Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 37

Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 37 : CANGGUNG


Khansa menghindar, Leon pun menjadi canggung, tapi tidak memaksa Khansa, “Hendra pernah melihat wajahmu?” tanya Leon dengan penuh rasa ingin tahu. 


Khansa mengingat-ngingat Dalam sepengetahuan Khansa itu mungkin hanya ketika Khansa masih bayi, itu pun hanya dari sebuah foto yang ibu Khansa tunjukan kepada Hendra. Khansa menggeleng karena cadar ini tidak pernah dilepas sejak kecil sampai sekarang


"Baguslah," ujar Leon.


Leon berpikir, dia saja yang berstatus suami, belum pernah melihat rupa istrinya dibalik cadarnya itu. Memikirkan jika ada pria lain yang melihatnya lebih dulu, mana rela hatinya, sungguh itu akan menjadi sesuatu yang akan Leon larang dengan sangat keras.


Leon pun memaksakan diri untuk puas, cadar itu malah membuat Khansa semakin misterius. Membuat dirinya bahkan  juga membuat orang lain sangat ingin melepaskan cadar itu dari wajah Khansa.


Cadar itu juga membuat Khansa terlihat untuk susah diraih, membuat diri Khansa ternilai seperti sesuatu yang ekslusif, tidak bisa dimiliki oleh sembarang orang. Dan dirinya saat ini sebagai pemilik Khansa, tentu saja  membuat dirinya merasa bangga sekaligus sombong, karena memiliki harta berharga yang tidak dimiliki oleh orang lain, Khansa hanya milik Leon dan harus menjadi milik Leon.


Leon memandangi Khansa lagi dengan tatapan sayu menahan segala ingin untuk bisa langsung merengkuh Khansa, tak bisa menahan hatinya untuk tidak mencium istrinya itu, Leon pun menunduk dan ingin mencium Khansa.


Khansa tidak menduga Leon masih ingin melanjutkan,  Khansa pun langsung meminta Leon menghentikan perbuatannya.


"Hentikan!" gumam Khansa seraya menahan pundak Leon.


Leon malah mengabaikan permintaan Khansa,  dan malah terus melanjutkan, menyambung tindakan yang sebelumnya tadi.


Tiba-tiba terdengar suara  pintu dibuka seseorang. Leon menghentikan gerakannya dan menjauhi tubuh Khansa. Situasinya jadi canggung, perawat jaga datang dan masuk untuk mengecek keadaan bibi Fida.


"Saya akan mengecek keadaan Nyonya Fida, dan menyuntikan obat," jelas perawat itu yang merasa sedikit tidak enak hati jika karena kedatangannya jadi mengganggu kedekatan Leon dan Khansa tadi.


"Ah ya, silahkan," ujar Khansa seraya menjauhi Leon. 


"Benar-benar mahluk berbahaya," gumam pelan Khansa yang ditujukan untuk Leon.


Leon mengernyitkan alis dan memasukkan tangannya ke dalam saku celananya, memandang ke arah Khansa yang terlihat tak kalah canggungnya “Teruskan makanmu, istirahat lebih awal.”


Leon berjalan keluar, Leon pergi menuju ke arah taman rumah sakit. Leon duduk di salah satu kursi taman, sedikit mengacak-ngacak rambutnya lalu, mengeluarkan rokok dari sakunya dan mulai menyalakannya.


……


Leon menghisap beberapa batang rokok barulah bisa menekan getaran panas di hatinya. Rokok yang sudah menyala terselip di antara bibir Leon. Membiarkan asap dari bara mengepul tipis tanpa diisap, menambah efek dramatis di sekitar wajah Leon.


Leon memasang ekspresi yang tenang dengan tatapan dingin dan senyum tipis berwibawa ketika mengingat pertama kali bertemu dengan istri kecilnya itu di kereta pada malam itu.


Gaya merokok Leon yang seperti ini benar -benar terlihat meningkatkan level ketampanan Leon hingga ke tingkatan paling maksimal.


Leon tidak menyangka jika kedatangan gadis kecil itu benar-benar merusak pertahanan kuat Leon selama ini.


