Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 38

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”

Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 38 : HADIAH


Keesokan paginya, Khansa terbangun dari tidurnya yang nyenyak semalam. Khansa merasa ada tangan besar tengah melingkar di pinggangnya,  dan melihat Leon tidur teepulas nyenyak di sebelahnya.


Khansa teringat mimpinya ketika dililit oleh kain putih di pinggang dan ternyata itu adalah rasa  tangan besar  Leon yang tengah merangkul pinggangnya semalam. 


"Ya Tuhan, semalam kami tidur sedekat inikah?" gumam Khansa.


Tubuh Khansa seperti membeku karena takut untuk bergerak, Khansa juga merasa merinding, merasakan embusan nafas Leon yang menyeruak ke leher belakangnya, Khansa menoleh dan langsung saja menatap wajah tampan suaminya itu.


Dari level satu sampai sepuluh, maka Khansa memberikan nilai sepuluh kepada suaminya ini untuk level ketampanan.


Khansa memejamkan mata pelan, jelas-jelas sudah bertekad mau membatasi hubungan dengan Leon, tapi mereka berdua saling berciuman dan juga tidur bersama.


"Sebenarnya ada apa ini? Mengapa jadi begini," pikir Khansa.


"Issh …" gumam Khansa.


Khansa bangkit dari ranjang, turun dari ranjang itu dengan perlahan memindahkan tangan Leon dari pinggangnya dengan pelan agar Leon tidak terbangun. Khansa melangkah ke ranjang Bibi Fida, memandangi Bibi Fida yang masih belum sadar.


"Bibi, tenanglah kali ini aku yang akan merawatmu, kau akan baik-baik saja dan kembali sehat," janji Khansa.


Khansa segera mengambil tasnya dan mengeluarkan dompet khusus yang menyimpan jarum peraknya, lalu Khansa mulai menusuk titik akupuntur di badan Bibi Fida dengan jarum peraknya itu, setelahnya memperhatikan reaksi tubuh Bibi Fida, melihat Bibi Fida merespon dengan baik, hati Khansa pun merasa lega. 


Kemudian Khansa pergi menemui dokter untuk berdiskusi tentang kondisi penyakit bibi Fida.


Bentuk pengobatan TBC di Indonesia terdiri atas dua tahap, yaitu tahap pengobatan intensif dan pengobatan lanjutan.


Selama menjalani dua tahap pengobatan pasien mengonsumsi obat TBC jenis antibiotik dan anti-infeksi sintesis.


"Jika nanti sudah menjalani pengobatan lanjutan maka hal yang perlu diingat adalah, obat harus di konsumsi setiap hari tidak boleh putus," Dokter mengingatkan.


"Konsumsi obat TBC satu jam sebelum makan atau dua jam setelah makan dengan segelas air. Khusus obat TBC rifampicin, penderita perlu mengonsumsinya dengan perut kosong," dokter menjelaskan kembali.


"Baik dok, ini akan aku ingat," ujar Khansa.


Rimpaficin adalah obat antiobiotik yang digunakan untuk mengobati penyakit akibat infeksi bakteri. obat ini bekerja dengan cara membunuh bakteri penyebab infeksi.


Dokter juga memberikan daftar menu-menu pilihan yang wajib dimakan oleh bibi Fida, menu-menu ini di susun oleh ahli gizi berdasarkan kebutuhan tubuh bibi Fida.


Menu makanan itu juga telah diatur agar bisa meningkatkan kualitas kesehatan dan daya tahan tubuh Bibi Fida.


Setelah berdiskusi dengan dokter yang bertanggung jawab menangani bibi Fida, Khansa pun Kemudian pulang ke Vila Anggrek. Meninggalkan begitu saja Leon yang masih terlelap di ranjang tempat mereka tadi tidur bersama. 



Di Vila Anggrek.


Khansa baru saja masuk ke rumah utama, dan melihat ada Nenek Sebastian, "Nenek," sapa Khansa. 


"Kemarilah!" ujar Nenek Sebastian sambil mengajak Khansa duduk di Sofa. 


"Leon bilang semalam kalian tidak  pulang, karena sedang merawat pengasuhmu dulu ketika kau kecil," ujar Nenek Sebastian. 


"Ya Nek! kami menginap di rumah sakit semalam untuk menjaganya," jelas Khansa.


Nenek Sebastian menanyakan keadaan bibi Fida pada Khansa, "Bagaimana keadaannya?" 


