Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 68
Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”
Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰
BAB 68 : SUP ASPARAGUS
"Kemarilah!" tukas leon sembari menggerakan satu jarinya memanggil Khansa.
Khansa hanya bisa mendengus marah, "Arogan sekali pria ini," pikir Khansa.
Jika saja yang sedang Khansa pegang di tangannya ini bukan sebuah Vas Kristal, maka tanpa pikir panjang khansa akan melemparkannya kepada Leon.
"Sini! Ayo cepat" panggil Leon lagi dengan nada tidak sabar.
Khansa pun berdiri menghampiri Leon, "Ada apa Tuan Sebastian," jawab Khansa.
Enggan menjawab, Leon malah menarik lengan Khansa dan membuat Khansa jatuh terduduk di pangkuannya. Leon memaksa Khansa untuk duduk di atas paha Leon.
"Kau … kau mau apa?"
"Lepas!" ujar Khansa sembari berusaha beranjak bangun dari dekapan Leon.
Leon tahu Khansa sudah marah, namun Khansa menyangkal, "Marah ya? Bukannya tadi kau bilang jika kau adalah pelayan pribadiku, pelayan kecilku?"
"Jadi tidak salah kan, kalau melayaniku!" jelas Leon.
"Pria ini …" pikir Marah Khansa.
Dia berkata jika dirinya adalah pelayan, karena Leon tiba-tiba membawa wanita datang ke rumah mereka. Jadi dengan asal tadi Khansa menjawab pertanyaan Susan, melihat ada wanita lain masuk ke kamar tidur mereka, siapa pun pasti akan langsung meledak di tempat.
Binar mata khansa menatapi Leon, dengan tegasnya, "Aku bilang kan aku pelayan, bukan bilang pelayan yang bisa menemanimu bermain!" tukas Khansa sedikit bernada marah.
Leon menyeringai, "Maksudmu pelayan yang menemani bermain itu … pelayan yang memakai bando telinga kucing dan memakai seragam diatas lutut dengan sepatu hak tinggi?" tanya Leon dengan sedikit tertawa.
"Apakah pelayan yang itu?" tukas Leon kembali menyeringai.
"Jika kau sudah berseragam seperti yang kubilang tadi, apa itu artinya aku bisa bermain denganmu," goda Leon kepada istrinya itu.
Entah sejak kapan, mengerjai dan meledek istri kecilnya ini, menjadi hobi yang tidak bisa dia tinggalkan, hobi yang membuat hatinya senang sampai berbunga-bunga.
Khansa berpikir ternyata suaminya ini memang mesum, bisa-bisanya memikirkan pelayan dengan seragam seperti itu. Leon memahami tatapan pandangan istrinya itu. Bagaimana pun juga, dia adalah pria dewasa yang sudah cukup umur untuk bisa melakukan hal-hal yang terkait dengan olahraga ranjang. Ingin menggodai istrinya lagi, Leon pun bekerja sama bersandiwara dengan Khansa menjadi majikan dan pelayan.
Suasana jadi membaik, Leon dengan manja memerintah Khansa membuka bungkusan permen dan menyuapi dirinya, “Hei pelayan, buka ini, aku mau makan.”
Leon meberikan permen yang tadi mengenai wajahnya karena lemparan Khansa.
"Hish … apa kau ini seorang bayi? Mengapa manja sekali," gumam Khansa
.
Khansa tidak berdaya menghadapi Leon dan hanya bisa menurut, khansa membukakan permen itu lalu memasukannya ke dalam mulut Leon.
"Nih makan!" ujar Khansa.
"Ini manis sekali," gumam Leon dengan mulut penuh permen.
"Maksud aku permennya lho," gumam senang Leon lagi.
Leon pun mengunyah permen itu demgan seringai jahil, lalu muncul sebuah ide lagi untuk mengerjai istri kecilnya itu.
"Hei! Pelayan!" panggil Leon.
"Ada apa lagi! Tuan Sebastian?" Jawab ketus Khansa.
"Katakan tujuanmu menjadi pelayan kecilku?" tanya Leon.
"Tujuan?" tanya Khansa.
"Ya Tujuan," jawab Leon
"Tujuan apa?" tanya khansa dengan sengit sekaligus bingung.
