Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 27

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 27 : JALINAN DULU


Hendra mulai menghina Khansa, berkata kalau pria lain boleh bermain dengannya, maka dirinya juga boleh.


"Gila …?" Hendra mengulangi perkataan Khansa. 


"Hah! Jangan sok jual mahal. Ayolah jika yang lain boleh mendekatimu? Maka kenapa tidak dengan aku?" 


"Jika kau bisa tidur dengan pria lain, lalu mengapa dengan aku tidak bisa?" tanya sekaligus sindir Hendra.


"Hendra! Jangan menambah rusak kesanmu di mata aku!" pinta Khansa. 


Khansa tidak ingin terlalu benci dengan Hendra, namun juga tidak ingin dekat dengan Hendra lagi seperti dulu.


Seperi ketika masa-masa kecil mereka dulu. Khansa menghela nafas panjang, lalu duduk di ranjangnya dan mengatakan niat hatinya dengan lebih jelas lagi kepada Hendra.


"Hendra dengarkan aku, aku akan menutup telpon ini, dan aku harap kau jangan lagi menghubungi aku!" bentak Khansa kepada Hendra.


"Aku benaran tidak ingin berhubungan lagi denganmu, jalani saja hidup masing-masing tanpa perlu mencampuri hidupku," jelas ingin Khansa.


"Aku tidak ada waktu meladeni pria gila sepertimu, benaran ini  hanya membuang waktu aku," ujar Khansa lagi.


"Sampai di sini, aku harap kau dapat memahaminya," tukas Khansa.


Khansa berniat menutup telepon dan setelahnya akan memasukan nomor Hendra ke dalam daftar nomor yang di blokir, tapi Hendra segera berkata.


“Bukankah kamu terus menyelidiki penyebab kematian ibumu?”


"Misteri tentang kematian ibumu?" ulang tanya Hendra lagi sekaligus ingin meyakinkan Khansa agar mau bertemu dengannya.


Mendengar di sana hening, maka Hendra pun menyeringai senang, berharap perkataannya akan menggoyahkan hati Khansa agar bersedia bertemu dengannya di hotel yang telah dia pilih.


Gerakan tangan Khansa terhenti, mendengar Hendra mengungkit tentang kematian ibunya itu. Hatinya terasa perih lagi ketika mengingat betapa cepatnya kebahagiannya hancur dalam sekejap.


Kehilangan ibu, kehilangan ayah kandung yang lebih mempercayai perkataan orang luar, dan kakeknya yang telah koma dalam jangka waktu lama.


Khansa menggigit-gigit bibir bawahnya dan  berpikir sebentar, Khansa mengambil napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. Dia pulang kali ini dengan dua alasan. Yang pertama adalah untuk menyembuhkan kakeknya dan yang kedua mencari penyebab kematian ibunya.


Dia bersedia dinikahkan mengikuti pengaturan pernikahan dari tetua keluarga juga karena Khansa membutuhkan identitas ini untuk bisa menyelidiki tentang kematian ibunya itu yang begitu misterius, jika menolak maka selamanya dia tidak akan bisa memasuki Kota Palembang lagi.


Pikiran Khansa melayang pada saat itu, saat dimana secara tiba-tiba Khansa diberitahu kalau ibunya meninggal karena sakit, tapi sebelumnya, ibunya terlihat sehat-sehat saja dan kenapa bisa tiba-tiba sakit lalu mati? Khansa curiga ada orang yang mencelakai ibunya. Namun, kala itu Khansa masih terlalu kecil untuk mencari tahu kebenarannya. Namun, ketika sudah beranjak besar, Khansa juga malah tidak bisa menemukan petunjuk apa pun.


Penyelidikan Khansa tidak terlihat jejaknya, tidak membuahkan hasil, semua data tentang ibunya semasa hidup tidak ada jejak sama sekali.


Meski pun Khansa sudah meminta bantuan kepada Emily, menggunakan semua sumber koneksi Emily namun tetap saja itu hasilnya nihil.


Khansa selalu merasa ada konspirasi besar di balik semua ini, sepuluh tahun yang lalu ibunya meninggal, kakeknya koma. Dalam semalam, semua orang yang Khansa cintai seperti mau mencelakai dirinya, mereka semua sudah berubah, memperlakukan Khansa seperti orang asing hanya karena satu perkataan peramal yang mengatakan bahwa dirinya adalah seorang anak pembawa sial bagi kelangsungan keluarga Isvara.


