Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 140

Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”

Hahaha Admina ga akaan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita
BAB 140 : PENCURI HATIMU.

Khansa merasa bingung dengan situasi yang berubah, dan mengapa tiba-tiba Carl menariknya keluar.

Para staf Oracle telah berdiri di masing-masing depan ruangan kerja mereka. Leon dengan langkah panjangnya berjalan di koridor, Tepat saat Carl dan Khansa Kaluar langkah Leon sudah berhenti di depan ruangan mereka.

Cahaya lampu sudah kembali normal, Leon mengernyitkan alisnya melihat tangan mungil landak kecilnya tengah di genggam oleh pria lain. Leon melangkah maju, Khansa segera menarik tangannya lepas dari genggaman Carl.

Khansa segera meberi tanda silang X dengan jari tangan mungilnya, memberi kode agar Leon tidak menyapanya, pura-pura tidak mengenalnya.

Meihat itu Leon mengusap-usap tengkuk lehernya, sambil tertawa kecil. Dalam hatinya sebuah rudal kemarahan sudah mau meledak. Leon mengatur intonasi suaranya, "Aku ingin meihat kinerja dari salah satu departemen, dan aku memilih departemenmu," ujar Leon sambil menunjuk ke arah Khansa.

Carl menghalangi tubuh Khansa dengan tubuhnya, "Jika begitu Tuan Sebastian, silahkan," ujar Carl.

Kedua pria ini saling memandang, ini kedua kalinya mereka bertemu, meski begitu mereka tetap saling mengenali. Mereka pertama kali bertemu dan berpisah ketika masih kecil dulu.

Carl adalah tuan muda kedua dari keluarga Sebastian, Professor Lexa adalah ibunya, waktu dulu Carl menjulurkan tangannya untuk menyapa kepada Leon. Tapi dengan acuh tak acuh Leon tidak membalasnya, dan kali ini dia melakukan hal yang sama.

Khansa segera membuka pintu ruangan lab mereka, "Silahkan Tuan," ujar Khansa.

Leon pun langsung masuk ke dalam. Leon memperhatikan seisi lab itu, lalu berbalik "Apakah di sini hanya kalian berdua saja?"

"I-itu ..." jawab Khansa terbata.

"Ya, hanya kami berdua saja di sini," ujarnya.

Leon mengetahui jika adik tirinya ini juga termasuk orang jenius dalam dunia medis, namun tidak pernah menyangka jika dia ternyata lebih memilih bekerja di Oracle Farmasi.

Leon memandangi landak kecilnya yang sedang berdiri di samping Carl, merasa tidak senang hati lalu berkata, "Apa kalian tidak bekerja?"

Khansa menoleh kepada Carl, menunggu perintah selanjutnya. Khansa mellihat tangan Carl menunjuk pada tumpukan dokumen lain.

"Saatnya mensupply bahan baku obat, liat daftarnya dan siapkan!" perintah Carl.

"Baik Tuan," jawab Khansa.

Leon duduk di sofa, menyilangkan kakinya sambil menyentuh-nyentuh layar tabletnya. sesekali melirik kedua orang jenius yang sedang bekerja dihadapannya itu. Sinar matahari pagi yang menyinari mereka dari balik jendela besar di ruangan lab semakin mempermanis siluet Khansa dan Carl.

"Hiish apa-apaan sinar matahari pagi ini, membuat mataku sakit," gumam pelan Leon.

Carl berdiri, Khansa masih serius dengan data-data yang Carl berikan. Tak berapa lama Carl datang dengan membawa mie instant cup lagi.

"Sarapan pagimu," ujarnya.

"Ah ya terima kasih Tuan, dan terima kasih juga untuk yang sebelummya," ujar Khansa.

"Sebelumnya," gumam Leon.

"Uhuk, uhuk, uhuk," Leon sengaja batuk dengan keras.

Khansa menoleh kepada Leon, lalu melihat mie cup instant yang sedang dia pegang, lalu dia bertanya, "Tuan Sebastian apakah sudah makan?"

"Belum," jawab Leon dengan cepat.

"Jika begitu, makan punyaku saja," ujar Khansa seraya berdiri ingin memberikan mie yang sedang dia pegang itu.

Tapi tangan Carl mencegahnya, "Kau makan saja," ujarnya.

