Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 108

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 108 : AKU AKAN SEMBUH


Leon mempercepat langkahnya, tidak ingin menggoda Khansa, karena nanti malah dia yang akan menderita. Sementara Khansa berada di kamar mandi cukup lama, menenggelamkan diri dalam air dingin. Meredakan rasa panas di tubuhnya dan juga mencuci bersih rasa malunya. 


Leon sudah mandi di kamar sebelah, dia memakai piyama kain sutra hitam, rambutnya masih terlihat basah, terlihat muda dan tampan. Leon masuk ke kamar  dan melihat tubuh langsing yang telah berbaring di ranjang.


Khansa berbaring dibawah selimut sutra, menampakan kepalanya yang kecil. Sepasang mata hitam yang kecil sedang menatap Leon seperti Flash ketika menatap.


Melihat Leon sudah masuk ke kamar, Khansa dengan patuh bergeser, memberinya ruang di sisinya. Leon menarik selimutnya lalu naik ke atas ranjang.


Leon tersenyum lalu berkata, "Mengapa malu-malu? Apa tidak pakai baju?" 


Khansa memicingkan matanya, lalu menarik selimutnya kebawah, menunjukan piyama hitamnya dan wajahnya yang tidak memakai cadar, menunjukan rambut hitam panjangnya yang sehalus sutra, tubuh Khansa menebarkan harum yang semerbak.


Leon menunduk, "Aku ingin menciummu boleh?"


Khansa mengernyitkan alisnya, berpikir jika saat ini Leon tengah menggodanya, karena biasanya jika ingin menciumnya maka Leon akan langsung menciumnya.


Khansa menarik selimutnya lagi, menutupi tubuh dan setengah wajahnya seraya berkata, "Tidak boleh!"


"Baik lupakan saja!" ujar Leon lalu menegakan tubuhnya.


Khansa tiba-tiba menarik selimutnya, mengangkat kepalanya lalu secara inisiatif menarik leher Leon lalu mencium bibir Leon.


Leon tercengang, sementara Khansa sudah kembali menarik selimutnya dan tertawa dibawah selimut.


"Gadis kecil sudah mulai nakal ya!" ujar Leon menggodai pengantin kecilnya itu.


Leon mengulurkan lengannya yang kuat dan menarik tubuh Khansa keluar dari selimut sutranya, kemudian mendudukan di paha kokohnya.


Ada satu pil di ujung jari Khansa, lalu Khansa membunjuknya agar Leon mau makan pil itu, "A-aa buka mulutmu!"


"Apa ini?" tanya Leon.


"Pil ajaib, setelah memakan pil ini maka kau akan selalu terikat kepadaku, tidak biaa melihat wanita lain," jawab Khansa.


Leon membuka mulutnya, dan langsung menelan pil itu, "Aku sudah patuh, beri hadiah!" 


"Direktur Sebastian ingin hadiah apa?" tanya Khansa. 


"Sesuatu yang manis!" pinta Leon.


Leon memeluk pinggul ramping Khansa, lalu menekannya dan memberinya ciuman yang hangat. Leon tidak memejamkan mata, ingin memandangi wajah cantik Khansa. Setelah pengakuan dalam mabuk tadi, nampkanya Khansa mulai melunak kepada Leon.


Tubuh Khansa melemas dalam pelukan Leon, wajahnya merona merah dalam ciumannya, Leon tidak menahan diri Leon memeluk Khansa lebih dalam dan menciumnya lebih dalam lagi.


Setelah berciuman, Khansa meletakan kepalanya di dadanya. Leon tersenyum sambil mengusap lembut puncak kepala pengantin kecilnya itu, "Nyonya Sebastian sangat manis."


 Khansa menegakan tubuhnya, lalu bersila "Direktur Sebastian, kemarilah dan berbaring disini," perintah Khansa seraya menepuk-nepuk kakinya yang sedang bersila.


Leon melihat kaki Khansa yang bersila, lalu dengan patuh menyangga kepalanya dan menutup matanya.


Khansa mengeluarkan jarum peraknya dan menusuk titik matahari, memutarnya dengan lembut. Titik ini berada pada pelipis mata yang terletak beberapa sentimeter dari alis.  Titik ini bisa melepaskan stress dan menenangkan pikiran serta tubuh, di tambah dengan pil yang baru saja diminum maka akan menambah kualitas tidur Leon.


Teknik akupuntur Khansa sangat terampil, sehingga membuat Leon merasa nyaman. Leon yang sedari tadi memejamkan matanya, menikmati teknik akupuntur Khansa, tiba-tiba saja membuka matanya lalu bertanya kepada Khansa, "Apa kau tidak takut kepadaku?" 


