Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 26

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 26 : KAMAR SUITE


Hendra menghentikan gerakan memutar gelas winenya saat mendengar topik ini, pandangannya jadi sangat dingin, mendengar cerita Jihan tentang pernikahan Khansa dan tuan muda keluarga Sebastian.


"Sudah bagus ada pria kaya yang menikahi dia, si pembawa sial," ujar Jihan. 


"Tapi bukannya bersyukur, malah dia bermain-main dengan banyak pria. Ciih … dasar murahan," tukas Jihan.


"Aku bahkan pernah bertemu dengan sugar baby nya, dia bahkan membawanya ke Bar 1998 lho, dan entah apa yang sudah mereka lalukan disana. Sungguh kasihan yang menjadi suaminya," cerita Jihan lagi


Hendra terdiam namun memasang telinganya baik-baik mendengarkan cerita Jihan, meski pria yang dinikahi Khansa adalah pria yang memiliki penyakit parah, namun tetap saja itu adalah seorang pria, tetap terhitung mahluk yang memiliki kebutuhan biologis.


Mengingat bagaimana mata indah Khansa, kulitnya yang putih mulus, malah membuat hati Hendra terasa semakin dingin membayangkan jika tuan muda sebastian yang menjadi suami Khansa  itu seandainya nanti sedang menatapi mata indah Khansa, bisa jadi tidak akan tahan untuk merengkuh Khansa. Pemikiran ini benar-benar menyiksa Hendra.


"Hissh …" gumamnya seraya mengusap wajahnya.


Sebagai salah satu dari empat keluarga terkaya di Palembang, tentu saja Hendra mengenal keluarga Sebastian, tapi sayangnya dia hanya tahu sedikit dibandingkan orang lain, tak peduli seberapa keras Hendra ingin mencari tahu namun sepertinya ada kekuasaan yang sangat besar yang menghalangi, menutup informasi tentang tuan muda Sebastian yang misterius itu.


"Tuan muda Sebastian," gumamnya dengan sedikit nada penasaran seraya mengehela nafas panjang.


Hendra sudah pernah mencoba mencari tahu tentang Tuan muda keluarga Sebastian  yang sangat misterius itu,  dan tidak pernah muncul di publik, Hendra pernah mengutus orang untuk menyelidikinya, tapi Leon baru pulang ke Palembang baru-baru ini, sebenarnya Leon berasal dari … Jakarta. Jadi Hendra benaran tidak mendapatkan petunjuk yang banyak. 


Jakarta adalah kota financial yang paling metropolitan, di sana bisa menemui anak orang kaya di mana saja, orang kaya biasa tidak bisa berada di pusat kota Jakarta.


Tentu saja, juga ada keluarga peringkat atas di kota Jakarta sendiri, orang kaya itulah yang menguasai perekonomian penting di seluruh Asia.


Pesta-pesta satu malam tapi menelan biaya puluh jutaan sudah biasa bagi para sosialita dan kaum menengah ke atas.


Bahkan ada kelompok sosialita yang hanya untuk kumpul-kumpul mengocok arisan saja, sampai harus menyewa pesawat jet pribadi dan terbang di ketinggian 27.000 kaki, hanya untuk mengocok arisan dengan memakai gelas dari kristal.


Mereka melakulan ini hanya karena arisan yang didapat sebesar satu miliar, jadi karena itulah semua harus disesuaikan.


Jakarta juga identik dengan kemegahan dan kemewahan . Sebutan kota yang tak pernah tidur sangat pas menggambarkan bagaimana rutinitas di Jakarta tak pernah berakhir, bahkan semakin bergeliat ketika malam hari.


Pusat-pusat hiburan malam sampai kafe dan resto dua puluh empat jam terus mengudara sehingga rasanya kota Jakarta jauh dari kata sepi dan senyap.


Berbicara tentang wisata malam dan para sosialita, banyak cerita bagaimana kocek jutaan dengan mudah lenyap karena biaya pesta atau karena menikmati sajian hiburan malam saja.


Angka sepuluh sampai dua puluh juta yang bagi beberapa kalangan masih wujud angka yang besar, maka  bagi para sosialita itu, hanyalah sekedar jumlah saja yang terlihat biasa atau terbilang receh.


Hendra pernah mendengar kalau keluarga terkaya di dunia bisnis di Jakarta juga bermarga Sebastian. Semua ini sungguh kebetulan. Keluarga Sebastian termasuk dalam hitungan keluarga elit.


