Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 42

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 42 : KALIAN


"Apakah dia sangat marah kepadaku?" pikir Khansa yang melihat Leon tidak ada di kamar mereka. 


Khansa menyingkirkan selimutnya dan beranjak dari ranjangnya, ingin mencari Leon karena Khansa mengkhawatirkan kondisi badan Leon, khawatir jika saja sakit Leon kambuh. Tapi,  malah  tidak menemukan Leon di kamar.


"Pergi kemana dia?" Gumam Khansa seraya menatapi jam di dinding kamarnya.


Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, Leon  menarik Khansa masuk. Khansa terkejut, melihat rambut dan tubuh basah Leon dan  masih berbalut kimono handuknya. Dari balik kimono itu Khansa melihat dada bidang Leon, kesan maskulin sangat kentara terlihat di sekujur tubuh Leon.


Khansa mendongak ke wajah Leon, 


Dan langsung saja bertemu dengan tatapan mata yang indah dan tajam seakaan itu adalah pandangan yang ingin membuat Khansa jatuh hati dan terlena kepada Leon.


Keduanya seperti terpaku di bumi, dan saling menikmati memandangi satu sama lain, seakaan dunia hanya milik mereka berdua.


Khansa memandangi bibir Leon, yang tadi dengan lembut menciumi telinganya. Tubuh Khansa pun sedikit gemetar karena mengingat hal tadi.


Khansa sedikit merasa bibir itu terasa seperti magnet yang sudah menarik perhatiannya.


Pandangan Khansa lalu turun ke bahu Leon. 


Bahu Leon menggambarkan kekuatan serta maskulinitas kekuatan seorang pria. Di mata Khansa itu terlihat indah dan menarik.


Apalagi jika sudah bicara soal punggung Leon, ini adalah salah satu bagian tubuh Leon yang melambangkan kekuatan.


Loen Memiliki punggung yang kekar dan berbentuk V lebar membuat Leon terlihat lebih menarik di mata Khansa.


"Wajahmu! Mengapa sangat memerah?" ujar Khansa sedikit bingung  dan canggung.


"Emm …" Leon hanya menjawab dengan deheman.


Khansa memegang dahi Leon dan demamnya lebih tinggi, "Ya Tuhan!"


"Sepertinya kau terkenan demam," 


"Kenapa bisa tiba-tiba demam? Bukankah tadi baik-baik saja?" ujar Khansa lagi.


kali ini nenek Sebastian menggunakan trik yang kejam sampai Leon menderita begini. Bukan hanya Khansa yang di dandani seksi, namun Nenek Sebastian juga meminta Paman Indra mencampurkan obat yang memberi efek kuat kepada Leon.


Melihat Leon hanya terdiam, Khansa pun memutuskan ingin membantu Leon dengan jarum peraknya.


"Tunggulah, aku akan membantumu dengan jarum perak aku."


Khansa ingin membantu Leon dengan akupuntur, baru saja ingin melepaskan diri dari pelukan Leon untuk mengambil jarum peraknya, tapi malah Leon memeluk Khansa lagi dan berkata.


“Sasa! Aku sangat menderita."


Leon terus saja memeluki Khansa, sampai-sampai seakan Khansa seperti ingin kehabisan napas, karena Leon memeluknya dengan erat, tak ingin melepaskannya.


"K-kau …" ujar Khansa yang tidak bisa meneruskan perkataannya.


Detak jantung Khansa berdebar tak beraturan, tidak disangka pria sekuat Leon juga bisa manja pada dirinya, meski dalam hati sedikit menyukai namun Khansa masih belum siap dengan apa yang Leon inginkan. Wajah Khansa nampak memerah, tubuhnya pun seperti ikut terpaku lagi.


"Tuan Leon! Aku mohon jangan begini!" pinta Khansa dengan lembut, ketika merasakan ada suatu yang berubah di bagian bawah tubuh Leon. 


"Sasa! Aku sangat menderita," ulang ucap Leon lagi dengan suara mend*sahnya. 

Sebelumnya Leon sudah berusaha mandi air dingin berkali-kali, berendam di Bath Up dengan air dingin.  Namun, masih tidak bisa memadamkan api gairah di dalam tubuhnya.