Tiba-tiba saja dirinya menyandang status anak buangan, seperti tidak memiliki ikatan darah dengan keluarga Isvara.


"Apa kau tidak ingin bertemu dengan, pelayan pribadi ibumu, bibi Fida?" tanya Hendra sekaligus membunjuk Khansa.


"Maksudmu …?" tanya Khansa. 

"Bibi Fida, ada bersama aku. Tinggal di tempat yang aku sediakan," terang Hendra.


"Bibi Fida bersamamu?" tanya Khansa terbata. 


Mendengar pengakuan Hendra tentang Bibi Fida, membuahkan rasa senang juga rasa gundah di hati Khansa. Selama ini dirinya sudah benar-benar mencari bibi Fida kemana-mana, namun tetap saja tidak dapat menemukan jejaknya.


Khansa berpikir, pantas saja selama ini Khansa sudah berusaha mencarinya. Namun, tidak dapat menemukannya. Semua ini karena Bibi Fida berada di bawah kekuasaan salah satu keluarga berkuasa di Palembang.


"Hei! Aku sedang bertanya kepadamu!" tukas Khansa.


"Ya! Jadi jika kau ingin bertemu dengannya  maka kau tidak bisa menolak permintaan aku!" ujar  Hendra lagi.


Rupanya bibi Fida ada ditangan Hendra, bibi Fida adalah pelayan ibunya sejak Khansa kecil, bibi Fida bukan anggota keluarga Isvara, tapi pembantu yang ikut dengan ibunya sejak dulu, jadi sudah sangat kenal dan tahu bagaimana keadaan ibunya Khansa, dan Khansa meyakini jika bibi Fida pasti mengetahui sedikit banyak tentang teka-teki kematian ibunya Khansa yang selama ini menggelayuti pikiran dan hatinya.


Bibi Fida menghilang sejak kematian ibu Khansa dan Khansa tidak bisa menemukannya, ketika ingin menanyakan apakah  bibi Fida mengetahui tentang kematian ibunya yang secara tiba-tiba itu.


Hendra sengaja menampung bibi Fida, karena yakin, jika sewaktu-waktu Khansa kembali ke Kota Palembang, maka dia bisa menggunakan Bibi Fida untuk bisa menahan Khansa agar mau tak mau bertemu dengannya.


“Khansa, datanglah ke kamar hotel nomor 8206 besok malam, aku tunggu!” perintah Hendra dan langsung menutup sambungan teleponya.


Hendra meletakan ponselnya, dan merasa yakin jika Khansa akan datang pergi menemuinya, karena dia memagang kartu kemenangan di tangannya, ya bibi Fida adalah kartu utama bagi Hendra untuk memaksa Khansa datang kepadanya.


Khansa meletakkan ponselnya dan bertekad mau bertemu bibi Fida, tapi Khansa ragu mau pergi atau tidak karena tahu Hendra akan berniat buruk.


"Haish … bagaimana ini!?" gumam gusar Khansa.


Khansa memukul-mukul kepalanya pelan, "Ayolah! Berpikir … harus apa!" gumamnya lagi.


Khansa tiba-tiba teringat ucapan Leon waktu itu sebelum Leon pergi dinas luar, "Carilah aku kalau ada sesuatu hal yang tidak bisa kamu selesaikan."


Khansa ragu sebentar dan hanya menatapi layar ponselnya, memandangi nama Leon yang tertera di penyimpanan memori ponselnya itu, lalu pada akhirnya Khansa  menelepon Leon.


Panggilan lama sekali baru tersambung dan terdengar suara wanita di seberang yang bertanya Khansa ini siapa.


"Halo …?" Jawab wanita di sebrang sana.


Khansa diam saja, lalu berdiri dari ranjangnya. Namun, tubuhnya malah membeku, karena bukan suaminya yang menjawab panggilan telponnya. Namun, malah seorang wanita yang memegang ponsel suaminya itu.


Wanita di seberang telepon merasa sangat aneh, “Halo, apa kamu mencari Presdir Leon?"


Khansa masih saja terdiam, tak tahu mau menjawab apa, masih menata hati. Sudah bingung dengan ajakan Hendra, sekarang malah mendapati ponsel suaminya di tangan wanita lain.


"Halo …" sapa wanita itu lagi.


"Dia sedang mandi dan tidak bisa menerima telepon…” Khansa langsung menutup telepon.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 27"