"Takut kenapa?" tanya heran Khansa. 


"Aku bisa saja sewaktu-waktu kambuh dan menjadi brutal, maka jika sedang seperti itu bisa jadi aku tidak mengenalimu dan malah melukaimu," jelas Leon.


Khansa merasa simpati kepada Leon lalu mengulurkan tangan kecilnya dan memeluk pinggang kuat Leon, lalu berkata dengan nada penuh sayang, "Direktur Sebastian selama kau tidak meninggalkan aku, maka aku tidak akan menyerah." 


Leon membalas pelukan  Khansa dengan pelukan yang lebih erat lagi, ketika melihat Khansa terlelap Leon pun berbisik, "Aku pasti akan sembuh."

Keesokan paginya, sisi ranjang Khansa telah dingin, Leon sudah pergi. Khansa membersihkan dirinya lalu turun mencari Leon. 


"Paman Indra! Tuan Sebastian sudah pergi kah?" tanya Khansa. 


"Ya Nyonya, tadi pagi-pagi sekali," jawab Paman Indra. 


"Ini dari Tuan," ujar Paman Indra seraya menyerahkan sebuah surat. 


"Berikan cintamu, sayangmu. Percaya padaku," goresan pena Leon tergurat dengan tegas dan jelas. 


"Tuan bilang ada perjalanan bisnis ke Eropa selama lima hari," jelas Paman Indra lagi. 


Khansa menghela napas, selama ini mereka perang dingin dan baru saja berbaikan tadi malam. Lalu Khansa memaklumi jika Leon tidak sempat mengatakan tentang ini kepada Khansa.


Nenek Sebastian melihat ada Khansa  tentu senang bukan main, "Khansa kau sudah pulang?"


"Nenek aku rindu sekali dengan Nenek," ujar Khansa.


Nenek Sebastian memeluk Khansa, "Apa bocah itu memaksamu untuk pulang?" 


"Tidak Nek! Ini kemauan aku sendiri," jawab Khansa menyelematkan Leon. 


"Bagus sekali, jika kalian sudah berbaikan. Ayo! Temani nenek untuk sarapan."


Khansa pun menggandeng lengan Nenek Sebastian untuk menemani makan pagi. "Ding' ponsel Khansa menerima notifikasi pesan dari Emily. 


"Apa kau baik-baik saja?"


"Apa semalam Direktur Sebastian menghabisimu?" tanya Emily bertubi-tubi.


"Menghabisi kepalamu!" balas pesan teks Khansa lagi kepada Emily.


"Temani aku! Bosan sekali di sini jika kau tidak menemani!" pinta Emily. 


"Siapa?" tanya Nenek Sebastian. 


"Emily," jawab Khansa. 


"Ada apa?" tanya Nenek Sebastian ingin tahu.


"Memintaku menemaninya," jawab Khansa. 


"Jika begitu pergilah! Teman sejati sulit didapat, tapi musuh mudah didapat. Jadi hargailah, jika memang senggang maka temui dia," nasehat Nenek Sebastian.


"Jika begitu aku akan pergi menemuinya," ujar Khansa seraya mengangguk dan tersenyum. 


Di rumah kediaman Isvara nampak Yenny sedang membunjuk Fauzan dan Maharani agar mau pergi ke Villa anggrek untuk bertemu menantu mereka, suami Khansa. Tujuannya adalah memberitahukan tentang Khansa yang mempunyai pria lain sebagai pria peliharaannya. 


"Bu, bukankah sebagai menantu. Ketika ibu di rawat di rumah sakit, seharusnya dia datang bukan? Untuk menjenguk ibu," bujuk Yenny.


"Jika Ayah dan Ibu memberitahukan tentang perselingkuhan Khansa dan Direktur Sebastian, maka sudah dipastikan keluarga besan akan memaksa Khansa untuk meninggalkan  Direktur Sebasian," jelas Yenny.


"Dengan begini maka tidak akan ada lagi yang menghalangiku untuk menjadi Nyonya Sebastian," ujar Yenny dengan suara senang menghayal.


Jika saja Yenny, mengetahui dirinya hampir menjadi Nyonya Sebastian, tapi dia malah mendorong Khansa untuk menjadi pengantin pengganti, maka niscaya Yenny akan meratap seperti orang yang baru saja hilang akal. 


Selangkah lagi akan menjadi Nyonya Sebastian. Tapi, kesempatan itu dibuang dengan begitu saja.



Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.



Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 108"