Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 34

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”

Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 34 : AKHIRNYA SELAMAT


Untuk menghilangkan kecanggungan, Khansa pun berpura-pura sedikit terbatuk,  lalu Khansa menghindari tatapan Leon, seraya mengucapkan terima kasih sambil sedikit merapihkan rambutnya.


Dalam hati Khansa merasa beruntung karena Leon datang tepat waktu, jika tidak entah apa yang akan terjadi, bisa-bisa tadi Hendra yang akan mengambil malam pertamanya. 


“Terima kasih banyak karena tadi sudah datang tepat waktu dan menolong aku.”


“Tugas suami melindungi istri,” jawab ringan Leon. 


“Ya, kau betul! Tugas suami memang seharusnya melindungi istrinya,” jawab Khansa membenarkan perkataan Leon, namun di kepalanya malah berkelebat pemikirin sebaliknya.


Idealnya memang seharusnya suami adalah pelindung bagi wanita yang sah menjadi istri mereka.  Tapi pada kenyataannya banyak dijumpai justru ada suami yan menjadi sumber malapetaka bagi istri, menyakiti dan menyiksanya dengan kekerasan dalam rumah tangga, dan berakhir dengan perceraian yang memberikan kenangan pahit dalam hidup. 


Merasa canggung dan malu, Khansa pun mencoba mengalihakan perhatian pandangannya pada hal lain.


Leon pun menyunggingkan senyum saat melihat Khansa menghindar seperti itu, “Masih ada yang mau dikatakan padaku selain terima kasih?” Leon terus menggoda Khansa.


Khansa diam dan menggelengkan kepalanya, menjawab pertanyaan Leon sambil menyilangkan kedua tangannya berbentuk tanda huruf x.  Leon merapikan pakaian Khansa yang berantakan karena ulah Hendra tadi, Khansa salah paham dengan perbuatan Leon, "kau mau apa?" tanya Khansa malu-malu, seraya mengeratkan kemejanya. 


Leon berkata, “Kamu ingin aku berbuat apa?" ujar Leon seraya menatapi wajah Khansa yang memerah. 


“Mobil goyang bersamamu?” ujar Leon lagi menggodai Khansa lagi dengan sedikit tertawa. 


“Mobil goyang?” gumam Khansa mengulangi perkataan Leon. 


“Itu lho …” jelas Leon seraya  membisikan penjelasannya kepad Khansa. 


"Hissh … mana ada, kau ini! Benar-benar deh" gumam kesal Khansa seraya memasang wajah cemberutnya.


Leon pun menyunggingkan senyumannya lagi, karena merasa gemas dengan ekspresi malu-malu Khansa saat ini.


Leon malah memandangi wajah Khansa dengan intens, menelisik wajah rupa Khansa di balik cadar yang Khansa pakai.


Membayangkan betapa istri kecilnya ini pasti sangatlah cantik, sampai-sampai membuat tuan muda Ugraha pun menginginkannya.


Ada rasa ngilu yang tidak enak dihati Leon Ketika mengingat tadi waktu Hendra menempelkan kulitnya di kulit putih istri kecilnya ini.  Hati Leon pun seperti berdentum dengan kencang lagi, Ketika mengingat waktu tadi  Khansa di kamar Hendra. 


Merasa sedang ditatapi oleh Leon, Khansa pun merasa malu dan memillih untuk mengalihkan topik, "Aku ingin ke rumah sakit untuk menjenguk bibi Fida!" pinta Khansa. 


Leon tidak merespon, Khansa ingin melepaskan diri  lagi dari pelukan Leon, tapi Leon tidak mengizinkan hal itu, Leon mencubit pinggang Khansa dan bertanya, “ Ingatkah perkataanku dulu? Telepon aku kalau ada masalah yang tidak bisa kamu selesaikan.”


“A-aku …” jawab Khansa terbata. 


"Aku hanya tidak mau merepotkanmu," ujar Khansa.


“Merepotakan? Apa kau tidak menganggap aku ini suamimu?” tukas Leon. 


"Hal yang masih bisa kuselesaikan sendiri, maka aku akan selesaikan sendiri," 


"Lagipula hubungan kita hanya sebatas kesepakatan saja, tidak perlu mencampuri urusan masing-masing," jelas Khansa.


Meski memang Leon yang meminta tentang hal ini. Namun, tetap saja kalimat yang Khansa  ucapkan tadi tidak enak didengar di telinga Leon.


