Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 43

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 43 : TINJU LEON


Tinju Leon tidak mengenai Khansa. Tapi, Leon malah menghantamkan tangannya ke kaca yang tergantung di dinding yang ada di dekat mereka.


Khansa membuka kedua matanya, lalu melirik ke arah tangan Leon yang tepat ada di sebelah wajahnya. Khansa melihat tangan Leon terluka dan juga mengeluarkan darah Khansa terkejut sekali melihat hal ini.


"Tanganmu berdarah!" ujar Khansa dengan nada gemetaran, karena melihat darah yang mengalir di antara sela-sela jari tangan Leon. 


Leon hanya tetap terdiam seperti tidak merasakan jika tangannya sedang terluka dan sedang mengeluarkan darah, malah Leon menatapi Khansa dengan tatapan yang tak bisa Khansa mengerti.


Khansa mendorong tubuh Leon, lalu meraih tangan Leon, "Ini harus diobati," tukas Khansa sambil menatapi dengan rasa khawatir.


Leon melepaskan tangan Khansa, dan malah memilih pergi keluar menghempaskan pintu, Leon tidak bicara sama sekali. Sementara, Khansa hanya bisa menatapi punggung suaminya yang menghilang di balik pintu kamar mereka masih dengan napas yang seperti ingin terputus.


Apa yang terjadi dalam beberapa hari ini benar-benar menguras emosi dan juga energi Khansa.


Kondisi Khansa  saat ini sangat menyedihkan, dia kelelahan karena menjaga bibi Fida yang masih belum tersadar, lalu menghadapi suami yang memiliki keinginan yang bertentangan dengannya, dan nampaknya harus ditambah  dengan menanangani kemarahan Leon terhadap dirinya.


Khansa jatuh terduduk, dan menyandarkan tubuhnya ke dinding, seraya memejamkan matanya, dalam hati Khansa bergumam jika Leon adalah satu-satunya pria yang tidak ingin Khansa benci namun juga enggan untuk dekat. 


Leon sedikit memahami tentang ini, mengingat apa yang Khansa alami, penghianatan dari pria-pria terdekatnya di sepanjang hidupnya, ini sedikit membuat Leon mengerti. Namun, Leon tidak bisa menerima jika Khansa menyamakan dirinya seperti dua pria penghianat yang ada di dalam kehidupan Khansa itu.


Sejak hari pertengkaran mereka itu, Leon tidak pernah pulang lagi, Nenek Sebastian memberitahu Khansa jika Leon kembali pergi dinas dan tidak akan tidur di rumah dalam beberapa hari kedepan.


Khansa tahu itu hanya alasan Leon untuk membohongi Nenek Sebastian untuk menutupi situasi mereka yang sedang bertengkar itu. Karena ketika Nenek Sebastian menguping, mereka terdengar harmonis, romantis. Jadi Nenek sebastian tidak mengetahui keadaan yang sebenarnya, pertengkaran antara Leon dan Khansa setelah Nenek Khansa pergi.


"Jangan salah paham dengan Leon ya! Leon memang sudah sangat sibuk mengurus bisnis jauh sebelum dia belum menikah. Jadi bukan karena dia tidak menyukaimu," hibur Nenek Sebastian. 


"Aku mengerti Nek," jawab Khansa dengan tersenyum manis sambil memasukan sesuap bubur kacang hijaunya.


"Suami aku itu memang pebisnis handal, jadi pasti akan sangat sibuk," puji Khansa di depan Nenek Sebastian. 


Nenek Sebastian pun tersenyum puas dengan cucu menantunya ini yang memiliki pengertian yang tinggi dan ketangguhan yang luar biasa di dalam menghadapi cucunya yang satu itu, dirinya saja terkadang dibuat pusing oleh Leon, jadi Nenek Sebastian selalu berdoa agar Khansa bisa tahan menghadapi Leon.


Sorenya, Jihan menelepon dan menantang Khansa pergi ke Bar 1949, "Ada hal yang ingin aku bicarakan denganmu, apa kau bisa datang?" 


"Ada hal apa?" tanya Khansa sedikit malas meladeni. 


"Apakah aku tidak boleh bermain dan sedikit berbincang dengan saudara sendiri?" tanya Jihan.


"Baiklah, di mana tempatnya?" Jawab Khansa.


