Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 45

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 45 : BENAR - BENAR MEMPERMALUKAN


Jane terkejut sampai segera melesat berdiri dengan benar dan keluar dari pelukan Hendra, "Ini tidak seperti apa yang kau lihat," Jane mencoba menjelaskan.


"Brengsek!" pekik Jihan kepada Jane.


"Apa yang sedang kalian berdua lakukan dibelakang aku!?" 


"Jane apa kau sedang menggoda Kak Hendra aku, selagi aku tidak ada, tidak melihat!?"


 


Jihan sangat marah melihat gambaran yang tadi dia lihat dengan kedua matanya.  Jihan segera menghampiri mereka berdua untuk meminta penjelasan. Namun, nampaknya Hendra malah tidak peduli dengan pertengkaran yang akan terjadi dengan Jane dan Jihan.Hendra juga merasa malas untuk memberi penjelasan kepada Jihan.


Hendra sudah berdiri dengan ekspresi datar, sudah banyak wanita yang memeluk dirinya dan Hendra tidak selalu memperdulikan mereka, bahkan tidak ingat dengan nama dan wajah mereka. Hendra hanya terobsesi dengan Khansa dan kedatangannya ke Bar 1949 bukan untuk bertemu Jihan dan berdebat dengannya.


Bukannya menjelaskan dan menenangkan Jihan, Hendra malah menanyakan keberadaan Khansa pada Jihan, "Apa kau bersama dengan Khansa?" 


"Dia sudah pergi!" Jawab Jihan dengan ketus  karena bertambah marah ketika mendengar pertanyaan Hendra tadi.


"Untuk apa kau mencarinya?" tanya Jihan dalam marahnya. 


Merasa malas meladeni Jihan, dan malas melihat pertengkaran Jihan dan Jane, maka Hendra pun memutuskan pergi untuk mencari Khansa. 


"Kak Hendra!" teriak Jihan memanggil Hendra yang sudah menghilang dibalik pintu. Di dalam ruangan pun hanya tersisa Jane dan Jihan. 


Jihan kembali menoleh kepada Jane yang sedang menatapinya dengan ketakutan. Kepada Khansa yang masih terhitung keluarga saja, Jihan mampu berlaku kejam, apalagi kepada dirinya yang hanya seorang teman. Jane pun bergidik memikirkan tentang apa yang akan dilakukan oleh Jihan.


"Kau … kau akan melakukan apa?" tanya Jane dalam takutnyan dan dengan nada gemetaran.


Kali ini Jihan sangat perhitungan dengan Jane, "Kau ini teman macam apa!?" hardik Jihan seraya menampar pipi Jihan karena merasa sangat marah.


Pipi Jane terasa sangat kebas dan terlihat jejak merah yang Jihan tinggalkan di pipi putih Jane.  Sambil memegangi pipinya yang kebas, Jane menatapi Jihan dengan mata yang memerah.


"Hendra itu tunangan aku, tapi kau malah menggodanya tepat di depan mata aku!" hardik Jihan dengan nada suara yang tinggi. 


"Dasar wanita murahan!" hina Jihan kepada Jane.


"Apa kau ini sudah gila, kau kemanakan otakmu itu hah!" pekik Jihan.


"Tidak! Tidak kejadiannya sungguh bukan seperti yang kau lihat," Jane mencoba menjelaskan. 


"Kau harus percaya kepada aku!" pinta Jane memelas.


"Itu sudah sangat jelas buat aku! Kau sedang menggoda tunangan aku!" ujar Jihan yang menaikan satu level tingkat kemarahannya ke level yang lebih tinggi.


Ketika melihat, jane dan Hendra saling merangkul peluk, sungguh terasa seperti ada petir yang menggelegar menyambar Jihan, dan itu benar-benar menyulut kemarahan di hati Jihan.


"Sini kau!" hardik Jihan.


"Dasar wanita tidak tahu diuntung!" gumam marah Jihan lagi.


Jihan menarik, menyeret paksa Jane untuk keluar dari ruangan VIP, dan segera melemparkan tubuh Jane ke lantai bar tersebut, sengaja mempermalukan Jane di depan umum.


"Dasar! Tak tahu malu," hardik Jihan sambil menunjuk-nunjuk kepada Jane.


