Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 14

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 14 : SELEMBAR CEK


Simon merasa sangat aneh, kok bisa ada yang menyebut Leon sebagai sugar baby. Ini sama saja seperti sedang mencari mati, menyerahkan nyawanya dengan cuma-cuma.


Memang benar Leon selama ini hampir tidak pernah menampilkan identitas dirinya di depan khalayak umum, hanya sedikit saja yang mengetahui bagaimana rupa Leon ini.


Karena selama ini Leon tinggal di Villa Anggrek, yang tidak bisa dimasuki oleh sembarang orang. Tapi baru kali ini Simon melihat, ada seseorang yang seperti baru saja kehilangan setengah otaknya, dengan lantang beraninya merendahkan orang lain.


Simon memperhatikan Jihan lagi, kira-kira apa yang akan dilakukan Jihan.  Setelah Jihan mengeluarkan secarik cek itu lalu dia berkata dengan malu-malu pada Leon kalau dia akan menafkahinya, dan membujuknya lagi agar dia mau meninggalkan Khansa.


Simon benaran menahan tawanya dan langsung saja mengacungkan dua jempol untuk keberanian Jihan ini, sekaligus untuk kebodohan Jihan. Ketika  mendengar janji Jihan yang akan menafkahi Tuan Muda Leon.


Leon adalah Tuan Muda dari keluarga Sebastian, cukup hanya dengan duduk saja sudah bisa menghasilakan ratusan juta melalui transaksi yang dia lakukan yang cukup dia lakukan melalui ponselnya, jadi sudah pasti hidupnya tidak perlu dijamin oleh orang lain.


Leon masih meletakkan tangannya di dalam saku celana, dia lalu segera tertawa kecil dengan sinis ketika mendengar tawaran Jihan lagi. Leon tidak menolak atau merasa dipermalukan, tapi wajah Jihan malah memerah karena senyuman ini. Jihan juga tidak tahu apa alasannya bisa malu di hadapan seorang sugar baby.


“A… Apa yang kamu tertawakan?” tanya Jihan sambil menepuk-nepuk pipinya karena merasa wajahnya menghangat.


Leon mengernyitkan alis, “Tidak apa-apa, percaya diri itu bagus, tapi lebih baik kamu pulang dan banyak berkaca.”


Dengan acuh tak acuh, Leon membalikkan badan lalu melihat Khansa yang ternyata sedari tadi menyaksikan jika saudara tirinya itu  terlihat sedang merayui suaminya ini.


Simon menyaksikan tontonan ini dengan hati berdesir hebat, karena hal rayu merayu tadi terlihat oleh kakak iparnya ini! Maka Simon berpikir jika akan ada kejadin seru selanjutnya.


"Kak! Bagaimana ini? Kakak ipar sedari tadi memperhatikanmu lho?" bisik Simon kepada Leon.


Leon yang tadinya masih arogan langsung mengeluarkan kedua tangannya dari saku celana sambil menjelaskan, “Aku tidak melakukan apa pun, kamu juga sudah lihat kalau Jihan yang menggodaku,” ungkap Leon seraya mengangkat kedua tangannya, seperti posisi orang yang sudah menyerah.


Sesaat kemudian, pria yang dingin itu langsung berbicara dengan polosnya untuk mengadu pada Khansa.


"Tanyakan pada dia!" ujar Leon lagi seraya menunjuk kepada Simon sebagai saksi untuk membenarkan perkataannya. 


"Ini benaran aku sama sekali tidak menggoda saudara tirimu itu!" ujar lirih manja Leon.


Hal ini hampir membuat Simon syok  sampai seakan-akan kakinya terasa lunglai ringan bagai kapas. Sementara itu, membuat Jihan semakin sakit hati.


Ibarat menabur garam di atas luka, sungguh hati Jihan terasa perih ketika melihat Leon, sugar baby yang diincarnya dengan susah payah malah memilih menja dengan gadis desa sepertu Khansa.


"Hei! Itu sejak kapan Kak Leon menjadi manja kepada wanita, cari perhatian sekali," gumam Simon dengan bingung seraya mengusap-usap tengkuknya sendiri karena merasa merinding. 


"Iya! Apa yang kak Leon katakan itu benar, dia yang menghalangi jalan Kak Leon dan malah merayunya mati-matian," jelas Simon kepada Khansa.


