Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 44

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 44 : SIASAT KHANSA


Latar belakang keluarga Jane tidak begitu kaya, Jane mendapat keuntungan dengan berteman baik dengan Jihan. Itu bisa membuat Jane bertemu dengan para sosialita kaum mewah, dan diterima bermain dengan mereka, meski ada beberapa yang memandang rendah kepada Jane.


Berteman dengan Jihan juga membawa keuntungan tersendiri bagi Jane untuk bisa dengan lebih mudah memenuhi gaya ala sosialitanya itu.


Jika ada barang-barang mewah seperti tas, sepatu, baju, kosmetik, ponsel yang sudah tidak dipakai Jihan lagi karena merasa bosan atau sudah tidak modis lagi, maka Jihan akan memberikannya kepada Jane.


Jadi tanpa mengeluarkan uang sebanyak puluhan juta atau ratusan juta dirinya sudah bisa bergaya seperti Jihan dan kaum sosialita lainnya dan ikut bergabung ke komunitas mereka.


Sebenarnya Jane tidak menyukai Jihan, apalagi Khansa. Jane merasa Khansa lebih murahan dari Jihan, tapi hidup Khansa malah begitu sempurna, bisa memasuki Keluarga Sebastian, dan dilahirkan dari keluarga kaya seperti keluarga Isvara ini, dan memilik sugar baby yang tampan. 


"Kak Hendra, kau datang kesini juga!" sapa Jane sembari menyembunyikan rasa senanganya karena bisa melihat  kedatangan Hendra malam ini.


Hendra datang untuk mencari dan bertemu dengan Khansa, Jane tidak berani melihat Hendra berlama-lama  karena Hendra adalah pujaan hati Jane sedari dulu. Namun,  Jane tidak memiliki kepercayaan diri untuk mendekatinya. Dirinya hanya dari keluarga biasa dan Hendra dari keluarga berkuasa, Jane sedikit sadar diri dalam hal ini, meski menaruh harap.


Hendra adalah salah satu putra tampan dari empat keluarga terhormat di Palembang,  bagi Jane Hendra seperti pangeran berkuda putih.


"Apakah Khansa ada di sini?" tanya Hendra dengan heran karena melihat tidak ada Khansa. Tapi  malah ada Jane. 


Mendengar pria idamannya menanyakan wanita lain, apalagi wanita itu adalah Khansa, itu benar-benar membuat hati Jane meradang. Jane mencoba mengalihkan perhatian Hendra dengan mengajaknya minum.


"Kak! Minumlah dulu, rasa anggur di sini tidak buruk lho." ungkap Jane


Saat ini, Jane menuju ke arah Hendra dan menawarkan anggur putih padanya. Tapi, Jane sedikit mabuk karena telah menyesap beberapa teguk tadi sebelumnya, ditambah dengan pria idaman yang ada di hadapannya ini maka keseimbangan gerakan dan hati Jane semakin tidak karuan, Jane terhuyu


ng dan malah terjatuh ke dalam pelukan Hendra.


"Kak Hendra …" ujar Jane dengan wajah yang memerah sambil memegangi tubuh Hendra, menjadikan tubuh Hendra sebagai tumpuan agar dirinya tidak terjatuh.


Jane dan Hendra saling bertatapan, Hendra dengan reflek memegangi tubuh Jane juga, agar tidak terjatuh. Keduanya sekilas terlihat sedang saling menggoda dan saling memeluk. 


Jantung Jane berdegup dengan kencang, kakinya merasa semakin lunglai, seperti tidak menyentuh lantai. Jane semakin mengeratkan pelukannya ke tubuh Hendra.


"Kak Hendra …" panggil Jane lagi dengan lirih pelan.


Jika jantung Jane berdegup dengan kencang, maka lain hal dengan Hendra yang merasa biasa saja, tidak tergetar sama sekali. Baginya wanita yang benar-benar bisa membuat jantungnya berdegup kacau tak berirama hanyalah Khansa saja.  


Karena itu Hendra mati-matian berusaha untuk mengembalikan Khansa ke sisinya, Khansa juga sudah seperti racun bagi Hendra, racun yang sudah menjalari dan meracuni pikiran dan hatinya, Jihan memang wanita yang saat ini ada di sisinya, namun itu hanya sebatas karena Hendra membutuhkan kebutuhan bilogis saja, tidak lebih dari itu.


