Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 19

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 19 : SATU ... DUA ... TIGA


19.


Percakapan keduanya selesai, tapi Khansa malah tidak bisa tidur. Khansa menatapi langit-langit kamarnya sambil merentangkan kaki dan tangannya di atas ranjangnya yang besar itu, Khansa lalu iseng mencoba menghitung untaian kristal-kristal kecil yang ada di lampu kristal yang menempel di langit-langit kamar mereka.


Khansa melakukan itu karena Pertanyaan Leon tadi masih terus saja terngiang di telinganya. Jadi berpikir mungkin saja dengan menghitung manik-manik kristal lampu, maka pikirannya akan teralihkan.


"Satu … dua … tiga…" Khansa mulai menghitung sambil menunjuk-nunjukkan tangannya ke arah lampu kristal yang tergantung.


Khansa menurunkan tangannya, dia  teringat akan pesan terakhir Leon bahwa Khansa bisa menelponnya kapan saja jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan. Mengingat itu, Khansa pun merasa tenang perlahan-lahan dan mulai tertidur. 


…..


Keesokan harinya, ponsel Khansa berdering. Khansa melirik ke arah nakas, lalu mengambil ponselnya.


Khansa melihat nama yang tertera di layar ponselnya adalah nama Maharani. Dengan sedikit rasa malas, Khansa pun membalas panggilan ponsel dari Maharani tersebut. 


"Halo," jawab Khansa.


"Sa! Jihan akan mengadakan pesta ulang tahun, kau jangan sampai tidak datang ya," undang Maharani.


"Acaranya di Royal hotel, ini bukan hotel sembarangan. Jadi acara ini sangatlah penting. Karena itu kau harus datang," pesan Maharani lagi.


Nada bicara Maharani ketika mengundang terdengar sengaja menekanan jika Fauzan  mementingkan acara ulang tahun ini sehingga diadakan di Hotel Royal. Dan ingin memberitahu secara samar kalau Khansa hanyalah anak buangan, yang dipinta pulang karena mau dijadikan tumbal saja, jadi jangan banyak berharap bisa mendapatkan kedudukan di dalam keluarga Isvara.


Di hari kepulangan Khansa ke kota Palembang, dia pernah melihat Hotel Royal bintang 6 dari dalam mobil, hotel itu terletak di wilayah paling ramai di kota Palembang, desain gedungnya bagaikan piramida mewah yang menjulang tinggi ke dalam awan. Hotel ini adalah milik pria terkaya di kota ini.


"Jika acara ini begitu penting bagi keluarga, tentu saja dengan senang hati aku akan datang," jawab Khansa. 


Acara ulang tahun ini memang sangat penting, karena disini Maharani dan Fauzan ingin menunjukan kecantikan Jihan, putri mereka.


Sekaligus memancing siapa yang berminat menjadi besan, dan menjadi calon menantu keluarga Isvara.


Maharani jugalah yang menekan Fauzan untuk melakukan ini, memberikan perhelatan pesta yang mewah, di tempat yang mewah, hal ini semerta-merta demi memulihkan status sosialnya yang kemarin baru saja tercoreng.


Karena itu mereka perlu bebenah diri, memperlihatkan status sosial kekayaan keluarga Isvara sehingga harga kedua putri mereka berdua kembali di harga yang tinggi.


"Kalian baik-baik saja disana, dan tunggulah kedatanganku!Ok!," jawab Khansa lagi, lalu menutup sambungan ponselnya. 


Mengetahui jika undangan ini hanya sekedar kampanye meyombongkan diri maka Khansa pun menerimanya, sementara itu,  bagi Khansa karena lawan sudah menurunkan surat perang, maka dia tidak mungkin menolaknya.


Dia menyetujui datang ke undangan Maharani, dan juga mengabaikan hal-hal yang tadi Maharani pamerkan selama percakapan mereka di ponsel.


Sedari awal hal-hal mewah memang bukan tujuan Khansa, Khansa setuju untuk kembali dan menggantikan peran pengganti sebagai pengantin pengganti untuk keluarga Sebastian, hanya karena memang Khansa membutuhkan status ini untuk menguak rahasia puluhan tahun yang lalu, yang membuatnya terusir dari rumahnya sendiri, dan malah dijauhkan dari orang yang paling dia sayang dan yang paling menyanyaginya, yakni Kakek Isvara. 

