 


"Baguslah," gumamnya sambil tersenyum samar.


Khansa juga melihat ada pakaian Leon yang tergantung di dalam lemari, "sepertinya Leon tinggal di sini selama dua hari ini," pikir Khansa.


"Tidak tidur di rumah, apa kau tinggal di sini?" tanya Khansa kepada Leon dengan sedikit nada menyelidik.


Leon memberitahu Khansa Bar 1949 ini adalah bisnis milik keluarga Simon, "Ya, Simon yang mengaturnya, kelak ini akan menjadi bisnis milik Simon." 


"Ah begitu," gumam Khansa yang berpikir pantas saja tadi Simon berani mengusir semua tamu-tamu sosialita kaya tersebut dengan begitu mudahnya, ketika dia mau membuka cadar yang di pakai untuk Leon.


Leon telah berganti pakaian, Leon menoleh kepada Khansa, lalu melangkah perlahan menuju ke ranjang. Lalu duduk di sisi ranjang mereka.


"Mau sampai kapan membungkus dirimu seperti itu?" tanya Leon. 


"Ah … ini … aku …" ujar gugup Khansa seraya menatapi selimut yang sedang menggulung tubuhnya itu. 


"Apa kau ini sedang bermain Cosplay menjadi lontong?" tanya Leon meledek. 


"Hish! Sembarang sebut saja kau ini, mana ada cosplay, kostum lontong," ujar Khansa bersungut. 


"Lagipula jika ada siapa juga yang mau memakai kostum model lontong," cibir Khansa semakin bersungut. 


"Ada," jawab Leon sedikit menyeringai. 


"Ada? Siapa?" tanya Khansa penasaran. 


"Pocong!" jawab sembarang Leon.


"Astaga … mengapa kau sebut-sebut nama itu!" hardik Khansa.


"Kenapa? Memang benar kan, lihat saja bentuknya jika sudah diikat-ikat. Bukankah itu hampir sama dengan pocong," jawab ringan Leon lagi sembari tertawa.


Khansa melepaskan selimut berwarna putih yang menggulung di tubuhnya itu, lalu segera ke arah Leon dan menutup mulut Leon dengan kedua tangannya. 


"Sudah! Jangan sebut mahluk itu lagi!" tukas Khansa.


Leon memandangi Khansa, saat ini yang terasa dari keduanya hanyalah hela napas yang berbau cinta yang akan bersemi. 


Beberapa saat terdiam, tiba-tiba Leon  menjulurkan tangan ingin melepaskan cadar milik Khansa lagi, Leon merasa masih belum puas karena tadi hanya melihat wajah cantik Khansa sebentar saja. Padahal baru sebentar melihat, tapi langsung membuat Leon, sudah benar-benar terbius, dan seketika saja mencandu ingin melihat wajah Khansa lagi dan lagi.


Khansa menolak, "Tuan Leon! Kesepakatanya sudah berakhir, dan aku sudah memenuhi kesepakatannya," 


"Aku tadi sudah membuka cadar aku di depanmu! Jadi mengapa  kau terlihat ingin meminta lagi."


Leon menatapi mata indah Khansa, Leon tidak memaksa Khansa, jika memang Khansa tidak menginginkannya. Namun, Leon malah membaringkan Khansa di atas ranjang. Merasa gemas, Leon mulai menggelitiki Khansa sebagai hukuman untuk Khansa karena sudah bersikap nakal malam ini, berani menggodai dirinya sampai seperti ini, membuat dirinya seperti hilang akal dan hilang akan kepengendalian diri. 


Khansa dan Leon bercanda ria di atas ranjang, mereka tertawa senang, "Aw … aw … Tuan Muda sebastian! Ampun, aku minta ampun," teriak khansa. 


"Mengaku salah tidak!?" tanya Leon. 


"Salah! Memangnya aku melakukan apa?" jawab Khansa. 


"Astaga … gadis ini, sudah sebegitu keras menggodai aku, lalu pergi meninggalkan aku begitu saja. Namun masih menganggap dirinya tidak bersalah," pikir Leon.


"Karena Nyonya Sebastian nampaknya lupa akan kesalahannya, maka suami akan terus menggelitiki," gumam gemas Leon. 


"Oh ya Tuhan! Ampun Tuan sebastian. Hentikan! Iya! Iya aku mengaku salah," ujar Khansa sembarang agar Leon mau menghentikan hukumannya.


"Jika lain kali nakal lagi, maka aku akan menggelitikimu dengan lebih keras lagi," ujar Leon sambil tertawa senang.


"Paham tidak?" ujar Leon menegaskan.


"Tidak janji!" balas Khansa sedikit menggodai Leon lagi. 


"Hiiish … kau ini betul-betul ya! Minta dihukum lagi," ujar Leon sembari mulai menggelitiki Khansa lagi. 


"Aaah … Tuan Leon, hentikan! Hentikan! Ampun," gumam riang Khansa. 


Aura dalam kamar presiden suite itu tercium manis, tercium aroma napas penuh cinta. 


Mereka berdua saling melempar tawa, tubuh mereka terasa rileks ketika berbaring dan berbagi ranjang seperti ini.  Tidak lama kemudian, Leon kembali serius, Khansa juga berhenti tertawa, ada binar gairah yang terpendam di dalam pandangan Leon, Leon ingin membuka pakaian Khansa.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 54"