Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 52

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 52 : NODA MERAH


Dengan perlahan Khansa menggerakan jari-jari lentik putihnya, dan mulai membuka cadarnya di depan Leon. Melihat cadar itu terlepas dengan perlahan dari wajah Khansa.


Waktu seakan terhenti membeku, Hati Leon semakin berdentam-dentum tak karuan, karena akan melihat wajah yang dia idam-idamkan untuk dilihat selama ini. Leon sudah menunggu datangnya hari ini, hari dimana Khansa rela menyibak cadar yang dia pakai.


Leon, "…"


Ketika melihat wajah Khansa, itu terasa seperti kedua bola mata Leon akan lepas dari tempatnya, melihat wajah dengan kulit putih mulus, hidung kecil yang mancung, wajah kecil yang sangat pas simeteris dengan ukuran mata khansa juga pas dengan alis Khansa yang terlihat seperti pohon willow.


Rona merah di pipi khansa yang terjejak karena saat ini khansa sendang merasa malu-malu juga semakin membuat Khansa terlihat menggemaskan sampai Leon merasa ingin segera bisa "mengunyah-ngunyah" istri kecilnya ini yang terlihat sangat menggoda.


Tak hanya itu, dagu Khansa yang sempit dan  melebar di bagian atas sehingga berbentuk V juga membuat penampilan Khansa semakin indah dan sedap di pandang oleh kedua mata Leon.


Leon tidak pernah bertemu wanita secantik Khansa sebelumnya, "Ini terlihat seperti gadis yang baru saja keluar dari dalam lukisan yang indah?" pikir Leon.


"Ini benar-benar istri aku kan?" pikir Leon dengan tidak percaya. 


"Dewi kayangan," pujinya lagi.


Leon juga tidak menyangka Khansa akan secantik ini, "Semua terlihat sempurna," puji Leon.


"Kau begitu sempurna," puji Leon lagi.


Bagi Leon, Khansa adalah gadis yang sempurna rupanya. Leon benar-benar terbius oleh kecantikan Khansa, sehingga sempat lupa berkedip dan juga lupa bernapas untuk beberapa saat ketika memandang wajah istrinya itu.


Saat Leon ingin menyentuh wajah Khansa, Khansa sudah kembali memakai cadar itu dengan cepat, “Tuan Leon, kamu sudah lihat wajahku, jadi aku pergi dulu.” 


Khansa mendorong Leon dengan kuat dan berlari keluar seraya berteriak, "Aku sudah memenuhi kesepakatan!" 


Leon terpaku beberapa saat, setelah melihat punggung Khansa menghilang dibalik pintu ruangan VVIP itu, Leon pun mengembalikan kesadarannya.



Khansa masuk ke toilet untuk menenangkan perasaannya, Khansa tidak pernah melepaskan cadar sejak datang dari desa, "Itu … tadi aku benar-benar melepas cadar ini di depan dia," 


Khansa menepuk-nepuk wajahnya, lalu menepuk-nepuk dadanya, karena masih saja berdegup kencang, karena mengingat jika tadi dia baru saja membuka cadarnya di depan orang lain. 


"Tenanglah hatiku! Tenanglah hatiku," gumam Khansa menghibur dirinya sendiri.


"Ah … sudahlah, dia adalah suami aku, jadi ini terhitung tidak masalah bukan?" pikir Khansa meyakinkan dirinya, jika tadi bukanlah suatu hal yang besar. 


Tidak ada yang pernah melihat wajahnya dan Leon orang pertama yang melihatnya. Hati Leon masih berbunga-bunga, tiba-tiba saja kekayaan dan kekuasaan yang dia miliki tidak ada apa-apanya, dibanding dengan rasa manis yang sedang menjalari hatinya di saat ini. 


Merasa masih ingin melihat istri kecilnya itu, maka Leon  memutuskan mengejar Khansa sampai ke toilet. Mendengar ada yang menerabas masuk, maka Khansa segera saja memakai cadarnya lagi yang tadi dia lepaskan karena ingin mencuci mukanya.


"Dia lagi," pikir Khansa.


Leon berdiri di belakang Khansa, menatapinya dari pantulan kaca yang ada di toilet. Bulu mata Khansa terlihat naik turun, karena merasa gugup, khansa pun jadi banyak berkedip. Saat ini Khansa tengah menatapi wajah Leon dari pantulan cermin, Leon memiliki kontur wajah yang sempurna, Leon memiliki bentuk wajah oval yang sempurna. 