Jika bersedia menikahi Leon, jelas dia memang memiliki tujuan sendiri, tapi menjadi pelayan pura-pura, jelas sekali Khansa tidak memiliki tujuan itu.
Melihat istri kecilnya terlihat kebingungan, maka dengan senang hati Leon menjelaskan maksud perkataannya,"Sudah bukan rahasia lagi jika ada beberapa pelayan yang berniat naik ke atas ranjang tuannya, apakah ini adalah tujuan utamamu?" tanya ledek Leon.
Khansa sangat malu dan tak menyangka Leon semesum itu. Khansa segera memukul-mukul dada Leon, "Sekarang bisa turunkan aku tidak!"
"Dasar mesum," tukas Khansa seraya mencubit pinggang Kuatnya Leon.
Telinga Khansa menjadi memerah mendengarnya, Khansa menjadi bertambah marah lagi, karena yang menarik dirinya ke paha Leon tadi adalah Leon sendiri tapi malah mengatakan jika malah dia berniat naik ke atas ranjangnya dalam arti tidur bersama dengannya.
Hari ini Leon sudah benar-benar menyulut banyak sumbu peledak di hati Khansa, tinggal tunggu meledak bersamaannya saja. Khansa mencoba meninju dada Leon, namun Leon malah menangkap tangan mungil Khansa dan meletakannya sendiri di dadanya dengan senyuman bahagia senang.
Terdengar langkah hak sepatu tinggi berdentum-dentum di koridor ruang tamu, mendengarnya Khansa langsung saja mendorong dan berdiri melepaskan diri dari pangkuan Leon.
Susan dengan wajah sumringah menatap Leon dengan penuh kasih sayang, dan juga merasa puas atas keindahan Villa Anggrek ini, berangan -angan jika dirinya sudah resmi masuk kedalam villa Anggrek ini maka akan ada beberapa perabot rumah tangga yang berencana dia akan ganti.
"Leon, Villa Anggrek ini sangat indah," puji Susan.
"Akan sangat menyenangkan jika bisa tinggal di sini selamanya" ujar Susan lagi.
Bertambah kesal mendengar nada suara lembut susan memanggil suaminya itu dengan nada genit dan mesra, Khansa pun segera pergi dari ruang tamu.
"Silahkam nikmati waktu kalian berdua," gumam kesal Khansa dalam hati.
Melihat Khansa pergi, Leon pun ikut berdiri, Leon kembali bersikap dingin dan meminta Susan tinggal untuk makan malam.
"Makan malam telah siap, mari kita makan!" ajak Leon tanpa memandang kepada Susan.
Di ruang makan, Leon dan Susan duduk bersampingan di meja makan. Sementara itu, Khansa membantu Paman Indra dan beberapa pelayan bersiap di dapur. Khansa akan membawakan makanan ke dalam ruang makan. Ada sup asparagus, dan juga beberapa makanan ala eropa lainnya.
"Apakah ini semua makanannya?" tanya Khansa.
"Iya Nyonya," jawab Paman Indra
.
"Jika begitu aku akan membantu membawanya," ujar Khansa seraya memgambil semangkul sup asparagus panas dari atas meja dapur dan segera membawanya ke ruang makan.
Susan mencari alasan agar bisa menginap di Vila Anggrek, "Leon aku teringat tentang Grand opening gudang makanan baru perusahaan kita. Ada beberapa detail acara yang harus aku diskusikan dan butuh persetujuanmu," ujar Susan.
"Jadi apakah tidak apa? Jika malam ini aku Menginap di sini untuk berdiskusi?" tanya Susan.
Susan berpikir jika triknya nanti ini akan berhasil, malam hari berdiskusi berdua di ruang kerja. Pria dan wanita, bukankah itu akan lebih mudah memercikan percikan api asmara, hanya dengan satu percikan saja maka gairah akan datang, dan itu akan menjadi momentum keemasan bagi titik balik kehidupan Susan, lalu menjadi dua insan yang tidak dapat dipisahkan.
Leon bukannya tidak tahu tujuan Susan. Namun, tetap menyetujui permintaan Susan karena Leon juga memiliki tujuan sendiri.
Leon memandang Susan, dan mengizinkan, "baiklah malam ini, menginaplah di sini."
Saat ini terdengar suara sesuatu yang pecah dari luar pintu ruang makan.
Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya
Bersambung
Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.
Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 68"