Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 6

 Admin kembali lagi dengan Novel yang sangat seru,Novel ini menceritakan seorang gadis Desa yang bernama Khansa yang di anggap wanita sial di desa tersebut,Novel ini berjudul “ Gadis Desa Pengantin Penganti ”


Hahaha Admin ga akan lanjut nanti di bilang spioiler lagi kita akan lanjut ke kisah Khansa yang sangat menguras perasaan dan Novel ini mempunyai jalan cerita yang panjang dan  seru langsung saja kita menuju TKP….😘😘🥰


BAB 6 : MELAWAN BALIK


6.


Tepat pada saat ini, Khansa membuka matanya. Pak Arman terkejut dia sudah bangun secepat ini.


"K-kau sudah sadar?" ujar pak Arman terbata bingung.


Khansa menunjukkan senyum murni dan nakal, dia mengatakan dirinya akan melewatkan pertunjukkan bagus jika belum bangun. "Jika aku tidur, maka aku akan melewatkan kesenangan ini bukan?" 


Khansa mengayunkan tangannya, Pak Arman menghirup aroma wangi dan kemudian lemas seketika. Tadi sebelum Khansa memakan habis masakan sarang walet ibu tirinya itu, Khansa sudah lebih dulu menelan TCM Corydalis Relaxe, ini adalah obat penghilang nyeri. Pernah memiliki pengalaman buruk ketika kecil, maka kali ini Khansa sudah bersiap diri. 


Khansa memutuskan meminum obat terlebih dahulu, untuk berjaga-jaga jika ada yang membiusnya seperti dulu lagi ketika di masa kecilnya dia. Mengetahui jika obat bius  terutama jenis perangsang ketika diminun berbarengan dengan obat-obatan lain maka itu akan membuat obat perangsang itu tidak bekerja dengan efektif. 


Karena itulah Khansa masih dalam keadaan terjaga, idealnya setelah meminum obat jika ingin meminum sejenis obat lain maka harus ada jeda waktu tiga jam, agar obat dapat bekerja secara efektif. Pak Arman sudah melemas, Khansa segera saja  mengikat tangan dan kaki Pak Arman.


Pak Arman mengira gadis cantik ini ingin bermain spesial dengannya, mencoba gaya nakal yang eksotis.   Khansa menyuruh Pak Arman melihat barang yang ada di tangannya sendiri, dua buah tulang besar telah ada di genggamannya. 


"Ini indah bukan!?" tukas Khansa menyeringai sedikit meledek dengan sedikit memainkan tulang-tulang yang sedang di pegang itu.


"Masih ingatkan di teras belakang rumah ini ada apa? Hewan  peliharaan kami," imbuh Khansa. 


"Mereka itu sangat-sangat menyukai tulang lho," celoteh jahil Khansa dengan nada mengintimidasi.


kedua mata Pak Arman terbelalak ketakutan ketika menyadari, Khansa menggunakan dua buah tulang besar untuk menarik perhatian dua ekor anjing serigala yang dipelihara keluarga Isvara di halaman untuk menggigit Pak Arman.


Pak Arman segera saja berusaha melepaskan ikatan yang sengaja tidak diikat kencang oleh Khansa. Sementara, Khansa memperhatikan dengan senyum kecutnya. Pak Arman pun kabur tergesa-gesa sambil memakai pakaiannya, serta mengatakan akan cari perhitungan dengan Maharani. Sungguh hari ini Pak Arman benar-benar telah merasa dipermainkan dan dipermalukan oleh Keluarga Isvara.


Khansa turun dari lantai atas tanpa berpura-pura lugu lagi, dia beradu mulut dengan Maharani. Khansa  sengaja berpura-pura pingsan tadi untuk melihat apa yang ingin dilakukan Maharani, rencana jahat apa yang akan dibuatnya itu. 


"Jangan biarkan dia pergi! Ikat dan bawa kembali ke kamar!" Maharani memanggil pengawal untuk mengikat Khansa ke atas ranjang untuk meminta maaf pada Pak Arman, sementara dia akan mencoba mengejar Pak Arman dan meminta maaf.


Beberapa orang pengawal melangkah maju, Khansa sudah siap untuk melawan. Tiba-tiba Leon muncul dan langsung saja menumbangkan para pengawal keluarga Isvara hanya dengan beberapa tendangan dan pukulan. Bagi Leon ini seperti sedang menepuk nyamuk saja.


Khansa terkejut dengan kedatangan suaminya itu, "Ini bukannya dia bilang akan menjemput di malam hari?" 


Leon meyeringai seraya bersedakap," sepertinya aku hampir-hampir saja melewatkan sebuah pertunjukkan bagus!" 


Maharani memandangi Leon lalu teringat dengan perkataan Jihan padanya tadi, dia menanyakan pada Khansa apakah Leon adalah sugar babynya. 


