Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 12

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 12 : SUAMI CEMBURU


Leon menekan tubuh Khansa dengan posisi wajah Khansa yang menghadap ke dinding, Khansa mengenali suara itu adalah milik Leon, suaminya. Dia memutar kepala dan memang itu benaran Leon.


Keduanya mulai saling bertanya dalam hati. Khansa penasaran kenapa dia bisa ada di sini. Dan Leon juga sama penasarannya seperti Khansa, ada hubungan apa dia dengan pak Arman dan tarian tiang pole yang tadi dia lihat itu tadi tentang kesepakatan apa. 


"Apa Nyonya Sebastian sedang bermain rahasia denganku?" bisik Leon di telinga sebelah kanan Khansa. 


Khansa mendorong tubuh Leon, "Masalah aku! Maka aku akan menyelesaikannya sendiri," jawab Khansa tak mau dibantah dan dengan tatapan tegasnya. 


Khansa tidak ingin jika Leon ikut campur dalam urusannya. Khansa berkata, mengingatkan kalau mereka punya perjanjian dan tidak saling ikut campur urusan masing-masing, dan lain-lain. 


Sebelum selesai bicara untuk mengingatkan, Leon malah menciumnnya dan setelahnya dia berkata, “Dalam perjanjian tertulis kalau aku tidak boleh menciummu dan kini aku sudah menciummu, memang kamu bisa berbuat apa padaku?”


Khansa yakin orang ini hanya mau mencari alasan saja. Saat ini pak Arman mendesak sambil mengetuk pintu kamar mandi karena sudah merasa tidak sabar, pak Arman berbicara dengan Khansa.


"cantik mengapa lama sekali, apa sudah selesai?" 


Pak Arman terus saja mengetuk-ngetuk pintu kamar mandi itu. Saat mau  bicara lagi, Khansa merasa Leon menciumi bibirnya tanpa halangan cadar. Beberapa kali sebelumnya, Leon mencium Khansa dengan dibatasi cadar, kali ini Leon menciumnya dengan langsung.


Khansa yang awalnya sudah tegang, pikirannya langsung jadi kosong dalam sejenak, dia sepertinya mencium aroma badan pria yang bersih itu. Leon merokok dan menyisakan aroma tembakau yang ringan.


Leon tidak memejamkan mata, dia melihat sepasang mata indah milik gadis itu. Khansa menarik pandangannya dan terlihat kekacauan dalam bola mata yang berbinar itu, sangat polos sekali.


Leon teringat tarian tiang Khansa yang hot barusan malah semakin memperkuat ciumannya itu dan membuat Khansa menjadi sulit untuk bernapas. Tangan kecil Khansa mulai meronta-ronta, memukul kecil ke dada Leon.


Sambil mencium Khansa Leon berpikir, kadang kala Khansa-nya ini lucu terkadang juga licik, mirip seperti seekor rubah kecil sekaligus mirip seperti landak.Tapi, Khansa polos sekali ibarat selembar kertas putih dalam hal percintaan. Saat Leon memikirkan hal ini, Khansa tiba-tiba menggigit bibir Leon dengan kuat.


Sshhh… Leon menjauh dari Khansa dan merasa bibirnya terluka karena digigit, dia sudah merasakan darah yang berbau anyir itu.


“Kamu ini anjing kecil, ya? Suka sekali menggigit orang.” Leon mengusap bibirnya yang terluka akibat gigitan Khansa.


Khansa sedikit marah, "Kau jangan keterlaluan!" ujar Khansa menekankan nada suara marahnya. 


Melihat siratan mata Khansa yang memang memancarkan kemarahan Leon pun meminta maaf.Khansa berkata pada Leon kalau dia tidak akan berlaku sembarangan selama menyandang status nyonya Sebastian. Tapi, bukan salah Khansa kalau pria lain menyukai dirinya dan meminta Leon jangan menindasnya karena hal itu. Leon secara tak sengaja jujur kalau dirinya cemburu.


Khansa sedikit terkejut. Namun, kesadaranya kembali ketika Pak Arman yang berada di luar kembali mendesak, dia berkata mau mandi bersama dengan Khansa, itu terdengar sangat menjijikkan bagi telinga Leon.


Leon pun jadi terlihat kejam. Leon tertawa menyeringai, “Aku saja tidak pernah berpikir untuk mandi bersamamu, apa hak dia?” 