Jihan pun tersenyum senang, "Bar 1949, dan jangan sampai tidak datang."


Khansa masih punya banyak urusan yang harus diselesaikan, “Baik, aku akan datang tepat waktu malam ini.”


Khansa memutuskan sambungan teleponnya, merasa  tidak ingin tenggelam dalam suasana hati ini, dan  karena Khansa tidak ingin melupakan tujuan awalnya kembali, maka Khansa pada akhirnya memutuskan datang ke tempat yang Jihan pinta.


Jika Jihan ingin mengajak Khansa bermain licik lagi, maka ini adalah waktu yang tepat, karena Khansa membutuhkan tempat pelampiasan kemarahan.


…..


Bar 1949


Khansa pun sampai, dan langsung menuju masuk ke dalam ruangan, Jihan sudah datang dan juga ada Jane di sana. Jihan memamerkan perhiasan mahal yang diberikan Hendra padanya.


"Duduklah! Aku sudah memesankan jus jeruk untukmu?" ujar Jihan. 


Sebenarnya Jihan mengundang Khansa bermain, bukan karena merindu dan ingin bermain dengan Khansa. Tapi, hanya karena ingin pamer perhiasan yang baru saja Hendra berikan untuknya. Ingin membuat hati Khansa sakit mengiri. 


Jihan ingin memperlihatkan bahwa ada perbedaan perlakuan yang jelas antara dirinya dan Khansa. Namun  Khansa tidak tertarik sama sekali.


"Owh, bagus perhiasannya," puji Khansa dengan nada malas. 


Hanya perhiasan saja, bagi Khansa itu adalah hal biasa saja, jika menemukan tanaman obat baru, hal itu barulah akan membuat mata Khansa berbinar bahagia.


Jihan dan Jane menyindir Khansa, karena melihat reaksinya yang datar, " jangan sedih begitu dong, jika kau mau minta saja kepada Jihan, beberapa perhiasan yang sudah tidak dipakainya lagi!" ujar Jane.


"Emm … memang sih aku ada beberapa yang sudah lama tidak aku pakai, karena modelnya sudah ketinggalan jaman," jelas Jihan. 


"Kalau kau mau! Aku bisa saja memberikannya kepadamu," ujar basa-basi Jihan.


Khansa hanya menyeringaikan senyum sarkasnya kepada kedua sahabat yang terlihat akur dan kompak di setiap kali sedang membuli orang. Ponsel khansa berbunyi, ada notifikasi sebuah pesan yang masuk ke ponselnya.


Saat ini Hendra mengirim pesan pada Khansa, "Datanglah ke Bar 1949, ada sesuatu yang ingin kuperlihatkan padamu."


"Kebetulan sekali," pikir Khansa semakin menyeringai sarkas.


Khansa melihat Jihan dan Jane di hadapannya, kemudian terpikirkan cara untuk membalas ejekan dan buli mereka yang kompak tadi itu. 


Khansa pun membalas pesan Hendra kalau dirinya sudah ada di Bar 1949. Khansa meminta Hendra mencarinya ke ruangan yang saat ini sedang didatanginya bersama Jane dan Jihan.


Nampak kedua teman baik itu masih saja sibuk mengejek Khansa dengan menyebutkan aneka jenis-jenis barang mewah yang dimiliki oleh Jihan.


Khansa acuh tak acuh mendengarkan semua bualan memuakan kedua wanita dihadapannya itu. Lalu, Khansa mengajak Jihan keluar untuk bicara.


Merasa penasaran dengan apa yang akan dibicarakan oleh Khansa, maka Jihan pun menuruti kemauan Khansa untuk berbicara diluar ruangan. 


Jihan menyangka mungkin saja Khansa ingin mengatakan jika dia sudah tidak sanggup membiayai hidup sugar babby miliknya yang tampan itu, dan meminta Jihan untuk memeliharanya dan menjamin hidup sugar babby-nya itu.


Jihan pun mengikuti langkah Khansa keluar dari ruangan VIP tersebut. Di dalam hanya ada Jane seorang di dalam ruangan.


Jane bosan dan minum anggur putih beberap teguk, dan itu sudah sedikit membuat Jane limbung. Pintu ruangan terbuka saat Jane mabuk dan wajahnya memerah ketika Hendra masuk ke dalam ruangan VIP itu.

Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya

Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 43"