"Apakah pria ini simpananmu!?" hardik dan tanya Maharani.


Leon mengerutkan keningnya dan melihat ke arah Khansa. Dengan tatapan acuh tak acuh Khansa menaikan bahunya seraya mengatakan jika dia tidak pwrnah mengatakan apapun tentang  istilah sugar baby itu.


Ketika beberapa pengawal keluarga Isvara ingin maju lagi, Leon memberikan tatapan provokasinya, itu adalah tatapan membunuh ciri khas Leon. Tatapan Leon ini pun membuat para pengawal keluarga Isvara menjadi lari terbirit-birit, kemudian Leon begegas membawa Khansa pergi dari sana.


Sebelum pergi, Khansa berkata dengan nada pelan namun mengintimidasi sekaligus meledek saat melewati Maharani. “Lain kali jangan hanya main trik kotor, kutunggu lho ya, tapi jangan buat hal konyol seperti ini lagi, Ibu tiriku tersayang!” ujar Khansa dengan nada memprovokasi.


Leon melihat keberanian Khansa dan memuji dalam hati. "Istriku ini boleh juga."


Kontan saja perkataan Khansa menyulut  kemarahan di hati Maharani. "Lihat saja! Tunggu bagaimana aku membereskanmu nanti," ancam Maharani seraya membanting vas bunga kristal yang ada didekatnya itu.


Di dalam mobil, Leon bertanya pada Khansa apa yang akan dia lakukan jika dirinya tidak datang. Khansa mengatakan dia sudah siap melawan, dia bisa mengatasi orang-orang itu.


"Hah! Hanya melawan segerombolan cacing kremi apa susahnya, beri saja obat cacing, maka mereka akan lumpuh dan mati semua," jawab sarkas Khansa sambil tertawa meledek.


Leon, "…"


Leon teringat akan informasi tentang diri Khansa, dia dibesarkan di desa dan hidup susah. Leon berkata: “Anak gadis tak baik bertengkar, itu urusan laki-laki, lain kali jika ada hal seperti ini maka hindari saja.”


Khansa berkata, “Aku hanya tak suka bergantung pada orang, tapi Tuan Leon, terima kasih banyak untuk yang tadi ya.”


Leon mengernyitkan keningnya saat melihat tatapan tulus Khansa, “Cuma gini aja?”


Khansa tercengang, “Lalu mau bagaimana?” tanya polos Khansa.


Tatapan Leon berpindah dari mata Khansa yang indah ke bibir merahnya yang ada di balik cadar, “Kamu benaran tak ngerti cara wanita berterima kasih pada pria?“


"Apa?" tanya polos Khansa lagi.


"Haiish," ujar Leon meledek Khansa.


Leon merasa istrinya ini benaran polos, sampai-sampai tidak paham apa maunya. Sedikit masam namun terasa manis di hati. Itu artinya dirinya adalah pria pertamanya dan hanya satu-satunya. Tiba-tiba saja Leon seperti baru saja mendapatkan gunung emas dan seketika merasa jika kekayaannya baru saja bertambah berlipat-lipat dari sebelumnya.


Leon menghela nafas panjang dan mencoba menjelaskan lagi dengan sedikit menggodai Khansa. "Itu lho hal yang sering dilakukan seoasang kekasih," cetus Leon memberi sedikit petunjuk kepada istrinya itu. 


"Jika bicara itu yang jelas!" sahut Khansa.


"Ini adalah sesuatu yang hanya bisa di praktekan, akan sulit jika aku mengajarkannya dengan kata-kata,"  terang Leon dengan sedikit tertawa. 


"Mengapa jadi begitu sulit, bukankah kau ini pintar. Di usia belasan tahun sudah pandai berbisnis, lalu mengapa hanya menerangkan hal kecil kau pun menjadi bingung," pungkas Khansa sedikit  bersungut. 


"Ayo! Cepat bilang," ujar Khansa lagi dengan nada tidak sabaran.


"Lain waktu aku akan mengajari caranya Ok!" tutur Leon seraya tetap melajukan mobil mewahnya itu dengan santai.


"Apa maksudnya?" tanya penasaran Khansa lagi. 


Leon, "…" 


Hati Leon semakin menggemas. Namun, tetap berusaha tenang dan tetap terus melajukan mobil mewahnya itu di jalan raya.


"Eheem …" Leon pun menoleh kepada Khansa. 


"Apa maksudnya?" tanya Khansa lagi.


Klik ini untuk lanjut ke Bab Berikutnya


Bersambung

Novel ini merupakan Novel yang panjang dan mempunyai cerita yang sangat bangus dan seru untuk menemani anda di kala santai.ikuti kisah selanjutnya yah.


Posting Komentar untuk "Gadis Desa Pengantin Penganti Bab 6"