Bagi Hendra masalah dengan Jihan, 99% selalu dapat diselesaikan dengan uang,  dan 1% nya lagi bisa diselesaikan dengan uang yang lebih banyak lagi.


Jadi wanita seperti Jihan dan Jane, tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Khansa. Hendra sudah terbiasa dikelilingi oleh wanita yang selalu saja ingin naik ke atas ranjangnya.


….


Jihan keluar bersama Khansa, Jihan penasaran sebenarnya apa yang ingin dikatakan Khansa padanya. Tadi sebelum mengajak Jihan keluar ruangan VIP, Hendra mengirimkan pesan lagi jika dirinya sudah hampir tiba. 


Khansa menebak jika Jane pasti menyukai Hendra, pria tampan dari keluarga kaya berkuasa, adalah tipe yang akan diimpikan oleh wanita seperti Jane, itu sangat mudah ditebak. 


Dengan segelas anggur di tangan Jane, dan pria idaman di dalam ruangan, maka Khansa berharap akan ada tontonan yang bagus. Untuk itu Khansa langsung saja mengajak Jihan keluar dan meninggalkan Jane di sana. 


Melihat kadar cinta Jihan yang sangat akut berat kepada Hendra, sudah pasti akan membuat Jihan cemburu berat meski Hendra dan Jane tidak melakukan apa-apa. Dan Khansa dengan pintarnya membaca situasi ini, lalu segera saja berinisiatif memanfaatka keadaan.


"Sebenarnya kau mengundangku kesini karena ada hal apa?" 


"Apakah hanya ingin memamerkan perhiasanmu itu? tanya sarkas Khansa kepada Jihan. 


"A-aku …. tidak! tidak seperti itu," jawab asal Jihan.


"Dan kau! Meminta ku bicara diluar denganmu karena apa?" tanya balik Jihan. 


"Tidak ada hal penting apa-apa," jawab Khansa seraya menaikan bahunya dengan sedikit memberikan senyuman yang meledek.


"Dasar ya kau ini, memanglah tidak ada hal penting dan bagus yang bisa didengar darimu ini," tukas kesal Jihan sambil menunjuk-nunjuk Khansa.


"Jika kau bisa membohongiku mengapa aku tidak boleh membohongimu," jawab Enteng Khansa dengan nada yang membuat Jihan semakin kesal.


Mendengar pengakuan itu, Jihan sadar  rupanya Khansa hanya membohongi Jihan saja, dan hanya ingin membalasnya dengan membuat dirinya menjadi kesal karena alasan sebenarnya Jihan memanggil Khansa bermain keluar hanya karena ingin pamer semata.


"Dasar anak tidak berguna!" hardik kesal Jihan.


"Memang sangat pantas ayah membuangmu, dan mengasingkanmu," ujar Jihan bersungut marah.


"Jika karena bukan kami ingin memanfaatkanmu, maka jangan pernah berharap kami memanggilmu pulang," hardik marah Jihan.


Jihan membalikkan badan dan kembali ke ruangan, "Dasar gadis bodoh," gumam Jihan merutuki Khansa lagi.


Khansa pun tertawa senang, sambil sedikit berjingkrak bertepuk tangan senang. Karena sebentar lagi pasti akan ada petir menggelegar yang menyambar Jihan. Siapa suruh mereka berdua tadi terus meneru


s mengejek dan merendahkannya.


"Biar tahu rasa kau," gumam Khansa lagi seraya menutup mulutnya dengan kedua tangannya sambil menahan tawa senang karena berhasil mengerjai Jihan.


Hanya membalas perlakuan buruk Jihan selama ini dengan lelucon remeh seperti ini, sungguh ini memberikan warna tersendiri di malam Khansa hari ini. Selama ini mereka telah menyakiti Khansa dengan sangat dalam, dan dengan cara-cara yang licik.


Sedangkan candaan Khansa malam ini, bisa di bilang seujung jari kuku untuk membalas perbuatan mereka pun masih belum ada, belum bisa dibilang pembalasan yang setimpal.


"Kita lihat saja apakah hatimu akan tahan," ledek balik Khansa. 


Saat Jihan membuka pintu ruangan dan masuk, Jihan jadi terpaku, luapan emosi memuncak dengan segera dan Jihan langsung bertanya, “Jane, kamu sedang apa, hah!?”


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 44"