Ekspresi Leon pun  jadi kesal ketika mendengar jawaban Khansa. Leon memarahi Khansa tidak berhati nurani, kemudian mengusir Khansa agar duduk di samping.


Khansa merasa sikap Leon sangat aneh, tapi juga menuruti Leon, "kenapa dia terlihat jadi marah, bukankah dia sendiri yang mengajukan kesepakatan pernikahan itu."


Keduanya pun terdiam sepanjang perjalanan dan sampai di rumah sakit  tiga puluh menit kemudian. Leon langsung membawa Khansa ke ruang rawat inap bibi Fida.


Leon menempatkan bibi Fida di kamar VVIP dan memberikan team dokter terbaik untuk merawat bibi Fida, karena Leon memahami jika bibi Fida adalah seoarang yang teramat penting di dalam hidup Khansa. Karena itu Leon ingin membantu Khansa menjaga bibi Fida.


Tadinya Leon berharap mendapat pujian dari istri kecilnya ini, namun siapa sangka malah istri kecilnya ini mengatakan hal yang Leon anggap tidak berhati nurani.


Bibi Fida berada di ruang inap VVIP dan masih dalam keadaan pingsan. Kondisinya  terlihat tidak begitu baik. Baru saja leon dan Khansa masuk, beberapa dokter dan perawat datang masuk ke kamar rawat bibi Fida, lalu dokter mulai menerangkan tentang keadaan bibi Fida.


Dokter menjelaskan sudah memberi penanganan pada sakit bibi Fida, berupa Penanganan  dengan  memberikan obat anti tuberkulosis  yang harus terus diminum oleh bibi Fida secara terus menerus selama enam bulan. 


Dokter ahli penyakit dalam itu pun menjelaskan lebih lanjut lagi jika obat anti tuberkulosis tidak bisa langsung menghentikan gejala TB saat itu juga setelah diminum dalam arti batuk darah yang bibi Fida derita ini tidak bisa langsung berhenti dengan cepat.


Pada umumnya gejala TB akan berkurang atau menghilang setelah dua bulan pengobatan, dan tidak boleh putus meminum obatnya, karena jika putus, maka pengobatan harus dimulai dari tahap awal lagi. Selain dengan pengobatan


menggunakan obat anti tuberkolosis, pasien TB juga diberikan obat-obatan tambahan seperti penurun demam, obat batuk, obat sesak. 


“Kondisinya benar-benar sudah sangat buruk,” jelas dokter ahli itu lagi. 


“Jelaskan kepada aku!”  pinta Khansa dengan rasa penuh ingin tahu. 


Dokter juga mengatakan bahwa bibi Fida tengah mengalami sesak nafas yang sangat parah,  Khansa hampir-hampir menangis dengan keras ketika mendengar cerita dari dokter, dokter juga mengatakan jika tadi bibi Fida sempat tersadar lalu dokter mengajukan beberapa pertanyaan kepada Bibi Fida.


Dari  hasil pembicaraan tersebut bibi Fida mengatakan bahwa dirinya mengalami batuk darah yang sangat parah,  yang tak kunjung reda dalam beberapa bulan terakhir ini.


Begitu parahnya sehingga Ketika batuk ada  darah segar yang keluar dari  mulut bibi Fida sebanyak 600ml,hari beberapa hari kemudian terjadi lagi hal yang sama. Dan keesokan harinya terjadi lagi hal yang sama. 


“Bibi!” panggil Khansa dalam isak tangisnya. 


Khansa menangis sambil meletakan kepalanya di samping tubuh bibi Fida yang sedang tak sadarkan diri itu, Khansa merasakan semua kesakitan yang bibi Fida harus alami, karena keegoisan tuan muda Ugraha “Bibi! Jangan sakit, apa Bibi Fida sudah tidak sayang lagi dengan aku,” gumam isak tangis Khansa. 


Khansa duduk di tepi ranjang sambil memegang tangan bibi Fida yang dingin. Khansa mengusap-usapnya dengan lembut, mencoba menghangatkan tangan bibi Fida, tangan yang sudah merawat ibunya dan juga dirinya. 


“Bibi! Lekas sembuh,” pinta Khansa menyedih. 


“Tidakah kau merindukan bermain Bersama aku,” ujar Khansa lagi dengan sesegukan.  Khansa merasa sangat sedih. Saat ini, Leon memberikan sebuah benda pada Khansa.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 34"