Setelah Khansa mengakhiri panggilan, Khansa berjalan membuka ruang pakaian yang ada di kamarnya. Khansa membuka pintu ruang pakaian, detik selanjutnya dia tercengang, "Apa ini benaran untuk aku semua," gumam Khansa dengan nada terkagum.


"Wow … ini semuanya terlihat indah," puji kagum Khansa lagi.


Khansa pun memilah-milah pakaian yang sudah di urut tata dengan rapih oleh pelayan, satu deret kemeja, satu deret gaun, satu deret rok mini, satu deret tas bermerk seharga puluhan juta dengan berbagai model, satu deret sepatu. Belum lagi laci-laci transparan yang berisi ikat pinggang juga perhiasan.


"Paman Indra memang benar-benar berbakat," puji Khansa terhadap hasil kerjanya.


Ruang pakaian ini cukup luas, Khansa berjalan pelan untuk memperhatikan secara detail satu persatu apa yang terpampang, terpajang.


Kaki kecil imutnya melangkah pelan. Sementara, tangan imutnya meraih tas-tas yang terjejer rapi dan mengamati lekat-lekat lalu menaruhnya kembali di raknya.


"Benar-benar keluarga kaya," gumam Khansa.


Berteman dengan Emily tentu saja membuat Khansa mengetahui tentang tas-tas mahal. Ruang pakaian ini sudah disiapkan sejak dia menikah ke sini, Ruang pakaian ini benar-benar ruang idaman semua wanita.


Khansa membuka sebuah lemari kecil, dia melihat berbagai model baju tidur di dalamnya, ada yang biasa, ada juga yang seksi.


Wajah Khansa langsung merona karena malu. Emily pernah bilang, seorang pria yang terlihat semakin baik di luar, dan pakaiannya selalu rapi, maka hatinya akan semakin bernafsu.


"Ya Tuhan, mengapa pinggang kencang itu malah terbayang-bayang lagi?" gumam Khansa dengan gusar, karena baru saja berpikir mesum lagi. 


"Apa benaran? Jika dia bernafsu tinggi," pikir galau Khansa seraya memiringkan kepalanya.


"Hish … mengapa berpikir tentang itu lagi seh," gumamnya gusar seraya memukul pelan kepalanya.


Gerakan tangan Khansa terhenti, "Ei tapi, dia itu kan suami aku. Jadi masih boleh jika berpikir mesum dengannya, bahkan bertindak mesum dengannya juga diperbolehkan, sah"! gumam Khansa lagi sambil tertawa kecil mentup mulutnya dengan kedua tangannya, karena merasa antara senang dan lucu.


Khansa segera menutup lemari tersebut, kemudian memilih sebuah gaun panjang untuk dikenakan, gaun tersebut benaran membentuk lekukan tubuhnya. Khansa juga memilih tas dan sepatu yang senada dengan gaunnya. Khansa duduk di meja riasnya yang besar itu. Membuka laci meja riasnya, dan di dalam laci tersebut tersusun rapih peralatan dan produk make up, meski tinggal di desa, namun selalu dikunjungi  tamu kelas atas seperti Emily maka Khansa terbiasa melihat alat dan produk make up tersebut, dan bisa mengapplikasian cara memakainya di wajahnya. Khansa menyisir rapi rambut hitamnya itu lalu setelah selesai dia pun pergi menuju ke Hotel Royal, supir keluarga Sebastian mengantarkan Khansa pergi kesana. 


Hotel Royal bintang 6. Khansa memasuki lobi, saat hendak naik ke lantai atas dengan lift, dia bertemu dengan Jane.


“Eh Khansa, udah datang ya. Baguskan? Ini hotel bintang 6, Hotel Royal namanya, kalau bukan karena Jihan ingin kamu hadir di pesta ulang tahunnya, gadis kampungan kayak kamu mana mungkin bisa datang ke tempat berkelas seperti ini seumur hidup!” Ejek Jane dengan sok-sok’an.


Khansa menekan tombol lift, lalu pura-pura menghela nafas, “ Hmm … anjing siapa sih ini, bisa-bisanya ngak diikat dan dibiarkan gigit orang sembarangan.”


Ekspresi wajah Jane sektika berubah, “Hei kamu!”


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 19"