Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 47

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 47 : SAKIT HATI


Jane sedikit tegang karena tidak menyangka Fauzan masih tersadar, “Fa-fauzan …” panggil jane melirih.


Fauzan bergumam sendiri, “Steph, kamu sudah kembali?” Fauzan memeluk Jane dan menindihnya…



Khansa mendengar kabar tentang Jihan memukuli Jane dan sudah memperkirakan hal itu dari awal, Khansa merasa puas. Mendengar ribut-ribut pengunjung berbisik tentang perkelahian maka Khansa pun merasa ingin melihat badai besar yang baru saja dia ciptakan.


Khansa ingin melihat keadaan Jane, tapi saat ini Hendra malah menemukannya, “Khansa!” panggil Hendra.


“Hendra!” gumam Khansa.


Melihat Hendra datang melangkah ke arahnya, Khansa pun bebalik pergi ingin menjauhinya.  Namun langkah Hendra yang panjang dengan mudahnya mengejar langkah Khansa.


“Sa! Tunggu,” ujarnya sambil mencegat langkah khansa.


“Kau mau apa lagi!  Mengapa senang sekali mengganggu aku!” tukas marah khansa.


Hendra menarik tangan Khansa untuk membawanya menemui seseorang, “Kali ini kau akan berterima kasih kepada aku,” ujar Hendra dengan penuh percaya diri.


“Ikut aku! Ada yang harus aku tunjukan kepadamu.” ujar hendra lagi.


“Lepaskan aku! Kau mau membawa aku kemana?” hardik Khansa.


Hendra  pun tersenyum dan terus saja menarik Khansa memasuki sebuah ruangan VVIP di club itu, “Sasa, lihatlah sendiri!”


Mereka berdua masuk ke dalam sebuah ruangan mewah yang dipenuhi asap rokok, di dalam ruangan itu ada para anak orang kaya di Kota Palembang ini dan juga beberapa wanita cantik dengan pakaian yang sangat minim, yang memperlihatkan lekuk tubuh mereka.


“Apa maumu sebenarnya?” hardik Khasna.


“Lihat saja di sana ada siapa?” jawab Hendra.


Khansa memperhatikan desain ruangan yang unik itu, Desain lantai memikat membuat suasana ruang terasa lebih luas. Tinggi langit-langit yang tidak pendek  juga menambah sensasi bebas luas, nyaman.  Ruangan tersebut diisi oleh sofa dan furniture yang terlihat  sangat mewah, lampu kristal yang tergantung dengan indah.


Meksi  setengah remang-remang namun mata Khansa masih dapat menangkap semua keadaan di dalam dengan sangat baik. Khansa dapat melihat baik pria dan wanita yang ada di dalam sana, dan  Salah satunya adalah Leon Sebastian yang tampan.


“Leon!” panggil lirih Khansa dengan suara sedikit tercekat.


Khansa memperhatikan Leon duduk terpisah, sementara para wanita terlihat ingin sekali bisa merebut perhatian Leon. Hati Khansa seperti baru saja tertancap belati dan merasa hatinya seperti baru saja berdarah banyak. Melihat jika suaminya itu tidak pulang berhari-hari, lalu malah menemukannya ada di sini, di kelilingi oleh wanita-wanita dan hingar bingar musik yang berdentum kencang.


“Jadi dia sudah menemukan hiburan yang menyenangkan hati? Karena itu sudah tidak ingat pulang lagi,” pikir kesal Khansa.


Khansa menasehati dirinya sendiri, mengingatkan kembali jika pernikahan mereka hanyalah pernikahan kesepakatan yang bertujuan untuk saling menguntungkan, jadi tentang Leon mau menghabiskan malamnya dengan siapa, itu sama sekali bukanlah urusannya. Mata Khansa mulai terasa sedikit perih, karena mencoba menahan air matanya agar tidak terjatuh.

Khansa  menatapi tajam ke arah tubuh Leon yang masih duduk dengan santainya, “Dia bahkan tidak mengkhawatirkan dirinya sendiri dan malah bersenang-senang di sini,” pikir Khansa.


Baru saja, Khansa merasa bodoh karena telah mengkhawatirkan jika saja sakit Leon kambuh ketika suaminya itu berhari-hari tidak pulang ke rumah. Tak ingin berlama-lama memandangi pemandangan yang membuat mata dan hatinya itu terasa sakit, Khansa pun memutusak bergesa pergi.


