Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 81
Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”
Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰
BAB 81 : IKAT PINGGANG
"Hei! Hari nampak mendung. Ayo! Masuk."
Emily mengajak masuk ke villa resort, Emily mulai membahas lagi bagaimana kelanjutan nasib Maharani, "Em … apakah analisamu itu akan benar terjadi?"
"Tentu saja! Aku adalah bukti nyatanya," Jawab Yakin Khansa.
"Mengapa ayahmu itu bodoh sekali!" hardik Emily.
"Pelaku dan bukti kejahatan sudah ada di depan mata. Tapi, malah tidak mau melihatnya!" gumam kesal Emily.
"Gajah di depan mata tidak terlihat, semut yang jauh terlihat" Emily mengumpamakan Maharani sebagai gajah dan Khansa sebagai semut.
Jelas-jelas Maharani yang berlaku jahat, tapi Fauzan Isvara enggan melihat kesalahannya. Sementara, Khansa yang tidak melakukan apa-apa malah selalu disalahkan.
"Ayahmu itu, orang terbodoh di dunia," hardik Emily lagi.
Emily masih penasaran kenapa Khansa tidak membiarkan Leon menghabisi semua musuh-musuh Khansa.
"Malam itu, kenapa kau malah menelpon aku?" tanya Emily.
"Karena nomormu adalah nomor pertama yang ada di daftar nomor darurat aku," jawab ringan Khansa.
"Mengapa bukan nomor suamimu?" tanya Emily.
"Aku belum sempat mengganti, menyeting ulang," jawab sembarang Khansa.
"Bagaimana cara kau melepaskan diri dari mereka, kau pasti tidak pingsan bukan saat itu?" tanya Emily dengan penasaran.
"Tentu saja tidak!" jawab Khansa dengan bangga.
"Ketika mereka mencoba membiusku aku mencoba menahan nafas agar indera penciumanku tertutup. Sedari kecil aku sudah akrab dengan tumbuhan herbal, sehingga aku tahu mana makanan, minuman,
dedaunan sayur yang bisa menperkuat paru-paru kita," jelas Khansa.
"Jadi kau benar-benar menahan napas sampai lebih dari satu menit? Karena itu kau tidak pernah pingsan." ujar Emily.
"Kau ini! Apa kau baru sehari ini mengenal aku hah!" Jawab Khansa lagi atas pertanyaan Emily.
Emily berpikir, sedari kecil Khansa akrab dengan tanaman obat, jadi kemungkinan besar dia jadi kebal dengan obat bius itu, karena Khansa juga kebal terhadap sebagian racun, jadi wajar jika obat bius itu menjadi sia-sia.
"Jadi waktu itu kau hanya berpura-pura pingsan?" tanya Emily lagi.
"Tentu saja," jawab Khansa dengan tertawa bangga.
"Kau ini benar-benar pintar," puji Emily seraya memberi tanda jempol dan mengedipkan matanya.
"Eh tapi, dengan nama besar keluarga Sebastian, maka menolongmu akan menjadi hal yang sangat mudah bagi mereka. Ayolah! Suamimu itu pasti akan mau menolongmu, istrinya," ujar Emily membujuk lagi.
Kahnsa masih saja mengggelengkan kepalanya. Khansa hanya ingin mandiri dan mengandalkan diri sendiri, Emily tidak berhasil membujuk Khansa untuk merubah pemikirannya.
"Hiish … kau ini benar-benar berkepala batu!" Gumam Emily seraya melemparkan satu bantal sofa ke wajah Khansa.
Khansa melempar balik, bantal yang ada di tangannya, "Ayo temani aku membeli hadiah untuk Leon."
"Dalam rangka apa?" tanya Emily.
"Tidak ada apa-apa," jawab Khansa.
"Masa!" ujar Emily sedikit menggoda.
"I-itu … waktu itu dia sudah memberikan aku Flash, harimau benggala. Jadi sekarang aku juga ingin membelikan hadiah untuknya," jawab Khansa sembarang.
"Harimau?" tanya Emily.
Khansa menganggukan kepalanya, lalu Emily kembali berkata, "Ketika kita memberikan hadiah kepada seseorang, biasanya kita memilih berdasarkan kepribadian orang tersebut."
"Maksudmu, aku galak seperti macankah?" tukas Khansa.
"Hissh sudah-sudah, tak ingin debat. Ayo! Kita pergi," ajak Emily.
"Sebentar aku akan mengajak yang lainnya," ujar Emily seraya mengeluarkan ponselnya dan menghubungi manajernya.
