Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 107
Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”
Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰
BAB 107 : KOIN SERIBU RUPIAH
"Direktur Sebastian …" bisik Khansa sambil meletakan kepalanya di bahu Leon.
Embusan napas Khansa terasa sangat menggoda di leher Leon, "Direktur Sebastian, kau juga pasti menginginkannya bukan?"
Sudut mata Leon menyipit, berpikir jika Khansa terus menggodanya seperti ini, maka dia tidak akan bisa menyetir. Leon mengulurkan satu tangannya dan langsung membiarkan Khansa berbaring di pangkuannya.
Kepala Khansa merasa pusing, ingin bergerak namun Leon menahannya, suara ancaman bernasa rendah dari Leon pun terdengar, "Patuh! Atau jangan salahkan aku."
Ketika mabuk seperti ini, Khansa merasa takut dengan Leon, lalu Khansa pun patuh diam tidak bergerak.
Mereka pun sampai di Villa Anggrek, Leon turun dari mobilnya dan menggendong Khansa yang sudah mengantuk. Khansa menggerakan wajah kecilnya menemukan posisi yang nyaman di bawah kemeja kerah hitam Leon.
Leon menaikan satu alisnya sambil tersenyum dengan penuh kasih sayang. Leon memeluk Khansa dan membawanya ke kamar mereka dan dengan lembut menurunkan Khansa di atas karpet yang lembut.
Khansa berdiri dengan masih tidak stabil, melihat sekeliling, lalu ingin berjalan ke arah ranjang besarnya. Khansa terhuyung, tubuhnya akan terjatuh.
Lengan kuat Leon segera saja menangkap tubuh ramping Khansa dengan cepat, seraya menggodanya, "Sengaja ingin dipeluk ya?"
Segelas minuman tadi benar-benar membuat tubuh Khansa memanas, "Direktur Sebastian ... bibir tipismu ... indah."
Kedua tangan Khansa langsung saja menarik kemeja Leon keluar, lalu memasukan kedua tangannya untuk meraba, merasakan pinggang kuat Leon.
"Ini benar-benar pinggang yang kuat,"
Leon menggulung jakunnya, ke atas dan ke bawah. Leon mengulurkan tangannya dan membuka cadar Khansa. pipinya memerah tampak sangat mempesona, "Apakah ingin bermain permainan dewasa?"
"Apa kau akan merasa senang, jika malam ini aku ingin memanjakanmu?"
Leon mengernyitkan alisnya, "Apakah dia masih anggap aku pria simpananya?"
"Aku ini sangat mahal, apa sanggup membayar aku?" tanya Leon dengan nada tertawa meledek.
"Tunggu!" ujar Khansa seraya mengorek dalam-dalam kantong celana jeans.
"Ini ... aku akan membayarmu!" Jawab Khansa sembari menunjukan uang koin seribu rupiah.
Khansa mengambil tangan Leon, lalu berkata "Direktur Sebastian, ini tip untukmu."
Menatapi koin di tangannya, Leon menaikan satu alisnya lalu berkata, "Ayo! pergi mandi."
"Astaga Direktur Sebastian, kau mesum sekali!" gumam Khansa.
"Hah! GR sekali!" tukas Leon.
"Mandi sendiri!" perintah tegas Leon.
Khansa merasa tidak senang, lalu menendang kaki Leon dengan marah, "Kenapa harus mandi sendiri! Aku ingin mandi bersama denganmu."
Hati Leon semakin menggemas melihat Khansa yang mabuk, ketika Khansa mabuk ternyata bisa menjadi begitu menggoda.
Leon berkata dengan nada suaranya yang rendah, "Patuh yah!"
Khansa merasa sangat terikat dengan aura dewasa Leon, Khansa berjinjit dan mengalungkan lehernya ke leher Leon, "Aku mau cium."
Leon memalingkan wajahnya, mengambil ponsel di atas nakasnya, menarik kakinya yang panjang dan pergi berdiri ke jendela. Memegang ponselnya di satu telinga, mengangkat jari tanganya yang ramping lalu membuka satu kancing atas kemejanya.
Hari sudah malam, berdiri di jendela, melalui kaca jendela yang terang, semua lampu yang memantul berubah menjadi dinding latar belakang pria itu. Leon terlihat elegan. Penampilannya yang kuat terasa bagai magnet bagi Khansa.
Leon menoleh ke arah Khansa yang sedang menatap marah kepada dirinya. Leon menatap Khansa dengan tajam, lalu menunjuk tajam ke arah kamar mandi dengan matanya, memintanya untuk masuk dan mandi dengan cepat. Tidak marah namun, berwibawa.
