Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 51

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 51 : PANGKUAN LEON


"Sini!" perintah Leon sembari menepuk-nepuk pahanya, meberi tanda kepada Khansa agar duduk dipangkuannya. 


Khansa menatapi Leon sambil mengernyitkan alisnya, "Apa yang mau dia lakukan? Apakah otaknya baru saja tersepak keledai," 


"Ayo, sini! Apa masih tak mengerti juga," ujar Leon seraya menggigit bibir bawahnya sendiri karena terlalu gemas kepada Khansa.


"Hisiih," gerutu Khansa.


Dengan mata yang memicing, Khansa pun bangkit berdiri, lalu  Khansa duduk di atas paha Leon. Leon sangat puas karena sudah menang, tidak mengijinkan Khansa menang, tidak mau mengalah meski Khansa adalah istrinya. Dan Leon tidak menyesali keegoisannya itu, karena kegoisannya itu malah Leon mendapatkan durian runtuh, Khansa sekarang duduk dalam pangkuannya.


Simon memberikan tanda kepada pelayan agar  menuangkan wine ke gelas bertangkai tinggi yang ada di atas meja, lalu Khansa mengambilnya dan mendekatkan gelas wine ke tepi bibir Leon, menyuapi Leon minum wine dengan perlahan.


Leon menyesap wine itu dengan perlahan sangat menikmati setiap tegukannya, yang tiba-tiba saja terasa menjadi dua kali lipat lebih nikmat.


Saat minum wine, Leon masih memandangi Khansa, "Begini baru sangat manis, jadi anak gadis itu harus lembut, jangan sedikit-sedikit ajak gelut" nasehat Leon kepada Khansa.


Wajah Khansa sampai memerah karena merasa sedang melakukan hal yang memalukan. Khansa bergumam, "Pria ini benar-benar deh, menggoda di depan banyak orang. Apa kepalanya ini baru saja kemasukan air," 


"Apa kau baru saja tersedak? Tuan Muda?" ujar tanya Khansa.


"Tersedak?" tanya sekaligus jawab Leon. 


"Sejak kapan kau menjadi genit?" tanya Khansa dengan suara pelan dan bernada sedikit meledek.


"Genit katamu!? Akan aku tunjukan apa itu genit?" ujar Leon balik ingin meledek Khansa. 


Leon mulai merangkulkan lagi kedua tangannya di pinggang ramping khansa. "Bagaimana? Begini sudah genit belum?" 


"Pria ini memang benar-benar tidak bisa di provokasi," pikir Khansa. 


"T-tuan Leon, di sini banyak yang melihat, apa tidak malu?" khansa mencoba mengalihkan perhatian Leon.


Karena merasa malu, Khansa mau berdiri, tapi Leon malah memeluk erat pinggang Khansa yang ramping itu, agar Khansa tidak sembarangan bergerak, Khansa malah dipeluk oleh Leon dengan erat.


"Duduk! Diam-diam, patuh! Jangan melawan!" 


Leon tidak suka dengan sikap Khansa yang datang dan pergi sesuka hati. Leon bertengkar sebentar dengan Khansa, "Apa kau ini polisi, mengapa suka sekali ingin semua patuh kepadamu?" protes Khansa. 


"Aku bukan polisi! Apa kau lupa aku ini suamimu," bisik Leon ke telinga Khansa, 


Ketika berbisik itu terlihat, Leon seperti sedang mencium Khansa. Sontak saja para wanita yang datang karena ingin melihat Leon, kompak menggerutui Khansa.


[Gadis itu benar-benar menyebalkan]


[Dia pasti tadi sengaja kalah, agar bisa berdekatan dengan tuan muda kita] 


[Benar-benar gadis tidak tahu malu! Licik! Mencoba menggoda tuan muda kita dengan berbagai cara]


[Wajah dibalik cadarnya itu pasti sangat jelek]


[Ya! Pssti sangat jelek, maka dari itu dia menutupi wajahnya yang jelek itu dengan cadar]


Tiba-tiba saja Khansa seperti dihujani aneka bentuk belati yang berjatuhan kepadanya, para wanita yang ada di sana menatap iri dan dengki kepada Khansa karena telah berhasil mendapatkan perhatian tuan muda kaya, tampan, idola mereka dengan mudahnya, sementara mereka selama ini telah mengeluarkan uang banyak untuk bisa masuk ke klub mewah mahal, bar 1949 ini. Namun tetap saja tidak bisa mendekati tuan muda, idola mereka itu.