Gadis kecilnya itu seperti telah merasuki raga Leon, dan sangat sulit untuk diusir pergi. Seperti racun yang sudah menjalari seluruh sendi-sendi syaraf tubuh Leon dan belum ada penawarnya.


"Aku menginginkanmu!" bisik Leon dengan lembut di telinga Khansa sambil memeluki tubuh Khansa dengan sembarang bergerak-gerak.


Leon sudah kehabisan tenaga untuk meredam inginnya sedari tadi. Dan hanya bisa menyerah di depan gadis kecilnya itu.


"Menginginkan aku," gumam Khansa. 


"Tidak!" Jawab Khansa dengan terkejut.


Berpikir jika itu adalah hal yang intim, maka Khansa segera mendorong tubuh Leon, meski mereka menikah namun itu hanyalah sebuah pernikahan kesepakatan yang saling membutuhkan dalam hal yang berbeda tujuan. 


"Tuan muda Leon, bukankah kau sudah memiliki wanita yang bisa kau ajak  bersenang-senang," ungkap Khansa. 


Leon, "…"


"Jadi mengapa kau meminta ini kepada aku?" tanya sarkas Khansa.


Mendengar perkataan Khansa langsung saja membuat Leon melepaskan rangkulan tangannya yang sedari tadi mendekap pinggang langsing Khansa. Letupan tabuh genderang di dalam hatinya terdengar seperti sedang memainkan okestra musik klasik yang menegangkan. 


"Apa kau bilang tadi! …. mencari wanita lain?" Leon mengulang perkataan Khansa.


"Aku tidak salah bicara kan? Mengapa dia nampak menjadi marah," pikir Khansa.


Leon menginginkan Khansa, tapi Khansa meminta Leon mencari wanita lain untuk membantunya menuntaskan hal itu. Badan Leon yang tegap langsung terpaku.


Perkataan Khansa benar-benar mematik kemarahan yang menjalar seperti api, kobaran yang besar, yang membakar hati.


Kedua mata Leon menjadi merah membara dan memandangi Khansa dengan kejam, pandangannya sangat dingin dan terasa menusuk  Leon pun memarahi Khansa. Suhu di kamar mereka pun terasa seperti menurun ke suhu 0 derajat.


"Apa kau sedang meminta aku untuk tidur dengan wanita lain?" tanya Leon dengan nada marah.


Khansa, "…"


Jika itu orang lain yang mendapatkan pandangan seperti itu, maka itu sudah cukup untuk membuat kaki mereka menjadi lemas seperti tak bertulang. Namun, Khansa malah sebaliknya masih bisa kuat berdiri dan mampu menjawab Leon.


"Dalam kesepakatan kita, jelas disebutkan tidak ada kontak fisik seperti yang kau mau itu," jawab Khansa mengingatkan, Khansa masih sedikit teringat dengan kejadian panggilan telepon waktu itu.


"Apa kau lupa? Aku juga pernah bilang, di sini Bos nya adalah aku!" ujar Leon dengan menahan segala macam letupan-letupan petasan kecil yang ada di hatinya.


"Apa kau pikir aku adalah boneka kalian! Yang bisa kalian atur dan mainkan sesuka hati kalian?" hardik Khansa. 


"Kalian semua! Mengapa selalu ingin mengendalikan aku!" ujar Khansa lagi dengan mata memerah menahan agar tidak menangis.


Kalian yang Khansa rujuk adalah, Fauzan isvara, Hendra dan pak Arman. Pria-pria yang menganggap jika wanita adalah mahluk yang mudah dikendalikan seperti boneka. Dan Khansa benar-benar membenci pria yang seperti itu. Dan sekerang dia mendengar suaminya berlaku arogan seperti mereka, dan itu mematik kemarahan tersendiri di hati Khansa.


Khansa dan Leon pun bertengkar. Leon sudah tidak bisa menahan diri lagi, menahan ingin dan menahan marah dalam waktu yang bersamaan, sungguh itu bukanlah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Dan berdebat dengan Khansa seperti ini adalah hal yang tidak ingin Leon lakukan. 


Leon berusaha berdamai dengan amarahnya. Namun, detik selanjutnya, Leon malah mengacungkan tinju dan Khansa tidak menghindari lesatan tinju yang kencang itu, Khansa hanya memejamkan mata, tanpa bergerak lari.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 42"