Khansa menjawab dengan tersenyum lega "Sudah jauh lebih baik." 


"Syukurlah jika sudah membaik," ujar Nenek Sebastian ikut senang melega.


Nenek Sebastian memberikan perhatian pada Khansa, "Apakah merasa lelah?" tanyanya. 


"Ah tidak Nek, biasa saja," jawab Khansa.


Nenek Sebastian memandangi kantung mata yang menghitam yang menghiasi di bawah mata Khansa. Itu terlihat sangat jelas karena kulit Khansa sangat putih.


Nenek Sebastian berpikir jika Khansa harus pulang dan pergi ke rumah sakit setiap hari karena harus merawat bibi Fida, maka ini pasti akan membuat Khansa lelah, jika Khansa kelelahan bukankan ini sama saja membuatnya jadi lebih lama  menimang cicit yang di idam-idamkan.


Agar lebih mudah, Nenek Sebastian pun memberi saran pada Khansa untuk membawa bibi Fida pulang untuk tinggal dan dirawat di Vila Anggrek.


"Bagaimana menurutmu jika kita pindahkan perawatan bibi Fida di rumah utama ini?" tanya Nenek Sebastian.


"Kita akan menyediakan perawatan yang sama lengkapnya seperti yang rumah sakit berikan," Nenek Fida menjelaskan idenya.


Khansa menimang-nimang, dan berpikir perkataan Nenek Sebastian ada benarnya juga. Dirawat dengan suasana rumah, bisa jadi membuat bibi Fida jadi lebih cepat sembuh.


Hati Khansa terasa hangat dan terharu dengan kebaikan dan sikap lemah lembut Nenek Sebastian yang selalu memanjakan dirinya. Tapi, Khansa tidak ingin merepotkan dan menolak.


"Terima kasih, tapi tidak apa Nek. Cukup di rawat di rumah sakit saja," jawab Khansa dengan sopan.


Saat ini, ada seekor hewan peliharaan yang menarik perhatian Khansa, "Bayi harimau benggala putih," gumam Khansa sembari menatapi bayi harimau yang sedang di gendong oleh salah satu penjaganya.


Harimau merupakan hewan mamalia yang termasuk dalam golongan kucing besar. Khansa menanyakan asal usul hewan ini pada Nenek Sebastian, rupanya ini hadiah dari Leon untuk Khansa yang dibawa pulang dari dinas perjalanan bisnisnya.


Leon membeli anak harimau untuk Khansa karena mengetahui dulu ketika kasa kecil istrinya  itu, sering bermain kejar-kejaran dengan anak harimau.


"Leon mengeluarkan uang yang cukup besar yaitu Rp. 1.000.000.000 ( satu miliyar)," jelas Nenek Sebastian.


"Wow fantastis bukan," pikir Khansa. 


Uang satu Milyar tersebut hanyalah jaminan saja dan harimau tersebut tetaplah milik negara, Karena harimau adalah salah satu hewan yang dilindungi oleh negara, uang tersebut hanya jaminan dalam memelihara harimau secara pribadi.


Selain harus meyiapkan dana yang cukup fantastis Leon juga harus memiliki pendapatan yang jelas sebab negara tidak ingin  harimau tersebut ditelantarkan nantinya, dan juga kandang harimau harus luas dan dijaga oleh orang serta setiap bulan harus mendapatkan perawatan dari dokter hewan.


Ketika nantinya harimau tersebut melahirkan anak, maka anak harimau tersebut tetaplah milik negara, jadi intinya  Leon hanya mendapatkan ijin memelihara saja. 


Dengan memelihara hewan ini secara pribadi Leon juga ingin ikut berpartisipasi melindungi mempertahankan dan menjaga hewan ini dari kepunahan.


Di saat yang sama, Nenek Sebastian juga memperlihatkan hadiah yang dia dapatkan dari Leon. Nenek Khansa memperlihatakan sebuah gelang yang sedang dipakainya itu. 


"Ini sangat indah," puji Khansa.


Khansa teringat kenangan masa kecilnya dulu saat melihat hadiah yang ditunjukkan oleh Nenek Sebastian, saat itu ibu Khansa masih hidup, sangat sayang kepada Khansa kecil.


Teringat jika ibunya itu sangat suka sekali memberinya hadiah. Tiba-tiba saja Khansa jadi sangat merindukan ibunya. Merindukan kehangatan dan perlindungannya. 


Khansa membatin, "ibu"


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 38"