Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 36

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”

Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 36 : BERTENGKAR


Khansa ketakutan saat mendengar ucapan Leon, mata Khansa nampak semakin memerah, karena sehabis menangis dan sekarang menahan tangis. 


"A-aku … ini …? ujar Khansa limbung karena saat ini dirinya dan Leon hanya berjarak beberapa inchi saja.


"K-kau mau apakan aku?" tanya Khansa terbata.


Leon melihat ekspresi Khansa dan merasa tidak akan mengasihani Khansa, ""Menurutmu?"


Khansa, "…"


Leon tidak suka Khansa membatasi hubungan mereka sampai sejelas itu, "Apa kau menganggap aku ini adalah orang asing?" 


"Kau ini memang benar-benar polos atau bodoh?" tukas Leon lagi.


Mengajari orang lain bagaimana cara berbisnis yang bagus adalah hal yang mudah bagi Leon. Namun, nampaknya mengajari Khansa, apa dan bagaimana  hubungan antara pria dan wanita yang sudah menjadi pasangan harus terjalin, mengapa malah terasa menjadi begitu sulit. 


Sulit menangani keluguan Khansa, dan sulit menghindari dari godaan lugu istrinya itu, yang mampu memorak porandakan pertahanan hatinya dalam waktu sesaat saja, meski Khansa tidak mengeluarkan rayuannya.


Leon merasa sebuah foto yang salah kirim saja sudah bisa membuat dirinya bergegas tergesa untuk pulang.


Membuatnya mengalahkan jadwal kerjanya yang sangat padat itu hanya agar bisa segera bertemu dengan istri kecilnya itu. Namun, sikap acuh tak acuh Khansa terhadapnya saat ini benar-benar membuatnya stress dan kehilangan kendali. Leon bingung sejak kapan Khansa mempengaruhi perasaannya, mempengaruhi moodnya.


Leon mencengkram dagu Khansa yang tertutupi cadar, "Apa kau sedang menantang aku? Menguji batas kesabaran aku?" 


"Apa maksudmu?" tanya Khansa bingung. 


Khansa merasa dia tidak pernah ingin menguji kesabaran Leon, meski mendapati wanita lain menguasai ponsel suaminya itu. Namun, Khansa tidak ingin membahas dan mempermasalahkannya.


Jelas ini membuat Khansa bingung, tiba-tiba Leon menjadi marah seperti itu.


"Aku telah menolongmu! Jadi bukankah aku layak mendapatkan terima kasih," ujar Leon dengan tetap masih menekan tubuh Khansa ke dinding.


Sebenarnya  tentang masalah Leon telah menolong Khansa ini, Leon hanya ingin Khansa bersikap manis ketika mengungkapkan rasa terima kasihnya.  Bukan hanya sekedar ucapan verbal terima kasih saja.


Khansa menjawab dengan lugu, "Bukankah sebelumnya aku sudah mengucapka  terima kasih," ujar Khansa mengingatkan Leon. 


"Kau ini yah benar-benar," ujar Leon seraya mengetuk-ngetuk kepala Khansa dengan sedikit pelan.


"Masa tidak mengerti juga," gumam kesal Leon. 


Maksud Leon bukanlah sebuah kata terima kasih. 


Baru saja leon mau mengatakan sesuatu, mengatakan maksudnya, tapi Khansa menutup mulut Leon agar jangan sembarangan bicara. Saat ini, hanya bisa terdengar suara detak jantung Khansa dan Leon. 


Leon memandangi Khansa dengan wajah serius, ingin menangkap isi hati Khansa melalui pandangan mata berbinar Khansa.


Ketika sedang asyik dalam situasi yang membuai, menikmati tiap denyut detakan jantung yang semakin cepat, yang Khansa tabuh untuknya, tiba-tiba Khansa mengeluarkan pertanyaan yang tidak terduga dengan lugunya.


" Mobil goyang? Maksudmu?" tanya Khansa dengan tatapan lugu kepada Leon.


"Pfffh …" Leon menahan tawa dengan keras. 


"Kau ini benar-benar yah," gumam Leon sembari menahan rasa gemas dihati.


Leon merasa lucu, karena Istri kecilnya ini masih mengingat lelucon yang dia katakan tadi sebelumnya. Merasa ini sangat lucu maka Leon malah merasa ingin terus menggodai istri kecilnya itu.


"Bukankah kita ini suami istri, di mobil, di dapur, di ranjang, bukankah sudah diperbolehkan," ujar Leon menggodai Khansa. 


"Mesum," ujar Khansa sekenanya.