Saat ini Leon mengarahkan pandangan ke cadar milik Khansa yang berkilau, Leon ingin melepaskan cadar itu, Leon sangat pensaran dengan wajah Khansa, "Wajah seperti apa yang ada dibalik cadar ini."


Dulu sudah beberapa kali Leon ingin melepaskan cadar Khansa tapi ditolak dan Leon tidak memaksa, jika Khansa tidak siap untuk melepasnya, maka itu bukan masalah besar bagi Leon.


Tapi kali ini berbeda, Leon harus melepas cadar yang dipakai Khansa. Leon sudah tidak bisa menahan rasa inginnya lagi, Leon harus bisa melihat wajah istrinya ini.


Khansa mengernyitkan alisnya, memaknai tatapan Leon kepadanya, "Tatapan ini mengapa terasa aneh." 


Khansa menaikan tingkat kewaspadaannya, seakan bisa memahami keinginan terpendam Leon hanya dari tatapannya saja yang sedari tadi menatapi ke arah cadarnya.


"K-kau mau apa?" tanya Khansa dengan sedikit tergugup dan terlihat malu-malu.


"Kau sudah kalah! Buka cadarmu!" perintah Leon dengan berbisik lagi di telinga Khansa. 


Saat ini, berbicara dengan berbisik di telinga Khansa sudah menjadi kesenangan bagi Leon, sementara Khansa malah merasa selalu merinding di setiap kali Leon berbisik dengan suara baritonnya di telinga Khansa.


"Bukankah aku bilang, aku akan melakukan apa pun jika aku sanggup. Tapi, jangan  memintaku membuka cadar ini," jawab Khansa. 


"Bosnya! Di sini adalah aku? Apa kau lupa?" tukas arogan Leon.


"Mengapa kau arogan sekali?" tanya kesal Khansa.


Leon, "…"


Menghela napas panjang, Leon pun berkata, "Mengapa kau suka sekali berdebat?" 


"K-kau …" ujar Khansa tanpa melanjutkan kata-katanya, karena merasa perkataan Leon ada sedikit betulnya juga.


Khansa menatapi kedua mata Leon, Khansa melihat tekad yang bulat dalam pandangan Leon dan tersenyum menyeringai, Khansa  ingin menjahili Leon, menggoda Leon dengan mengatakan kalau wajahnya ini sangat jelek.


"Tuan Muda! Aku beritahu ya! Aku memakai cadar ini karena wajah aku sangat jelek!" jelas Khansa. 


"Di wajahku ini ada tompel yang sangat besar, yang bahkan orang lain pun akan sangat-sangat jijik jika melihatnya," sambung jelas Khansa lagi.


"Jadi aku tidak ingin membuat  Tuan muda


merasa jijik lalu muntah, karena melihat wajah jelek aku ini," tukas Khansa  berharap jika Leon terpengaruh dengan perkataannya itu.


"Kesepakatan adalah kesepakatan, jangan ingkar janji!" jawab ringan Leon. Namun, dikelilingi oleh Aura pemimpin yang sangat berwibawa.


Leon tidak peduli, Khansa pun akhirnya mau tak mau menyerah dengan kemauan suaminya itu, baru kali ini mendapatkan lawan yang sepadan di dalam berdebat dan bernegosiasi. Karena Khansa sudah setuju untuk melepaskan cadar, Khansa melihat ke semua orang yang ada di ruangan itu, memahami tatapan mata Khansa, lalu Leon melihat Simon sekilas.


Memahami tatapan Leon, lalu Simon segera mengusir semua orang keluar dari ruangan, "Tuan-tuan! Nona-nona, pestanya kita usaikan sampai di sini dulu, ok!" 


"Kelak, aku akan mengundang kalian lagi," janji Simon.


kini hanya tersisa Khansa dan Leon saja di dalam. Hati keduanya terasa berdegup kencang, yang satu akan membuka cadar untuk pertama kalinya di depan orang lain, yang satunya akan melihat pertama kali wajah istrinya, yang selama ini selalu bersembunyi dibalik cadar.


Khansa menggerakkan jemari kecilnya yang ramping dan putih, melepaskan cadar yang dipakainya dengan perlahan. Ini pertama kalinya Leon melihat wajah Khansa yang indah.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 51"