Hanya dengan keluguannya saja sudah bisa membuat hatinya senang sekaligus kesal, selama ini mana pernah Leon merasa seperti ini hanya karena seorang wanita. Namun, sepertinya Khansa malah menganggap dirinya ini biasa saja, padahal berapa banyak wanita yang penasaran dengan Tuan Muda Sebastian, berapa banyak rekan bisnis yang menganggap dirinya ini sulit ditaklukan. Tapi, malah sekarang gadis imut yang berstatus menjadi Nyonya Sebastian itu, tidak perlu menunggu waktu tahunan, malah sudah mengambil semua kefokusannya.


Dengan mudahnya Khansa meniupkan angin topan kedalam hatinya dan memorak porandakan benteng pertahanan yang ada di dalam hatinya itu, " kecil-kecil beracun," gumam Leon.


Leon masih belum pulang, duduk beberapa saat di bangku taman rumah sakit itu, menenangkan degupan jantungnya yang tadi tidak beraturan karena ditabuh oleh Khansa. Leon berdiri, menghela nafas, merentangkan tangannya lalu mematikan rokoknya dan membuangnya ke tempat sampah.


Leon  memutuskan untuk menginap di rumah sakit, menemani Khansa. Leon membalikkan badan kembali ke ruang pasien dan menyadari Khansa sudah tertidur, Leon memandangi gaya tidur istrinya itu. Sedikit merasa lucu dengan cara tidur istrinya ini, Leon merasa istrinya ini selalu saja memberinya kejutan-kejutam baru.


"Hmm … katanya bahasa tubuh bisa menunjukkan ciri kepribadian seseorang," pikir Leon seraya memandangi posisi tidur Khansa sambil duduk di sisi ranjang mereka.


Leon berpikir lagi jika  tak hanya bahasa tubuh saat sadar, cara tubuh  berkomunikasi saat tidur pun bisa menunjukkan banyak hal mengenai kepribadian kita.


"Posisi tidur seperti janin," gumam pelan Leon.


"Benar-benar kepribadian yang cocok dengan posisi tidurmu," gumam pelan Leon lagi sambil tertawa kecil.


Mereka yang menyukai posisi meringkuk ke samping seperti janin cenderung sensitif, namun berusaha menunjukkan penampilan luar yang tangguh, ini cukup mencerminkan sikap Khansa yang tidak ingin bergantung kepada orang lain, termasuk kepada Leon yang berstatus suami.


Melihat gaya tidur imut istrinya itu,  dan juga memandangi ruang rawat VVIP yang nyaman dengan temaran sinaran lampu berwarna oranye, maka kantuk pun mengundang mata Leon untuk terpejam. Leon memandangi Khansa lagi, terlihat sepertinya Khansa sudah terbang ke awan dunia mimpi. 


Leon munyungingkan senyuman sederhana namun tetap tidak mengurangi ketampanannya, "Mimpi adalah bagian terbaik dari hidup, jika melewatkan tidur maka akan melewatkan bagian terbaik dari hidup. Sekarang saatnya ke tempat tidur dan kita tangkap mimpi yang indah." pikir Leon.


Leon pun ikut naik ke ranjang besar itu,  Leon berbaring dan memeluk Khansa. Kemudian mengecup kening Khansa, tidak lama setelahnya Leon juga terlelap, karena menciumi aroma tubuh Khansa yang bisa menenangkan hatinya.


Dalam tidur Khansa memimpikan seseorang, kedua alis Khansa mengernyit. Khansa bermimpi, tiba-tiba berada dalam sebuah perahu kecil,  perahu yang berada di tengah laut,  hujan deras dan petir menggelegar di malam hari. Khansa pun merasa sangat ketakutan, perahu kecil itu terombang-ambing di lautan. Lalu membuat Khansa kehilangan keseimbangan, dan terhuyung terjatuh ke dalam laut. 


Tiba-tiba Khansa merasakan sebuah kain berwarna putih meliliti pinggulnya dan menariknya keluar dari dalam laut, Khansa merasa tubuhnya sudah berada di tepi pantai yang menenangkan dan nyaman. Samar-samar Khansa melihat wajah seorang pria yang sedang tersenyum memandanginya.


"Ambil napas dan pandangi bintang-bintang di langit. Lihat dua bintang itu? Mereka adalah mataku yang berkedip ke arahmu, mengawasimu" ujar pria di dalam mimpi itu.


Mendengar ucapan pria di dalam mimpinya itu, membuat Khansa merasa aman dan kembali tidur dengan nyenyak.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



 

Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 37"