Nada suara Leon terdengar cemburu lagi, wajah Khansa memerah, Khansa menarik Leon lebih dekat kepadanya lalu menghiburnya dengan suara pelan.


“Tuan Leon jangan marah, nanti aku akan membantumu melampiaskan amarahmu.”


“Serahkan orang ini padaku!” tukas Leon yang dengan serampangan segera ingin membuka pintu yang sedari tadi diketuk oleh Pak Arman.


"Issh … kau ini!" tukas Khansa lagi seraya nanarik lengan Leon lagi.


“Tidak bisa! Tuan Leon, dulu aku pernah bilang kalau aku tidak ingin mengandalkan orang lain dan membuat diri sendiri jadi lemah dan pengecut. Oleh karena itu, aku akan menyelesaikan urusanku sendiri, kau jangan ikut campur.” Khansa bersikeras seraya menahan gerakan Leon.

Leon melihatnya sekilas dalam diam. Berpikir jika duri landak istrinya saat ini benar-benar telah dimunculkan semua di seluruh tubuhnya, karena itu Leon patuh pada Khansa, dirunya juga penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh istri kecilnya ini.


Melihat Leon telah patuh, maka Khansa pun melanjutkan rencananya, “Kau di sini saja dulu, aku keluar dulu.” Khansa membuka pintu kamar mandi dan berjalan keluar.


……


khansa segera saja menutup pintu kamar mandi, melihat Khansa keluar Pak Arman nampak sedikit bingung."Tidak jadi mandi?" 


"Tidak, itu bisa nanti saja," jawab sembarang Khansa. 


Pak Arman yang sedari tadi sudah menyimpan gerakan-gerakan mesum di kepalanya, halusinasi tentang bagaimana cara meniduri Khansa, dengan impulsifnya Pak Arman menerjang ke arah Khansa yang baru keluar itu.


"Tunggu dulu! aku ingin dalam suasana gelap!" pinta Khansa. 


"I-ini adalah pertama kalinya buat aku!" ujar Khansa manja.


Pak Arman pun mengikuti kemauan Khansa, karena pikiran mesumnya sudah mau meledak keluar dari ubun-ubun kepalanya itu.


Tepat ketika ruangan menjadi remang- remang, Khansa mengeluarkan jarum peraknya dan langsung saja menancapkan di atas puncak kepala Pak Arman, puncak tengah kepala termasuk salah satu titik yang bisa memicu menaikan libido atau gairah.


Maharani merasa tidak tenang, dan jadi dia menguping dari luar pintu, yang dia dengar hanya beberapa suara aneh, kemudian kembali hening.


Awalnya Maharani merasa aneh karena Khansa mengiyakan hal ini dengan mudah. Saat ini dia jadi lebih khawatir dan segera masuk ke dalam.


"Pak Arman, apa yang terjadi?”


Tidak ada orang di dalam kamar. Juga tidak ada orang di atas ranjang. Maharani merasa kebingungan, saat dia berbalik, pak Arman yang sudah melepaskan bajunya tiba-tiba menerjang dan memeluk Maharani.


“Cantik, ayo temani aku bersenang-senang.”


Cahaya remang-remang membuat samar antara Maharani dan Khansa, dengan gairah libido yang memuncak Pak Arman semakin tidak bisa membedakan mana Khansa mana Maharani.


Pak Arman dengan tidak sabarnya malah mendorong Maharani ke ranjang besar dikamar itu, sudah tak tahan lagi.


"Lepas, ini aku! Nyonya Isvara!?" teriak Maharani. 


"Kenapa jadi tidak kenal?" ujar Maharani dengan suara takut gemetar.


Maharani mencoba lepas dari jeratan Pak Arman, namun ditangkap lagi  oleh Pak Arman yang kekuatan tenaganya menjadi seperti kekuatan kuda berlari itu.


Pak Arman melemparkan kembali tubuh Maharani ke atas ranjang besar itu lagi, rambut dan pakaian Maharani sudah tidak beraturan lagi.


Maharani yang masih kebingungan ditindih ke atas ranjang, pak Arman sudah membuka kancing pakaian Maharani dan menjempitkan kedua kakinya seperti binatang buas di atas tubuh Maharani.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.


Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 12"