"Ayo! Kita bersiap, yang lainnya juga akab ikut bersiap," ujar Emily lagi.
Emily juga mengajak manajer dan beberapa staffnya untuk ikut berbelanja, pekerjaannya di Bali sudah selesai, dan saatnya bersenang-senang. Karena itu Emily mengajak Manajer dan asistennya. Dengan mini van mereka semua pergi ke Mall, begitu masuk ke Mall sontak saja dua wanita yang bagai dewi itu pun menjadi perhatian utama.
Emily membawa Khansa masuk ke butik pakaian pria dan asesoris pria, "Hadiah macam apa yang ingin kau berikan kepada Tuan Sebastianmu itu?"
Ini pertama kalinya Khansa membelikan hadian untuk pria, jadi dia sendiri pun merasa bingung. Melihat Khansa yang terlihat bingung, Emily langsung saja menarik Khansa dan membisikan sesuatu.
"Satu set pakaian tidur seksi saja!" ujar Emily sambil terkekeh.
Khansa langsung saja memukul bahu kawan baiknya itu, memakai cadar saja sudah bisa membuat Tuan Muda Sebastian bernafsu terhadapnya, apalagi jika Khansa berlaku genit kepada Tuan Muda Sebastian, sudah pasti Khansa akan habis dikunyah-kunyah oleh suaminya itu.
Khansa mengamati ke deretan pakaian pria, lalu melihat-lihat. Semua pakaian ini bagus, namun tetap saja kurang. Karena pakaian Leon dibuat khusus hanya untuk Leon sendiri dari serat yang berkualitas nomor satu.
"Hissh … mencari satu hadiah aja, mengapa jadi begitu sulit," pikir Khansa sambil menghela napas.
Khansa kembali melihat-lihat jenis pakaian dan celana panjang yang ada disana, lalu matanya mengunci sebuah hadiah yang dirasa sangat cocok untuk Leon.
"Ini akan terlihat bagus di pinggang kuatnya Leon," pikir Khansa sambil tersenyum, mengingat ketika malam di kamar Bar 1949. Di malam ketika Leon membuka tali ikat pinggangnya dan Khansa bebas
melihat pinggang kuatnya Leon.
Emily memperhatikan wajah Khansa nampak memerah ketika memegang ikat pinggang itu di tangannya, Emily menyenggol bahu Khansa "Sedang memikirkan apa?"
"Tidak ada …" jawab khansa malu-malu.
"Apanya yang tidak ada! Itu semua tertulis jelas di wajahmu," Emily menggodai Khansa.
"Mana ada …" tukas Khansa.
Khansa hanya bisa menjawab dengan Tergugup, lalu segera melangkah ke kasir untuk membayar hadiah yang telah dia pilih.
"Yang ini saja," ujar Khansa seraya meletakannya di meja kasir.
Ikat pinggang yang Khansa pilih terbuat dari kulit murni dan bahkan dihiasi ornamen yang membuatnya tampak lebih formal dan sempurna. Meski hanya di butik biasa namun Khansa menilai jika Leon yang memakainya maka itu tetap akan terlihat berkelas dan membuat takjub saat melihatnya, akan terlihat sangat berkualitas tinggi.
"Apa?" Khansa sedikit ternganga ketika kasir menyebutkan harganya.
"15.000.000," Khansa mengulang perkataan kasir tersebut.
Khansa memberikan kartunya kepada Kasir tersebut, sedikit menggigit ujung bibirnya, "Ya sudahlah, esok kita menabung lagi saja,"
Bisa saja Khansa menggunakan kartu Leon, namun ini adalah hadiah, jadi tak enak rasanya jika masih harus memakai uang Leon, jika seperti itu sama saja Leon yang membeli ikat pinggang ini, bukan dirinya.
"Bisakah kau membungkusnya dengan kertas kado!" pinta Khansa kepada kasir tersebut.
"Tentu Nona!" ujar kasir tersebut dengan tersenyum.
"Terima kasih," jawab Khansa ramah.
Khansa dan Emily menunggu beberapa saat, memperhatikan betapa si kasir sangat lihai memotong kertas kado lalu membentuknya menjadi bentuk yang unik, bentuk sebuah mobil karakter dari salah satu film kartun yang terkenal.
"Ini Nona," ujar kasir seraya memberikan kado yang telah rapih terbungkus.
"Bagus sekali!" puji Khansa.
Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya
Bersambung
Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.
Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 81"