Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 31

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 31 : MISI PENYELAMATAN


Khansa menatapi ponselnya lama sekali, menimbang-nimbang apakah mau membalas pesan Leon atau tidak. Berpikir sedikit lama, tapi pada akhirnya tak kunjung membalas pesan itu.


"Tidak usah," gumam Khansa sedikit kesal, karena masih terngiang-ngiang suara wanita yang waktu itu mengangkat panggilan telpon darinya.


"Saat ini membalas pesanmu tidak penting, Menyelamatkan bibi Fida, itu lebih penting," ujar Khansa seraya memasukan ponselnya ke dalam tas slempangnya dan mulai bergegas meninggalkan rumah utama keluara Sebastian.


Khansa ingin membentengi hatinya agar tidak tergoda oleh Leon dan juga  tidak ingin memberi kesempatan bagi Leon untuk menyakiti dirinya.


Karena itu tidak ingin membuka hati untuk Leon. Menepis semua rasa ketergantungannya terhadap pria yang bernama Leon itu. 


Khansa tidak ingin mengulang rasa sakit yang selama ini menggelayut di hatinya, rasa sakit terbuang dan terkhianati.


Dua hal yang sudah cukup kenyang Khansa rasakan selama sepuluh tahun ini. Jadi bagi Khansa tidak menempatkan Leon dalam sudut hatinya adalah sudah sikap yang paling benar dan bagus.


Teringat akan bibi Fida lagi, maka Khansa pun keluar menuju ke perumahan penduduk di area luar kota Palembang, menuju ke lokasi yang sudah Emily kirimkan ke ponselnya. Khansa hanya tinggal megikuti arah peta ini maka dirinya akan segera bertemu dengan bibi Fida.


……


Leon sudah pulang ke Palembang, Hansen dan Simon menjemput Leon di bandara dengan mobil mewah bermodel panjang.


Leon menatapi ponsel di tangannya, isi pesan,  [Sudah tidur?] tidak dibalas sejak tadi, Leon sudah mengernyitkan alis.


"Gadis itu benar-benar deh," gumamnya.


Dalam dunia bisnis, Leon adalah rajanya. Mana ada yang berani bersaing, menolak dan membantahnya. Jika pun ada yang berani bersaing jelas pasti akan menelan kekalahan.


Lihat saja supercar yang Leon kirim untuk menjemput Khansa, itu adalah supercar seharga ratusan milliar.


Jadi ketika melihat Khansa, gadis kecil yang telah menjadi istrinya ini malah mengabaikannya, sudah tentu membuat wajah Leon mendingin.


Wajah Leon terlihat semakin mendingin, Khansa adalah satu-satunya nomor yang dia simpan secara pribadi di ponselnya, dah sekarang bahkan pesan WhatsApp nya pun tidak dijawabnya. 


"Kau ini sungguh-sungguh memiliki keberanian yang tinggi, Hah! Berani sekali mengabaikan aku," gumam Leon.


Simon dan Hansen yang duduk di baris depan  memperhatikan raut wajah Leon. Ini adalah sebuah ekpresi yang tidak pernah mereka temui sepanjang kedekatan mereka selama ini. Hansen dan Simon saling bertatapan, lalu kompak menertawai Leon.


"Hei! Ini kenapa kau jadi pulang lebih awal," tanya Hansen. 


"Kak! dari tadi menatapi ponsel terus?" tanya Simon sedikit menggodai Leon.


Mereka terus menggodai Leon dan terus bertanya, karena mereka menebak ini pasti ada hubungannya dengan pengantin penggantinya.


"Apa kau sedang rindu dengan istri kecilmu itu? Sehingga memangkas semua jadwal kerjamu dan langsung kembali terbang ke Palembang?" tanya Hansen untuk mengkonfirmasi situasi Leon.


"Wuaah … Kakak ipar benar-benar hebat! Bisa mengendalikan Kak Leon," puji Simon kepada Khansa.


Leon hanya mengulum bibirnya sendiri dalam diam, dengan sedikit menyeringai. Merasa sudah tak sabar hati, karena Khansa sedari tadi tidak membalas pasannya, maka Leon pun segera menelepon Paman Indra di Vila Anggrek untuk menanyakan apa Khansa sudah tidur,


Paman Indra memberitahu kalau Khansa baru keluar, "Nyonya pergi keluar seorang diri," jawabnya.


Mendengar keterangan dari Paman Indra, Leon merasa sedikit tidak puas, mengapa setiap kali ada sesuatu Khansa seperti tidak membutuhkan bantuannya, dan selalu memilih menyelesaikannya sendiri.