Leon tampil simple dengan kemeja biru navy lengan pendek, tapi wajahnya jelas tidak biasa. Leon berdiri dalam posisi miring sambil mendongakkan wajahnya sedikit. Leon hanya tersenyum tipis, tapi tatapan matanya, sungguh meresahkan.


Sudut bibir Leon terangkat dan itu malah menciptakan tampilan yang sangat menggoda. Itu seperti  membuat bibir atas Leon terlihat seperti hati atau busur cupid.


Melihat ketampanan Leon, hampir saja membuat hati Khansa terlepas dari tempatnya. Khansa mengembalikan kesadarannya, lalu Khansa berbalik badan dan maju ke depan, lalu ingin pergi.


Leon menghadang jalan Khansa, "Mau kemana?" 


"Pulang!" jawab Khansa. 


Hati Leon mengesal dibuatnya, ketika mendengar jawaban acuh tak acuh Khansa, suami ada di depan mata. Namun, yang ada dipikirannya malah pulang. 


"Apa-apaan gadis kecil ini! Apakah aku ini adalah manusia super yang tak terlihat di pandangannya," pikir Leon. 


"Apakah aku ini seperti udara, yang tak terlihat," pikir kesal Leon lagi.


"Pulang! Enak saja bilang mau pulang!" pikir Leon lagi dengan tidak rela.


Leon malah semakin menghalangi Khansa yang terlihat sudah tidak sabar untuk lari jauh-jauh dari Leon. 


"Hish Tuan Muda Sebastian!" hardik protes Khansa. 


Leon, "…" 


"Tuan Leon! Bisa tidak jangan menghalangi jalan aku!" pinta Khansa dengan suara lembutnya dan tatapan imutnya.


"Istri kecilku ini benaran bodoh atau polos sih?" pikir Leon. 


"Mengapa ada pria setampanku di depanya. Tapi dia malah memilih pulang," pikir kesal Leon. 


Soal melarikan diri, Khansa paling jagonya. Berbekal pengalaman pernah berlari menyelamatkan diri dari induk harimau yang salah paham kepadanya lalu mengejarnya, maka Khansa menganggap Leon adalah induk harimau, jadi harus memainkan trik untuk bisa melarikan diri dari cengkramannya. 


Khansa melihat ke arah kaki Leon, Lalu Khansa mulai menghitung dalam hati, dan ketika dalam hitungan ketiga, Khansa langsung saja menendang tulang kering kaki Leon.


"Aaw …" teriak Leon sambil mendesis karena menahan sakit.


Leon pun terpincang-pincang memegangi tulang kering yang baru saja Khansa tendang, dan itu dengan sukses akhirnya membuka jalan untuk melarikan diri bagi Khansa.


Akhirnya Khansa berhasil pergi dari Leon. Khansa segera saja berlari keluar dari Bar 1949 tersebut. Khansa berlari di sepanjang koridor, sedikit menoleh kebelakang, memastikan jika Leon tidak mengejarnya.


Khansa berhasil keluar dari bar 1949, melihat jika Leon tidak mengejar, Khansa pun bisa bernapas lega. Kaki Khansa berhenti di salah satu tempat pemberhentia bus, Khansa memilih pulang ke Vila Anggrek dengan naik bus.


"Hosh … hosh … hosh … syukurlah dia tidak mengejar aku," ujar Khansa melega.


"Benar- benar pria berbahaya," guman Khansa sambil mengusap-usap tengkuk belakangnya, karena masih merasa sekujur tubuhnya merinding ketika mengingat tadi duduk di pangkuan Leon.


Khansa menunggu bis nya dengan harap-harap cemas, khawatir jika saja tiba-tiba Leon datang dan menangkapnya balik. 


"Oh ayolah! Mengapa jadi lama sekali," gumam Khansa dengan nada tidak sabar.


Saat ini Simon menghampiri Leon dan mau bergosip, Leon tidak memberitahu wajah Khansa yang sebenarnya, tapi Simon malah bertanya, “Kak Leon, itu celanamu kenapa? Sepertinya ada noda merah.”


Hanya Khansa yang barusan duduk di paha Leon, Leon menelepon Khansa, tapi tidak dijawab, Leon segera mengejar Khansa.

Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya

Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 52"