Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 11

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 11 : TARI TIANG


"Duduk!" perintah Leon kepada Simon. 


"Tapi Kak!" gumam Simon.


"Tidak usan ikut campur, kita lihat saja!" ujar Leon. 


Leon menahan Simon dan meminta cukup melihat kejadian selanjutnya saja. Dia juga meminta Simon menonton kejadian ini dengan tenang. Simon masih bingung, tapi akhirnya dia duduk dan melihat ke seberang.


Kali ini Maharani sendiri yang membawa Khansa ke Bar 1998, untuk memperbaiki hubungan dengan pak Arman. Sebelumnya Khansa sudah mengacaukannya dan kali ini dia mau mengawasinya agar permintaan maaf ini tidak dikacaukan lagi.


Keduanya meminta maaf pada pak Arman, pak Arman merasa marah saat teringat kejadian dijadikan umpan untuk anjing serigala itu.


"Apa kalian pikir mudah untuk meminta maaf, kalian pikir siapa kalian?" ujar Pak Arman dengan ketus. 


Melihat Khansa yang hanya diam saja malah semakin membuat pak Arman kesal hati, Maharani melihat ini lalu menyenggol bahu Khansa, dan memberikan tatapan kepada Khansa agar merayu Pak Arman.


Melihat Khansa yang masih diam saja, maka Pak Arman pun memikirkan sebuah ide. Dia meminta Khansa untuk meminum wine, tapi Khansa menolak.


Maharani jadi penengah dan meminta pak Arman memikirkan ide baru yang lebih menarik agar Pak Arman yang di depannya mau memaafkan keluarga Isvara.


"I-ini Pak Arman … Khansa ini kan besar di desa dan baru saja datang ke Kota. Benaran lho dia ini tidak terbiasa dengan meminum wine," jelasnya seraya membujuk Pak Arman agar tidak marah.


"Bagaimana jika dengan cara lain saja?" usul Maharani.


Dari semula Pak Arman melihat Khansa, memang sudah benaran sangat tertarik, pikiran mesumnya sudah menari-nari di kepalanya.


Melihat mata Khanza bagaikan kilau manik yang bercahaya, bulu mata yang lentik, kulit lembutnya yang seputih salju, rambut hitamnya yang lembat dan alis seperti pohon Willow. 


Pak Arman membayangkan bibir Khansa yang ada di balik cadar kain yang tipis itu, memikirkan  itu pasti terlihat indah dan pasti akan sangat nikmat untuk dikecupi.


Pak Arman pun memiliki sebuah ide, Pak Arman melihat kearah panggung, di sana ada tiang pole. Pak Arman pun meminta Khansa menari di tiang pole.


Pada masa kini, tari tiang sudah menjadi sebuah seni tari sekaligus sebuah olah raga yang bagus untuk mengencangkan otot-otot dan sudah banyak diminati oleh khalayak umum, terutama wanita muda baik yang sudah menikah mau pun yang belum menikah. 


"Bagaimana?" Pak Arman bertanya sekali lagi pada Khansa.


"Jika hanya menari, maka aku akan melakukannya," ujar Khansa yang akhirnya mengeluarkan suaranya. 


Mendengar Khansa telah bersedia menari tarian tiang, dalam hati Maharani senangnya bukan main. Beranggapan ini adalah saat yang memang dia tunggu-tunggu untuk mempermalukan Khansa, membalas perbuatannya kemari yang menpermalukan dirinya.


Senyuman licik Maharani menggeliat, menghiasi wajahnya di saat Khansa mulai berjalan naik keatas panggung. 


Khansa melap tangannya dengan salah satu serbet yang dia ambil tadi dari atas meja. Khansa mulai memegang tiang pole dan bersiap menari. 


Tangan Kanan Khansa  terjulur ke atas memegang tiang,  kaki Khansa menjijit untuk memudahkan saat berputar.  Khansa menarik pinggul sedikit menjauhi tiang. Dan siap  melakukan putaran pada tiang.  


Sejak kecil Khansa terbiasa menjaga keseimbangan tubuhnya, tinggal di desa kerap kali membuat Khansa memanjat pohon hanya karena ingin mengambil buah kesukaannya untuk camilan.