Khansa berlari pergi dan tidak ingin melihat hal itu lagi, Hendra mengejar Khansa dan bertanya apakah Khansa menyukai Leon, “Apakah kau benar-benar jatuh cinta kepada pria itu?”


“Sa! Apa kau benar-benar menyukai pria itu?” tanya Hendra lagi.


Melihat Khansa tidak menyangkal, Hendra pun merasa patah hati lagi. Namun, tidak kehabisan akal,  Hendra terus menjelekkan Leon untuk merubah perasaan Khansa pada Leon.


“Sudah lihat sendiri kan? Dia tidak pantas untukmu, dia tidak cukup baik untuk menjadi pria kesukaanmu Sa!” ujar Hendra.


“Lalu menurutmu pria seperti apa yang harus aku sukai?” tanya sarkas Khansa.


“Apakah pria seperttimu!? Hah! Jangan bercanda dengan aku,” tukas Khansa seraya menyeringai dengan senyuman menghina.  


Merasa tidak puas dengan jawaban khansa, ini pun memancing rasa marah di hati Hendra dan akhirnya membuat Khansa dan Hendra mulai bertengkar.


“Sa! Apa kau ini bodoh. Mengapa kau masih saja menyukainya hah!” tukas Hendra dengan nada marah sembari menarik lengan Khansa.


“Kau menyakiti aku, lepaskan!” tukas Khansa.


Mendengar jika genggaman tangannya menyakiti Khansa, hendra pun segera melepaskan tangannya dari lengan Khansa,  “Sa! Kali ini dengar apa kata aku ya!” pinta Hendra dengan lembut.


“kembalilah ke sisi aku! Hanya aku saja,” ungkap Hendra.


“Hentikan! Kau, dia dan mungkin semua pria-pria lain di sana sama saja, Munafik!” Hardik Khansa.


“Jadi jangan ajari aku mana pria baik dan mana pria yang tidak baik! Percayalaah aku sangat-sangat mengetahui tentang semua itu,” ungkap Khansa.


“Dan jangan pernah mencoba untuk menguasai hati aku!”  Khansa memberikan jawabannya dengan melemparkan seluruh kemarahannya kepada Hendra.


Saat ini hati Khansa begitu sakit, ini sudah keberapa kalinya Khansa dikecewakan oleh orang terdekatnya, Meski sudah berusaha menjaga hati untuk biasa saja, tidak ingin mentautkan hatinya kepada Leon. Namun, tetap saja itu terasa sakit Ketika melihat suami sendiri sedang duduk berkumpul, bersenang-senang dengan sekumpulan wanita lain, seperti tidak ada beban, terlihat seperti sudah melupakan pertengkaran hebat mereka di malam itu.


Hati Khansa bertambah sakit, Ketika mengingat  waktu itu dengan suara parau Leon membisikan jika dia menginginkannya, Khansa merasa bersyukur ketika menolak keinginan Leon di malam itu, Jika menurutinya bukankah itu sama seperti habis manis sepah dibuang, Ketika sudah mendapatkan maka dengan seenaknya bisa dibuang kapan Ketika leon mau membuangnya.


Khansa pergi begitu saja dengan membawa tatapan kemarahannya kepada Hendra dan juga kepada Leon. Hendra lalu menyerah untuk mendapatkan Khansa. Tapi, kali ini Hendra pun menyeringai senang karena merasa puas jika siasatnya sudah berhasil, bisa membuat Khansa melihat pria yang dia sukai saat ini adalah oria yang tidak setia.


Khansa tergesa untuk pergi keluar meninggalkan klub ini. Khansa tidak mengerti kenapa Leon bisa membuat dirinya sakit hati, “Dasar sial,” gumam Khansa merutuki semuanya, Khansa menghentikan langkahnya, menarik nafas dalam-dalam dan menghapus air matanya.


“Tidak boleh jatuh cinta! Tidak boleh jatuh cinta,” gumam Khansa memperingati dirinya sendiri.


Saat ini manajer bar datang dan mengira Khansa adalah pelayan yang mengantar minuman. Khansa langsung didorong masuk kembali ke dalam ruangan mewah tempat Leon dan yang lainnya berada tadi. Salah satu pria di dalam mendongak dan matanya berbinar saat melihat Khansa, “Wah, ada wanita cantik!”


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya

Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya

Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 47"