Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 33

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 33 : PAHLAWAN


33. 


Hendra melihat Leon berdiri dengan angkuhnya di depan pintu kamarnya. Leon berjalan dengan kaki panjangnya, itu terlihat elegan, arogan. Aura ingin membunuh pun terasa keluar dari seluruh tubuh Leon.


Khansa terdiam sesaat, melihat suaminya itu mendobrak pintu kamar Hendra yang besar itu, "Dia terlihat sedang tidak sakit, jika sedang sekuat ini," pikir Khansa.


Melihat Khansa dalam rangkulan Hendra, Leon pun melangkah maju, "nampaknya sedang ada yang mau berebut dengan aku," gumam pelan Leon.


"Siapa kau! Beraninya menerobos masuk ke area pribadi Ugraha," hardik Hendra dengan nada tinggi, marah.


Wajar saja jika Hendra  tidak kenal  dengan Leon, karena memang Hendra  belum pernah bertemu dengan Leon sebelumnya.


Hendra tetap tidak ingin melepaskan Khansa dari pelukannya, tubuh mungil Khansa berontak keras, Hendra memeluki dari belakang tubuh Khansa dengan sedikit mengangkat tubuh Khansa, sehingga ketika Khansa berontak ingin melepaskan diri dari jeratan Hendra, maka kaki-kaki mungil Khansa itu seperti melayang di udara karena gerakan menendang-nendangnya. 


"Kau ini … mengapa tidak mau melepaskan aku, hah!" hardik marah Khansa dengan masih terus bergerak serampangan.


Leon yang melihat Khansa saat ini sedang ada di pelukan pria lain, jelas tidak bisa menerima, jika tadi hati Hendra seperti terhujani jarum pentul, maka beda lagi dengan hati Leon yang saat ini tengah merasa hatinya  seperti sedang ditembaki oleh meriam berukuran besar lalu meledakan hatinya berkali-kali lipat.


Leon berpikir jika malam pertama mereka kala itu, jika bukan karena ada nenek Sebastian yang menguping, maka Leon tidak akan bersandiwara untuk sedikit menyentuh Khansa.


Setelah hari itu, Leon benar-benar menahan diri untuk tidak menyentuh Khansa, jika Khansa tidak menginginkan untuk disentuh olehnya, maka Leon tidak akan sembarang menyentuh. Tapi, sekarang apa yang dilihat di depan matanya ini, benar-benar merusak pandangan matanya dan juga merusak hatinya. Leon pun memberikan tatapan membunuh kepada Hendra.


Dari pandangan mata Leon,  itu seakan keluar kata-kata, "singkirkan tangan kotormu dari kepemilikan aku."


Pandangan Leon yang dingin dan menusuk membuat Hendra merinding dan tanpa sadar melepaskan tangannya dari tubuh Khansa, "pria ini mengapa terlihat begitu menyeramkan." 


"Hanya dengan memandang saja, sudah terasa aura ingin membunuh yang keluar dari seluruh tubuhnya, membuat lawan merasa bergidik" pikir Hendra lagi.


Khansa pun terhuyung jatuh ke lantai, karena Hendra melepaskan pelukannya. Khansa menatap ke arah Leon yang sudah terlihat diliputi oleh kesangaran. Khansa terkejut ketika melihat ada Simon dan Hansen juga datang.


"Kalian …" ujar Khansa bingung, seraya berusaha untuk bangun.


Hendra lebih terkejut lagi, ketika melihat Simon dan Hansen masuk ke kamar utama. Kedatangan Simon dan Hansen membuat Hendra terdiam, karena mereka berdua adalah salah satu dari  empat keluarga teratas di Palembang.


Ketika melihat Khansa ingin melarikan diri, Hendra segera ingin menangkapnya lagi, tak rela jika Khansa hilang lagi dari jangkauannya lagi.  Simon dan Hansen memperingati Hendra untuk melepaskan Khansa ketika melihat Hendra ingin menarik Khansa lagi.


"Tuan ugraha," panggil Simon.


"Jangan main-main dengan wanita ini, jika kau tidak ingin menerima akibatnya," ujar Simon dengan nada sedikit menghina. 


"Wanita ini sudah ada yang punya, jadi sedikit pun kau tidak memiliki hak atas dirinya" ujar Hansen menambahi.


Leon mengacuhkan Hendra, dan malah mendorong tubuh Hendra sampai terhuyung menjauhi Khansa. Leon mendekati Khansa sambil bertanya, “Kamu tidak beritahu padanya kamu ini milik siapa?”