Jadi ketika Khansa memutari tiang pole ini dengan badannya,  Khansa tidak mengalami kesulitan sama sekali, bergelayutan pada tiang melawan gravitasi bumi.


Gerakan Khansa terlihat semakin indah ketika Khansa, memposisikan satu tangannya menjulur di atas kepala dengan memegang tiang.


Kemudian, tangan satunya memegang tiang sejajar dengan dada. Khansa sedikit membuka kakinya, Lalu melakukan putaran menurun. 


Khansa melakukan putaran. naik kembali dengan tangan dan kedua kakinya yang terlihat seperti sedang memanjat tiang pole tersebut.


Gerakan Itu terlihat indah, Kedua kakinya bisa berlama-lama menari gemulai tanpa menyentuh lantai. Sesekali ia menyelipkan gerakan tari balet sambil terus berputar di tiang.


Khansa berputar lagi dengan gerakan kaki yang seakaan seperti sedang melakukan gerakan bejalan di udara.


Sebagai gerakan penutup, Khansa menyatukan kedua tangannya dan juga kakinya, lalu perlahan berputar turun dan mendarat dengan sempurna indah di lantai panggung.


Khansa memakai gaun putih. Tariannya indah sekali sampai pandangan seluruh orang di ruangan itu tertuju padanya.


Leon dan beberapa temannya yang melihat dari ruangan juga merasa terpukau, mereka lalu mengejek Leon tentang pernikahan pengantin pengganti ini, dan terakhir bertanya pada Leon apakah mau pergi menghajar pak Arman atau tidak.


Pak Arman kembali jadi mesum setelah melihat tarian itu dan mau menarik Khansa ke dalam ruangan, air liur pak Arman terasa seprti akan menetes-netes melihat tarian indah Khansa tadi.


Setelah ini mungkin saja tidak akan ada lagi wanita yang berani menari tiang di Bar 1998, karena dewi tari tiang baru saja turun ke kota. 


Pak Arman dengan senyuman mesumnya mencoba membujuk Khansa agar kali ini bernaran rela ikut dengan pengaturannya.


"Aku akan memberikanmu saham jika kau mau turut apa kata aku," janji Pak Arman.


Maharani mencubit lengan Khansa, memberi tanda agar Khansa mau menuruti kemauan Pak Arman. Tujuan Maharani adalah agar Pak Arman berinvestasi pada bisnis keluarga Isvara. Namun, ketika mendengar Pak Arman akan memberikan sedikit saham pada Khansa maka Maharani pun semakin rakus serakah.


Khansa pun setuju dan ikut ke dalam ruangan bersama pak Arman. Leon berdiri dan melangkah pergi, Simon dan yang lainnya juga mengikutinya. 


Di depan pintu ruangan yang mewah, Maharani memperingati Khansa agar tidak macam-macam lagi kali ini.


Maharani juga berjaga di depan pintu kamar suite VVIP tersebut, "Hah! Kita lihat, aku berjaga disini kau bisa melarikan diri kemana lagi," gumam Maharani yang berpikir jika Khansa tidak bisa pergi seperti sebelumnya karena ini ada di lantai yang cukup tinggi.


Pak Arman sedikit buru-buru dan langsung menerjang begitu pintu ditutup, Khansa menghentikannya dengan berkata kalau ingin mandi dulu. Khansa masuk ke kamar.


Pak Arman sudah tidak sabar dan menerjang kemari, “Cantik, ayo biarkan aku menciummu.”


Khansa berhasil menghindar, “Pak Arman, jangan buru-buru, lagian aku juga tidak bisa pergi lho. Aku mau mandi dulu.”


“Mandi bersama, ya?” ujar pak Arman seraya mengikuti langkah Khansa.


Saat pak Arman mengikutinya, Khansa langsung mengunci pintu kamar mandi begitu masuk ke dalam. Tapi, sesaat kemudian Khansa bergerak dengan cepat karena ada orang di dalam kamar mandi ini! Khansa memegang sebuah jarum perak dan berbalik untuk menusukkannya ke badan orang itu.


Saat ini ada sebuah tangan besar yang otot-otot tangannya terlihat jelas langsung segera menahan pergelangan Khansa yang ramping, kemudian menekannya ke dinding.


“Nyonya Sebastian, kamu sungguh ramah padaku.”


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.


Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 11"