Leon menutup sambungan teleponnya dengan Paman Indra dan meminta Gerry asisten pribadinya untuk melacak keberadaan Khansa, "Temukan Nyonya!" 


Sementara Gerry mencari keberadaan Khansa, orang yang di cari malah sudah sampai ke tempat yang dituju. Khansa sampai di luar kota dan menemukan perumahan itu. 


Khansa mengeluarkan lagi ponselnya, dan mengecek titik berhenti dari map website yang ada di ponselnya, "ketemu," ujarnya.


Khansa mengendap-endap lalu membuka pintu rumah itu dengan perlahan dan segera melihat Bibi Fida yang terbaring di atas ranjang. Khansa segera ke sana dan  membangunkan bibi Fida dengan lembut, “Bi Fida, bukalah matamu. Ini aku.”


"Bibi!" Panggil Khansa lagi.


Bibi Fida pun terbangun,  Bibi Fida membuka matanya dengan lemah, pandangannya langsung berbinar saat melihat Khansa yang  sudah bersimupuh di sisi ranjangnya.


Khansa memperhatikan Bibi Fida, yang sudah tak semuda dalam ingatannya dulu. Guratan kerutan di wajahnya terlihat jelas, terutama gari-garis di samping bagian matanya. 


"Nona kecil," panggil Bibi Fida. 


"Iya Bi! Ini khansa," tukas haru Khansa seraya menggenggam kedua tangan Bibi Fida.


Bibi Fida masih sulit percaya jika saat ini Khansa muncul di hadapannya. Bibi Fida terharu sampai menangis dan segera batuk keras yang mengeluarkan darah.


Melihatnya tentu saja membuat Khansa khawatir "Bibi!"


"Bibi! Sakit," ujar Khawatir Khansa lagi.


Khansa menilai gejala ini bisa menandai adanya penyakit saluran pernapasan yang bersifat serius. Berpikir jika ada  kerusakan pada pembuluh darah di saluran pernapasan,  "tuberkulosis," gumam pelan Khansa.


khansa memikirkan Fakta penyebab batuk berdarah Bibi Fida. Ini berarti ada Lesi atau area jaringan yang rusak. 


Kalau lesinya mengenai paru-parunya dan pembuluh darah di sekitarnya, membuat hal tersebut menjadi rapuh yang menimbulkan batuk darah, Kebanyakan lesi paru-paru disebabkan oleh penyakit bakteri atau virus atau kanker.


Mengetahui tentang Fakta ini, membuat khansa menangis, Khansa pun memeluk Bibi Fida. Khansa segera mengecek nadi Bibi Fida.


Khansa meraba nadi di pergelangan lengan Bibi Fida, Khansa memposisikan tangan kirinya dibawah dan meletakan tiga jari tangan kanan di pergelangan lengan Bibi Fida.


Khansa menekan dengan lembut,  Khansa mencari 'lokasi' yang pas sampai benar-benar merasakan  denyut nadi Bibi Fida, lalu Khansa mulai menghitung denyut nadi.


Khansa menghitung denyut nadi dalam waktu sepuluh detik, kemudian dikalikan dengan enam untuk mendapat angka denyut nadi per menit. Khansa  menghitung denyut nadi sebanyak tiga kali, kemudian mengambil rata-rata dari ketiganya untuk benar-benar yakin.


Khansa pun memandang sedih kepada Bibi Fida, "Ini kemungkinan denyut nadi dan irama jantung tak sesuai hingga mengganggu kenyamanan tubuh," pikir Khansa.


"Hendra, kenapa kau begitu jahat!" gumam Khansa merutuki Hendra.


Hendra tahu betul kedudukan Bibi Fida di dalam hatinya. Namun, malah dengan mudahnya menjadikan Bibi Fida sebagai Tahanannya. Tapi, mengabaikan kesehatannya.


Tubuh Bibi Fida sudah lemah sekali dan bisa bertahan sejauh ini karena kerinduannya untuk bertemu dengan Khansa.


"Bibi! Tenanglah, nanti aku akan mengobatimu," janji Khansa. 


"Sekarang Bibi, harus kuat dulu. Kita pergi dari tempat ini ya," tukas Khansa.


Bibi Fida mengangguk tanda memahami dan mempercayai nona kecilnya ini. Khansa segera membantu Bibi Fida berdiri dan keduanya keluar dari perumahan. Saat ini Hendra tiba-tiba muncul.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya

Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya

Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 31"