Elit sendiri memiliki dua makna, yang pertama adalah orang-orang terbaik atau pilihan suatu kelompok. Yang kedua adalah kelompok kecil orang-orang terpandang atau berderajat tinggi [bangsawan, cendekiawan, dan sebagainya]. Dan keluarga sebastian adalah keluarga elit dengan menyandang dua makna itu.


Mengetahui tentang hal ini, tentu saja menambah kegelapan di hati Hendra, Khansa saat ini ada di tangan tuan muda sebastian, dan ini sedikit menggangu hatinya, apalagi dia tidak memiliki petunjuk yang banyak tentang tuan muda Sebastian yanh menikahi Khansa, jodoh masa kecilnya itu.

Jihan merasakan suasana hati Hendra yang berubah, tapi terus saja berbicara, "Kak Hendra, jadi jangan sampai tertarik pada khansa lho, wanita liar. Jelas beda dengan aku lho," puji Jihan pada dirinya sendiri.


Hendra meminum habis wine di gelasnya dan mendorong Jihan pergi, karena telinganya sudah tidak tahan lagi mendengarkan cerita tentang Khansa.


"Menurut Kak Handra, wanita seperti itu tidak pantas dicintai bukan?" hasut Jihan  kepada Hendra. 


"Terlalu murah! Wanita seperti Khansa itu," hina dan hasut Jihan lagi.


Hendra meletakan gelas winenya di meja, karena  hatinya merasa tidak suka mendengar apa yang Jihan katakan.


Jihan sadar kalau Hendra akan kehilangan kendali setiap membahas Khansa, lalu mencari cara lain untuk menengangkan dan memenangkan hati Hendra.


Jihan berkata, “Kak Hendra, aku mencintaimu, kamulah satu-satunya pria bagiku, kehormatanku juga kuberikan padamu.”


Saat ini, Hendra bertekad melupakan Khansa! Hendra memejamkan mata, mengenang bagaimana dirinya bisa dijodohkan dengan Khansa saat kecil dulu, kenangan indah saat bersama Khansa kecil pun berlompatan di kedua pelupuk matanya. Leon memanggil nama Khansa, “Sasa…” 


Jihan merasa rasa cinta dan bayangan kebahagiaannya terhadap Hendra langsung hilang seketika ketika mendengar Hendra memanggil nama Khansa.


Jihan mana terima, saat ini yang sedang bersama dengannya adalah dirinya namun, saat ini yang sedang menemani dan memberikan hiburan adalah dirinya, namun malah nama yang disebut dengan nada penuh rindu adalah nama Khansa.


Jihan mulai menggoda Hendra lagi dengan tubuhnya, mencoba membuat Hendra mengingat bahwa wanita yang sedang dalam pangkuan dan pelukannya adalah Jihan bukan Khansa. 


"Kak Hendra, apa kau tidak menginginkanku lagi!?" rayu Jihan sambil menggeliatkan tubuhnya semakin masuk ke dalam pelukan Hendra.


Hendra memegang pinggul ramping Jihan, wangi aroma sabun Jihan menyeruak di penciuman Hendra.


Tangan Hendra  memegang tali kimono handuk Jihan, Hendra pun melepaskan ikatannya dan menanggalkan kimono handuk Jihan. Melihat kimono telah terjatuh ke lantai, Hendra pun menyeringai. 


"Ada daging segar di depan mata, mengapa  harus ditolak," gumam Hendra. 


Hendra pun mulai menciumi tulang selangka Jihan, lalu memeluk erat Jihan. Jihan pun melingkarkan kedua kakinya di tubuh Hendra. 


Hendra berdiri sambil memegangi pinggul Jihan, lalu melemparkan tubuh Jihan di atas ranjang besar di kamar suite hotel tempat mereka menginap.


Jihan sudah tertidur, Hendra memandanginya, lalu Hendra berdiri, mengambil rokoknya dari atas nakas.  Sambil merokok  kemudian Hendra mengambil ponselnya dan menekan nomor Khansa untuk meneleponnya. Hendra ingin mengatur pertemuan pribadi dengan Khansa.


Hendra meminta Khansa datang mencarinya besok malam di kamar hotel, "Nomor 8206, kita bertemu besok! Jangan tidak datang!" 


Khansa berkata, “Hendra, kamu gila, ya?”


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 26"