Carl bangkit berdiri menghampiri Leon, "Ini seilahkan makan punyaku,"

Dari kecil sampai sebesar ini dia mana pernah menerima barang bekas dari orang lain, jelas sekali terlihat jika Carl ingin membuat hati Leon tidak senang.

Tapi Leon pada akhirnya mengambil mie itu, karena jika dia mengambil milik Khansa maka pasti Carl akan memberikan Mie miliknya kepada landak kecilnya itu.

Leon memakan Mie itu dengan rasa tidak senang hati, tiba-tiba saja mie itu terasa menjadi tawar di mulut.
Sampai siang hari Leon tidak mau beranjak dari sana. Ketika saatnya jam istirahat makan siang maka Khansa pun mendekati Leon, "Apa kau tidak bekerja?"

"Aku sedamg bekerja," jawab ringannya.

"Bekerja apanya? Sedari pagi kau terus menerus mengawasiku," protes Khansa.

"Mengawasi, bukankah itu sama saja dengan bekerja," jawabnya lagi.

"Oh ya ampun Direktur Sebastian," ujar Khansa mulai memarahi suaminya itu.

"Jika kau tidak pulang sekarang, maka jangan harap aku akan pulang malam ini!" ancam Khansa.

"k-kau ..." ujar Leon terbata.

Leon pun kalah dengan landak kecilnya ini, dia berdiri dan berdehem. Lalu bergegas pergi meninggalkan lab tersebut. Jika di sana pun hanya menusuk mata dan hatinya, jadi memang pilihan terbaik adalah pergi dari sana.

Rupa Carl masih tertera di ingatannya, Tubuh atletis dengan kaki panjang yang indah mendawai-dawai di pikirannya, memikirkan jika landak kecilnya akan setiap hari bersama Carl itu, telah menimbulkan rasa masam di hati Leon.

Ketika sore hari, Carl megajak Kahansa pergi ke tempat favoritnya. Sebuah taman kota, Carl sangat menyukai taman ini semenjak kecil. Jika membutuhkan ketenangan, cukup pergi ke taman ini maka itu sudah bisa menghibur hatinya.

Khansa membeli dua gelas kopi, dan memberikan satunya lagi kepada Carl. Keduanya menyesap kopinya dalam diam, lalu Khansa bertanya, "Kenapa menyukai taman ini?"

Aku suka pemandangannya sangat indah. Khansa menaikan satu alisnya, dan memperhatikan pemandangan di sekeliling taman. itu hanyalah pemandangan sepasang suami istri yang membawa anak-anak mereka sedikit bermain di taman.

'Sepertinya dia sedang merindukan keluarganya' pikir Khansa.

Carl membeli dua buah roti Sandwich, satu untuknya satu lagi untuk Khansa. Mereka memakannya sambil membahas tentang jurnal-jurnal terapi pengobatan yang terbaru.

Khansa melihat jam tangannya, berpikir ini sudah jam tujuh malam, makan dia pun pamit untuk pulang lebih dulu.

"Aku haru pulang sekarang," ujarnya.

"Tidak perlu," jawab Khansa.

"Aku bisa pulang pakai taksi," jawab Khansa lagi, lalu segera bergegas meninggalkan taman.

Khansa mengehentikan sebuah taksi, Tak berapa lama setelah kepergian Khansa. Dua orang tinggi tegap memakai setelan jas rapih datang dan langsung duduk di sebelah Carl.

"Nyonya saat ini sedang berusaha mendapatkan sebuah jurnal medis," lapor dua pria itu.

"Terakhir, dia berkunjung datang ke indonesia. berdasarkan informasi yang di dapat jurnal itu ada di sana," jelas salah satu dari mereka.

"Namun, sepertinya belum mendapatkan semua jurnal yang sedang di cari," lapornya lagi.

Carl berdiri, menarik napas dan memejamkan matanya sebentar, lalu berkata "Halangi!"

Carl meninggalkan dua asistennya itu, dan berjalan layaknya seperti orang biasa, menanggalkan gelar jenius dan kekayaanya.

Khansa sampai di rumah, dengan berjalan pelan mengendap-endap. Tiba-tiba lampu rumah menyala, terdengar suara magnetis Leon, "Apa kau ini pencuri? Mengapa mengendap-endap?"

Khansa tersenyum, lalu berkata "Ya benar aku pencuri ... aku adalah pencuri hatimu," jawabnya sambil mengedipkan matanya.

Bantu admin yah kak dengan klik ... biar admin semangat postnya

Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya

Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.


Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 140"