Jane masih  mencoba menjelaskan dalam keadaan posisi terduduk. Tapi, Jihan tidak mau mendengar penjelasan,  Jihan lalu malah sengaja berteriak mengeraskan suaranya di dalam club itu untuk menarik perhatian orang banyak dan mempermalukan Jane di depan umum. 


Semua yang menyaksikan  kejadian itu pun mulai berbisik-bisik : 


[Itu, bukankah mereka adalah teman baik? Mengapa malah saling menyerang]


[Jika tunangan aku digoda sahabat sendiri, aku juga akan melakukan hal yang sama seperti yang sedang dia lakukan sekarang]


"Ih … benar-benar wanita yang tidak tahu malu, hanya karena naksir, lalu rela mengorbankan sahabat baik]


[Benar-benar tidak tahu malu]


Melihat banyak yang memihaknya maka Jihan pun meneruskan kebrutalannya terhadap Jane. Kata-kata buruk dan kutukan dilemparkan semua kepada Jane.


"Kau ini aku sudah berlaku baik kepadamu selama ini, bajumu! Sepatumu! Tas! Semua itu pemberian aku!" ungkap Jihan di depan umum dengan menghina dan merendahkan.


"Bahkan aku sering memberimu uang jajan," ungkap Jihan lagi. 


"Tapi apa balasanmu, kau malah berani menggodai tunangan aku! Dasar ******," hardik Jihan bertubi-tubi kepada Jane.


"Jika bukan karena aku maka jangan harap kau bisa makan makanan mewah dan bermain ke tempat mewah seperti sekarang ini," 


"Kau ini hanya dari kalangan Jelata, jika bukan karena aku maka kau hanya akan bermain di emperan saja," hardik keras Jihan lagi.


Jihan benar-benar memperlakukan Jane seperti hewan peliharaan yang selama ini dia beri makan dan hewan yang setia menggonggong di sampingnya.


"Kau ini adalah hewan peliharaan aku, jadi jangan pernah lupa posisimu itu apa!"


"Apa kau paham!?" tukas Jihan.


Suara Jihan sangat keras sekali ketika menghina Jane, sehingga banyak mengundang perhatian pengunjung Bar 1949. Banyak orang yang mengelilingi  Jane dan Jihan karena penasaran ada keributan apa. Dan hal ini tentu saja membuat Jane hanya bisa tertunduk menahan malu karena dipandangi oleh banyak orang, dan dihakimi oleh banyak. Orang.


Jane pun menangis lalu minta maaf dan minta ampun pada Jihan, "Maafkan aku, itu tidak sengaja, aku benar-benar tidak menggoda Kak Hendra," jelas Jane lagi.


"Kau harus percaya kepada aku!" pinta Jane melirih sambil terisak.


"Ampuni aku!" pinta Jane dalam tangisnya.


Namun, seperti orang yang tengah kerasukan iblis, Jihan terus memukuli Jane, "Jihan aku mohon hentikan!" pekik teriak Jane sambil menahan sakit ketika Jihan menarik, menjambak rambut Jane dan menendang Jane seperti sebuah tumpukan sampah yang menjijikan.


Suara tangis Jane pun terdengar memilukan, menahan sakit dan menahan malu. Semua orang tengah memperhatikan keributan ini. Dan Jane benar-benar telah dianiaya, dipermalukan besar-besaran oleh Jihan, sampai-sampai Jane tidak berani menatapi wajah-wajah yang ada di kerumunan itu. Jane benar-benar merasa sudah di hancurkan oleh Jihan lahir dan batin.


Jihan mengambil segelas anggur dari nampan pelayan yang sedang terdiam memperhatikan pertengkaran itu, lalu menuangkannya ke atas kepala Jane. Lalu Jihan membanting gelas itu ke lantai sampai pecah. Jihan menatapi Jane masih dengan tatapan marah dan jijik.


"Pergi ke neraka saja kau! dasar ******," teriak hinaan Jihan kepada Jane sambil menendang Jane lagi.


Jihan pergi meninggalkan Jane yang meringkuk di atas lantai. Jane ketakutan sampai menangis terisak-isak, saat ini ada yang memakaikan mantel ke badan Jane, Jane mendongak dan itu rupanya Fauzan. Fauzan melihat Jane, “Bukankah kamu ini sahabat baik Jihan? Kenapa bisa jadi begini?” Semua orang akhirnya bubar setelah melihat kedatangan Fauzan.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 45"