"A-aku …" jawab Khansa yang tiba-tiba masuk dalam kelimbungan yang lebih dalam lagi.


Leon lalu menggendong Khansa  di bahunya lalu berjalan keluar, "lain kali! Jika nakal seperti ini lagi, akan aku patahkan kakimu," ancam Leon sambil memukul bokong Khansa.


Khansa merasa sangat malu, "pria ini! Mengapa menggendong aku seperti sedang memanggul sekarung beras!" pikir Khansa.


Melihat Leon telah membawa Khansa, maka Simon dan Hansen pun ikut melangkah pergi meninggalakan kediaman Ugraha.


Hendra tidak tahan saat melihat punggung Leon yang menuju keluar dari rumahnya sambil membawa Khansa.


Hendra bertanya siapa Leon itu sebenarnya, "Hei! Kau ini siapa? Berani menerabas masuk ke kediaman Ugraha," pekik Hendra masih dengan nada sombongnya.


"Siapa yang memberimu keberanian untuk itu Hah!?" 


"Hei! Apa kau tuli? Aku sedang bicara kepadamu?" teriak Hendra kepada Leon.


"Dasar sial," hardik Hendra kepada Leon.


Leon tidak menghentikan langkahnya, hanya tersenyum dingin sambil memperingati Hendra, “Nanti kamu akan tahu aku siapa! Kalau kejadian ini terulang lagi.”


Leon dan Khansa langsung menghilang dari pandangan Hendra. Hendra mencoba menyeimbangkan pikirannya tentang khansa dan pria yang baru saja membawanya pergi itu, lalu mengaitkannya dengan Simon dan Hansen, dua tuan muda dari keluarga besar yang berkuasa di Palembang juga. 


Hendra segera terpikirkan sebuah kemungkinan, di Palembang ini hanya ada empat keluarga besar yang memiliki kekuasaan. Yaitu keluarganya, keluarga Ugraha, lalu keluarga Mahendra, dan Keluarga Kawindra dan berarti seharusnya pria yang Hendra lihat tadi adalah tuan muda dari keluarga Sebastian.


Melihat tuan muda Mahendra, tuan muda Kawindra tadi datang bersama pria yang membawa Khansa pergi, Handra pun semakin yakin dengan  kesimpulannya. 


"Mungkinkah pria ini Leon Sebastian?" gumamnya.


"Kenapa Khansa bisa berhubungan dengan orang sehebat Leon Sebastian?"


"Apakah Leon Sebastian adalah sugar baby  yang pernah Jihan ceritakan waktu itu."


"Kenapa bisa ada kebetulan seperti ini di dunia?" gumam Hendra lagi meski masih sedikit menyangsikan kesimpulannya itu.


……


Khansa digendong Leon, degan langkah panjanhnya, Leon membawa Khansa masuk ke dalam mobil mewah yang bermodel panjang itu. Leon duduk di barisan belakang dan Khansa masih berada di dalam pelukan Leon, duduk di antara kedua paha Leon dalam diam.


Khansa tidak berani banyak bergerak, melihat wajah Leon yang mendingin, membuat hati Khansa menciut juga, ini lebih menyeramnkan dari waktu ketika Khansa bermain dengan harimau-harimau kecil dulu. 


Wajah Khansa memerah, karena sepertinya Leon enggan melepaskannya, karena ketika Khansa ingin bergerak, Leon malah mengeratkan rangkulan  kedua tangannya di pinggul Khansa.


"Jangan bergerak sembarangan!" Leon mengingatkan Khansa.


"Jika tidak ingin aku makan kau disini, maka diamlah," ujar Leon memperingatkan.


Khansa pun menciut kembali seperti putri malu yang baru saja disentuh, langsung saja mengkuncup.


Khansa tiba-tiba teringat pada bibi Fida, Khansa pun dengan canggung menatap wajah Leon, "Bibi Fida, pengasuh aku dulu sedang sakit. Tadi orangnya Hendra membawa bibi Fida ke rumah sakit," 


kedua mata Khansa dan Leon saling beradu temu tatap. Khansa merasa semakin canggung saat bertatapan dengan Leon.


Apalagi dalam situasi seperti ini, Wajah Leon meski tampan namun tetap saja itu tidak sedap dipandang, "Apa pria ini sedang marah ke aku," pikir Khansa.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 33"