Khansa berdiri di depan Jihan, lalu bersedekap, berdecak mengejek seraya menggelengkan kepalanya. Khansa dan Jihan pun mulai berdebat dan bertengkar.


"Apa kau ini sedang berebut sugar baby dengan aku?" tanya Khansa dengan nada menyindir.


"Kau … kau tidak pantas berbicara sombong di depan aku. Bersama aku maka kehidupan sugar baby ini akan terjamin," jawab Jihan tak kalah sombongnya. 


"Dan kau! urusi saja suami penyakitanmu itu," ujar Jihan meledek. 


"Apa kau tahu? Khansa ini sudah bersuami," tukas Jihan sambil melihat ke arah Leon, seakaan ingin memberitahu kebenaran yang telah Khansa sembunyikan. 


"Kasihan suaminya! Karena penyakitan malah membuat istrinya ini menjadi wanita liar lalu mencari sugar baby," ujar Jihan ingin meprovokasi Leon, namun malah tanpa diketahui dirinya baru saja menghina Leon di depan wajahnya sendiri.


"Aku adalah wanita lajang, bersama aku tidak akan ada masalah di kedepan hari," bujuk Jihan lagi kepada Leon.


"Hidupmu akan senang dan penuh dengan  kemewahan jika kau mengikuti aku," tukas sombong Jihan sambil menunjukam wajah arogannya.


Khansa pun tertawa sedikit terbahak-bahak, sambil memegangi perutnya, "Ah! Kau ini sungguh lucu sekali, benaran lucu," ujar Khansa sambil melirik Leon yang wajahnya sudah menghitam karena menahan marah karena dikatai penyakitan secara langsung.


Akhirnya Khansa meminta Leon memberitahu pada Jihan tentang status kepemilikan diri Leon, "Katakan kepadanya kau ini pria milik siapa?" ujar Khansa seraya bergelayut manja kepada Leon.


Leon sangat senang ketika Khansa berlaku manja kepadanya seperti ini, terlihat menyerupai seekor kucing kecil yang sedang bermanja dengan tuannya, ditambah ketika  Khansa meminta kejelasan tentang hal status mereka dengan suara khas manja Khansa.


“Milik Sasa,” jawab Leon sambil merangkulkan kedua tangannya ke pinggul ramping Khansa tersebut, lalu mengecup ringan puncak kepala Khansa.


Lagi-lagi aroma wangi Khansa benar-benar menguasai seluruh syaraf-syaraf di tubuh Leon. Dan itu tadi benaran telah membuat Leon seperti mengalami kelumpuhan dalam sepersekian detik. Sementara itu, Hati Khansa malah merasa berdebar ketika mendengar  Leon mengatakan jawabannya itu.


Khansa segera menarik pandangannya dan mengarahkan kembali kepada Jihan untuk menyembunyikan kegugupannya dan debaran jantungnya yang seakan ingin melompat keluar dari tempatnya.


Khansa memperingati Jihan lagi, “Jihan, aku akan lupakan tentang  masalah hari ini. Tapi, lain kali jangan salahkan aku kalau tidak sungkan padamu jika aku melihatmu menggoda priaku lagi!


"Apa sampai sini kau sudah paham!" ujar Khansa menegaskan kembali peringatan yang baru saja dia katakan.


Khansa menarik  tangan Leon, “Ayo kita pergi.”


Jihan menatap nanar sekaligus benci kepada Khansa yang pergi begitu saja meninggalkannya dalam suasana malu, berpikir mengapa gadis kampung tersebut begitu beruntung bisa membuat pria setampan Leon menjadi sangat menyukainya.


Tingkat kebencian Jihan kepada Khansa pun menjadi meningkat, bukan hanya bertambah satu tingkat,  bahkan saat ini sudah menjadi lebih berlipat-lipat dari sebelumnya.


Simon yang berada di samping berkata, “Kakak iparku benar-benar keren!” pujinya. 


Tiba-tiba saja Simon menjadi pengagum berat Khansa, gadis kecil yang begitu cerdas, yang tidak goyah meski keluarganya sendiri yang malah berlaku jahat dan menindas dirinya.


Jihan sangat emosi. Dari awal dia sudah pernah melihat kehebatan bicara Khansa, tapi dia tidak menyangka ucapan Khansa akan begitu kejam dan benar-benar mempermalukan harga dirinya sebagai Nona Muda Isvara.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 14"