"Jelas ini juga diperbolehkan, aku kan suamimu," ujar Leon merujuk kepada kata mesum yang Khansa lemparkan untuknya.


"Hissh …" ujar Khansa yang gantian mencubit pinggang kuat suaminya itu. 


Leon segera saja menangkap tangan halus mungil istrinya itu, lalu mulai menciumi jari-jari mungil Khansa, seraya memandangi kedua mata indah Khansa. 


Khansa merasa napasnya menjadi tidak beraturan ketika Leon memasukan satu jarinya ke mulutnya. Dengan satu tangan Khansa menutup mulutnya sendiri agar tidak mengeluarkan ******* aneh.


Melihatnya Leon semakin terus menghisap jari mungil Khansa yang lain. Sementara Khansa semakin mengeratkan bekapan pada mulutnya sendiri sembari menggelengkan kepalanya. 


"Hentikan …! pinta Khansa. 


Khansa melepaskan bekapan tangannya, lalu segera memukul bahu Leon, "Hentikan!" gumam kesal Khansa lagi, seraya menarik tangan yang satunya dari genggaman Leon. 


Tak ingin memancing keributan yang memekakan telinga, Leon pun melepaskan Khansa, "Kau ini Nyonya Sebastian, jika lain kali tidak patuh maka aku akan benar-benar menghukummu di atas ranjang," ancam Leon dengan nada menggodai Khansa.


"Hissh mana ada …" ujar kesal Khansa seraya mendorong tubuh Leon. 


Namun Leon masih belum mendapatkan jawaban yang memuaskan atas semua pertanyaan yang bergelayut di kepalanya.


"Aku belum selesai!" ungkap Leon.


"Tapi aku sudah!" jawab Khansa. 


"Di sini, akulah bosnya, jika aku bilang belum selesai, maka itu artinya belum selesai," terang Leon.


Jika sebelumnya Leon ingin tahu alasan mengapa sms dan telepon darinya diabaikan. Kali ini  Leon ingin tahu apa hubungan di antara Hendra dan Khansa.


"Katakan jujur kepada aku! Ada hubungan apa kau dan tuan muda Ugraha?" tanya Leon dengan nada berat.


"Tidak ada!" jawab yakin Khansa. 


"Jangan Bohong," ujar Leon. 


"Untuk apa aku berbohong! Aku dan dia tidak ada hubungan apa-apa, dimulai di hari aku memulangkan semua mahar yang dia berikan  untuk perjodohan kami waktu kecil dulu," jelas Khansa kepada Leon, agar tidak mempersulit dirinya di kemudian hari.


Entah sejak kapan Leon tidak bisa menerima jika Khansa berdekatan dengan pria lain,  Leon mengingatkan Khansa agar paham dengan status Khansa sendiri.


"Ingatlah statusmu adalah Nyonya Sebastian, bukan Nyonya Ugraha!" ungkap Leon dengan sedikit nada kesal.


"Ya, ya bagaimana aku melupakan tentang ini," jawab Khansa. 


Khansa tidak mungkin lupa, karena menyandang gelar Nyonya sabastian adalah kunci untuk menyibak semuanya. Jadi sampai semua belum terkuak, maka Khansa akan menjaga nama Nyonya Sebastian yang melekat kepadanya.


Kemudian Leon memperingati Khansa, tidak mengizinkan Khansa dekat dengan pria mana pun, "Selain dengan aku, dilarang keras berdekatan dengan pria lain atau pergi berduaan dengan pria lain, paham tidak?" 


"Jika dengan Simon dan Hansen, apakah kau akan melarangnya juga?" tanya Khansa.


"Jika aku tidak mengijinkan, maka itu juga tidak boleh!" jawab enteng Leon.


"Apa aku ini anak berusia lima tahun, mengapa kau begitu perhitungan sekali terhadap aku?" tanya Khansa. 


"Itu karena kau adalah Nyonya sebastian, hanya aku yang berhak mengaturmu!" 


"Apa kau paham?" tanya Leon menekanan pengaturannya tadi.


Kali ini tatapan Leon benar-benar menyiratkan intimidasi tingkat tinggi, sehingga langsung membuat Khansa menurut bak anak yang berusia lima tahun, Khansa mengangguk,"Tentu saja.”


Leon menurunkan tatapannya yang semula menatap kedua mata lugu Khansa lalu pandangannya turun ke wajah Khansa, lalu merasa penasaran dan mulai perlahan menjulurkan tangan ingin menyibak cadar Khansa.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 36"