Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 86
Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”
Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰
BAB 86 : BAYI AJAIB
Nyonya Wadana sangat marah, lalu bertanya dengan marah, "Apakah dia selirmu?"
Tuan Wandana tidak berani mengakuinya, Tuan Wandana melihat sabuk ikat pinggang yang masih di pegang oleh Nyonya Wandana, khawatir jika sabuk itu malah ikut melayang ke tubuh gendutnya itu, jadi menyangkal adalah jalan yang terbaik.
"Istriku, ini tidak seperti yang kau kira. Maharani ini adalah putri angkatku," jawab Tuan Wandana dengan nada membujuk.
"Hah! Putri angkat? Sejak kapan kau memiliki putri angkat!" hardik marah Nyonya Wandana.
"Dan mengapa tidak memberitahu aku, jika ingin mengadopsi anak!" hardik Nyonya Wandana semakin marah.
Nyonya Wandana tidak percaya dan mulai melabrak Maharani lagi dengan habis-habisan. Nyonya Wandana menendang Maharani yang sedang terduduk menahan sakit di sekujur tubuhnya. Nyawa Maharan serasa ingin lepas dari tubuhnya. Merasakan perih di sekujur tubuh dan juga sakit karena tendangan Nyonya Wandana.
Melihat Nyonya Wandana ingin memukul lagi, Maharani segera saja bersujud memegang kaki Nyonya Wandana, "Mama angkat, benaran aku dan Papa angkat tidak ada hubungan apa-apa."
"Hari ini adalah perayaan hari jadi pernikahan aku dan suamiku, karena itu mengundang papa angkat," jelasnya lagi.
Fauzan sangat benci pada Maharani, tapi tidak berani membesarkan masalah karena memerlukan dana investasi.
Fauzan pun berdiri dan berkata, "Nyonya! Memang benar Maharani adalah istriku dan ini adalah pesta perayaan hari jadi pernikahan kami."
Fauzan membantu Maharani menjelaskan pada Nyonya Wandana, barulah Nyonya Wandana percaya dan kemarahannya reda sedikit. Nyonya Wandana menoleh ke arah Tuan Wandana.
"Nah kan! Sudah kubilang bukan, jika ini hanya putri angkatku saja," tukas Tuan Wandana.
"Bukankah aku sudah memberimu seorang putri, mengapa masih mau mengangkat putri orang lain untuk menjadi putrimu!?" tanya marah Nyonya Wandana.
"I-itu . . . aku . . ." tuan Wandana kesulitan menjawab
Semua orang mulai bergosip. Pandangan mereka mulai berubah tentang hubungan Papa angkat dan putri angkat ini.
[Tak disangka, ratu film ini ternyata seorang gundik]
[Sudah memiliki suami kaya, tapi malah tak puas dan mencari pria yang lebih kaya lagi]
[Benar-benar penuh drama sekali hidupnya]
Tuan Wandana segera saja memeluk istrinya itu, lalu mencoba membujuknya lagi.
"Jika kau tidak suka, maka hari ini juga aku anggap dia ini bukan putri angkat aku lagi. Kedepannya aku tidak akan berhubungan dengan dia lagi."
"Jangan marah, nanti darah tinggimu naik. Jangan sampai sakit," ujar Tuan Wandana.
Arief Wandana bersedia putus hubungan ayah dan anak angkat dengan Maharani demi menyenangkan hati Nyonya Wandana. Maharani merasa dunianya semakin hancur, dukungannya telah hilang. Sekarang dirinya hanya terlihat seperti butiran debu di mata Fauzan. Wanita tak berguna.
Khansa mendekati Jihan yang terpaku lemas melihat keadaan ibunya, lalu berkata, "Bagaimana rasa bawangku, pedas di mata dan di hati bukan?"
"Kau seharusnya memahami pepatah, yang mengatakan, pemenang selalu tertawa di akhir," cibir Khansa kepada Jihan.
"Jadi aku sudah sepadan belum, untuk bisa melawan nenek sihir yang bernama Maharani!" ledek khansa lagi sambil bersedekap di hadapan Jihan.
"Minggir kau! ujar marah Jihan sembari mendorong tubuh Khansa.
Khansa kembali menikmati pertunjukan yang di sutradarai olehnya, sekaligus penulis Skenarionya.
Nyonya Wandana masih memandangi Maharani dengan tatapan jijik, lalu menoleh dan berkata dengan marah kepada Tuan Wandana, "Pulang! Aku akan memperhitungkan tentang ini di rumah nanti."