Meski marah, namun Khansa tidak berani membantah, dan dengan patuh menyeret kakinya masuk ke kamar mandi besar mereka meski enggan.
Ponsel di tangan Leon tersambung, dan terdengar suara dingin dari Rendra, "Ada apa malam-malam menelponku?"
"Aku ingin bertanya, apa penawarnya?" tanya Leon tanpa berbasa-basi.
"Tentu saja tubuhmu!" jawab ringan Rendra dengan masih nada suara dinginnya.
Belum juga Leon selesai berbicara, terdengar suara teriakan dari dalam kamar mandi.
Leon memutuskan sambungan telponnya, melempar ponselnya ke ranjang lalu segera bergegas masuk ke kamar mandi, "Landak kecil ini benar-benar merepotkan."
"Ada apa?" tanya panik Leon.
"Huaaaa ... kau sudah tidak menyukai aku lagi hiks!" jawab Khansa sambil memegangi wajahnya yang memerah.
Leon memegangi dahinya dan tidak bisa berkata apa-apa.
Sepasang bola mata hitam Khansa menatap tajam kepada Leon, lalu menghardiknya "Kau pencuri!"
"Kembalikan hatiku!" ujar marah Khansa seraya mengulurkan tangannya untuk menggeledah tubuh Leon.
Menyadari apa yang Khansa lakukan, Leon secepat kilat menangkap tangan Khansa, sembari mengancamnya dengan suara magnetisnya, "Jika masih saja berbuat onar, maka aku akan melanjutkan keonaran ini diatas ranjang! Bagaimana?"
Khansa merengek nangis lagi, bulu matanya yang panjang berkedip, Khansa menatapnya dengan sedih, "Apakah aku tidak cantik?"
Leon menatap wajah kecil Khansa dengan tatapan penuh kasih sayang, lalu menjawab "cantik."
"Bohong!" ujar Khansa.
"A-aku pasti sudah tidak cantik, kau bahkan tadi menolak untuk aku cium ... huaaaa ... hiks," ujar Khansa menangis.
"Huaaa ... Kau benaran sudah tidak menyukai aku lagi," khansa semakin menangis.
Mata Leon menjadi gelap, dan akal yang tersisa pun runtuh. Leon tidak ingin mengambil kesempatan ketika Khansa sedang mabuk. Namun, Khansa berulang kali menggodanya dan menantang kodratnya sebagai pria.
"Kau yang memintanya!" ujar Leon seraya menunduk dan mentautkan bibirnya keras-keras di bibir merah Khansa.
Khansa merasa napasnya telah di tarik oleh Leon dengan seketika. Kali ini Leon menciumnya dengan sangat ganas dan tidak membiarkan dirinya sedikit pun untuk menolak.
Leon memeluk pinggang ramping Khansa lalu mendorong pintu buram yang ada di kamar mandi, dan menekan tubuh Khansa hingga menempel di dinding.
Ketika tangan Khansa mulai ingin melepaskan ikat pinggang Leon, dengan cepat Leon melepaskan tautan bibirnya. Lalu mengangkat satu tangannya dan menyalakan pancuran air.
Air dingin mengaliri tubuh keduanya, ini sedikit membawa kesadaran kembali kepada Khansa. Khansa merasa terkejut dan malah memeluk Leon.
Dengan tangannya yang besar Leon menekan bahu Khansa ke dinding lagi agar merasakan kucuran air dingin dan akhirnya ini berhasil mengembalikan kesadaran Khansa.
Leon terus menekan bahu Khansa, ini membuat Khansa jadi marah, "Lepaskan!"
"Ini sangat dingin!" ujar Khansa.
"Sudah sadar? Apa masih ingin menggeledah tubuhku! Mencari barangmu yang hilang?"
Khansa berpikir telah berbuat hal gila apa, lalu menapuk wajahnya sendiri ketika teringat tentang apa yang baru dikatakannya tadi.
Khansa merasa malu dan berharap untuk pingsan saja, pada saat ini penglihatannya menjadi gelap, Leon mencoba ingin menciumnya lagi. Tapi Khansa menolak Khansa menutup bibirnya dengan kedua tangan imutnya.
Gerakan Leon terhenti, "Hissh sudah berbuat onar, tapi malah sembunyi tangan,"
"Apa kau ini benar-benar mengangap aku pria peliharaanmu?" tanya Leon.
"Ini aku kembalikan kepadamu!" ujar ketus Leon sembari mengembalikan koin seribu rupiah ke tangan Khansa lalu bergegas pergi ke luar kamar mandi.
Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya
Bersambung
Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.
Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 107"