Baru saja beberapa langkah mereka pergi,
Layar di ruangan tiba-tiba hidup, awalnya mau memutar video kemesraan Fauzan dan Maharani beberapa tahun ini, tapi malah jadi sebuah video lain.
Arief Wandana dan Maharani, sedang berada di salah satu kamar suite. Dengan cahaya remang-remang terlihat Maharani sedang menggeliat di atas ranjang besar. Dalam kamar tersebut nampak beberapa pria sedang tertawa senang. Ada sutradara, produser dan beberapa pengusaha.
"Ayo kita nikmati bersama sekaligus!" ujar Tuan wandana.
Di dalam video, Maharani masih muda dan sudah menikah dengan Fauzan. Maharani duduk di lantai dengan tercengang melihat video itu, berpikir darimana asalnya dan siapa yang melakukannya.
Kedua mata Nyonya Wandana terbelalak melihat video tersebut. Nyonya Wandana mendorong tubuh Tuan Wandana, lalu mulai memainkan sabuk ikat pinggang yang sedari tadi masih dia pegang di tangannya.
Maharani sangat putus asa, Nyonya Wandana memukuli Maharani tanpa ampun sambil merutuki.
"Dasar j*lang, pe*acur! Kau pantas mati!" hardik marah Nyonya Wandana seperti kesetanan.
Nyonya Wandana sangat lihai melakukan ini, nampaknya sudah banyak sekali wanita penggoda yang dipecut olehnya.
Maharani berteriak-teriak karena kesakitan, sabetan-sabetan itu terasa perih menusuk kulitnya. Maharani menjerit, menangis meminta tolong. Maharani terus minta ampun, tapi tidak ada yang membantu.
Di salah satu ruangan, Leon meletakan berkas dari tangannya. Lalu melihat video yang Hansen kirimkan kepadanya, dengan tambahan pesan yang berisi, "Kakak ipar sedang asyik bermain."
Video yang Hansen kirimkan adalah video Maharani yang sudah terlihat kacau balau, lalu video Khansa yang sedang duduk tenang menonton sambil sesekali memasukan anggur ke dalam mulutnya, dibalik cadar.
Leon menyeringai, tersenyum samar sambil bergumam "Gadis kecil ini suka sekali membuat kerusuhan."
"Apa tidak ingin bergabung?" tanya Hansen.
"Tidak, pekerjaanku banyak," jawab pesan singkat Leon kepada Hansen.
"Banyak apanya, jelas-jelas sudah ada di sini!" gumam Hansen sambil tertawa.
Melihat kakak iparnya sudah menang, Hansen memasukan ponselnya ke saku, lalu melangkah pergi, seraya berpikir jika kakak iparnya itu begitu cerdas dan mandiri, jadi tiada guna dia hadir mengawal ketika kakak iparnya telah bisa menjaga diri dengan baik.
"Aku jadi sangat ingin melihat anak kak Leon dan kakak ipar. Hmm . . . Kira-kira akan seperti apa ya? gumam Hansen sambil tertawa apakah akan mirip dengan Khansa, atau mirip dengan Leon, atau penggabungan keduanya.
Hansen menghentikan langkahnya, lalu berpikir, "Sepertinya aku akan sangat kesusahan jika sifat bayi Kak Leon dan Khansa, adalah penggabungan dari mereka berdua,"
"Astaga, itu sepertinya akan menjadi bayi ajaib! Yang akan mengonjang ganjingkan duniaku," pikir Hansen lagi dan sudah merasa bergidik hanya dengan memikirkannya saja.
Di kamar suite, Leon berdiri di depan jendela kamar yang tingginya hampir menyentuh langit-langit ruangan kamar itu. Leon tidak ingin menampakan diri, karena Khansa sudah mengabaikan dirinya dalam beberapa hari ini, semenjak kepergiannya ke Bali, dan kembalinya dari Bali, malah langsung menghadiri acara Fauzan dan Maharani.
"Kau ini mengapa sangat nakal sekali!" gumam Leon, seraya memandangi wajah Khansa di layar ponselnya. Leon waktu itu mengambil foto itu secara diam-diam ketika Khansa terpulas di lengannya, karena terlalu lelah ketika sudah mengacauka pertunangan Hendra dan Jihan.
"Apa aku perlu menghukummu nanti di rumah, karena selalu saja bermain permainan yang berbahaya," pikir Leon.
Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya
Bersambung
Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.
Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 86"